Dilihatnya anjing itu tampak begitu kesakitan, lidahnya menjulur kebawah menampakkan air liurnya yang menetes. Seekor anjing hitam tampak sedang sekarat di tepi jalan. Sebuah mobil sedan dengan kecepatan tinggi menabrak tubuhnya dan supir mobil itu meninggalkannya begitu saja di pinggir jalan. Kedua kaki depannya patah dan ia banyak mengeluarkan darah. "Ben, kita harus menolongnya, kasihan sekali anjing ini!". kata Anita dengan pandangan memelas pada kekasihnya Beni yang berada di sampingnya.
Mereka baru saja selesai menonton bioskop yang berada di dekat pusat kota dan kini mereka sedang dalam perjalanan pulang. "Ah sudahlah, biarkan saja anjing ini tergeletak disini, toh nanti ada orang yang akan menolongnya", kata Beni dengan enteng. Dalam hati sebenarnya ia tidak mau menolong anjing yang sedang sekarat itu. Ia tidak mau tangannya dikotori oleh darah anjing liar yang tidak disukainya itu. Ia merasa sangat jijik melihatnya. Beni kemudian mengajak kekasihnya untuk melanjutkan perjalanan pulang tanpa mempedulikan keadaan anjing yang tergeletak di jalan itu.
Setelah mengantarkan pulang Anita di depan rumahnya ia lalu segera pamit pada kekasihnya itu untuk meneruskan perjalanan pulang. Hawa dingin malam itu seakan menusuk tulang. Jalanan terlihat lengang dan sepi mencekam, hanya ada satu atau dua buah mobil saja yang lewat. Untuk mengusir rasa sepi yang menyelimutinya, Beni mencoba bernyanyi, menandungkan lagu-lagu kesukaannya.
Tiba disebuah jalan di gang yang sempit dan gelap, samar-samar ia melihat ada seorang gelandangan yang sedang duduk-duduk di tepi jalan. Beni tak mempedulikan gelandangan itu, ia teruskan saja langkahnya. "Kau akan menerima pembalasannya, anjing itu takkan membiarkanmu hidup!" Beni terkejut, tiba-tiba saja gelandangan itu berbicara padanya. Spontan Daniel menoleh ke arah belakang, tepat dimana gelandangan itu berada. Tapi ternyata gelandangan itu sudah tidak ada! Ia tiba-tiba menghilang!
"Dasar gelandangan sinting, kalau ketemu akan kuhajar kau nanti!" seru Beni dengan nada kesal. Hal itu tak membuatnya takut, ia menganggap itu hanya pekerjaan orang iseng saja. Tapi kenapa ia tahu mengenai anjing hitam itu? Bukankah hanya dia dan Anita saja yang mengetahui kejadian itu selain si penabrak anjing hitam itu tentunya? Atau hanya kebetulan saja? Pertanyaan itu masih menggelayut dalam pikirannya. Kemudian dengan santainya ia berjalan kembali meneruskan perjalanannya pulang. Tapi baru beberapa meter ia melangkahkan kaki, tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang mengawasinya dari belakang.
Dengan perlahan ia memutar badannya kearah belakang, ia merasa ada sesuatu yang tak beres. Dan alangkah terkejutnya ketika ia melihat wujud dari sosok yang berada di depannya kini yang tak lain adalah anjing hitam yang ditabrak tadi. Beni tak habis pikir bagaimana mungkin anjing hitam yang ditabrak tadi barusan dan mungkin saja ia telah mati sekarang secara menakjubkan telah berdiri dengan kokohnya seperti tidak terjadi apa-apa padanya.
Anjing itu menatap tajam ke arah Beni yang tampak keheranan melihat dirinya. Ia menggeram dengan kerasnya ke arah Beni seperti hendak ingin menerkamnya. Bulu kuduk Beni tiba-tiba merinding. Ia merasa ada yang aneh dengan anjing itu. Ia tetap berusaha tenang dan berpikir kalau anjing itu bukanlah anjing yang ditabrak tadi. Ia melemparkan sebuah batu berharap anjing itu segera pergi dari hadapannya. Namun anjing hitam itu tetap tak bergeming sedikitpun dari posisinya. Ia malah makin menyalak dengan keras seakan tak terima dengan perlakuan Beni itu. Beni tak menghiraukannya, ia terus saja meneruskan langkahnya.
Anjing itu tak lagi bersuara tapi alangkahnya terkejutnya Beni ketika ia menoleh kebelakang, ada sesuatu yang aneh dengan tubuh anjing itu. Tubuhnya makin lama makin membesar menjulang tinggi ke atas. Dan kini.. Tiba -tiba anjing hitam itu telah berubah menjadi seekor monster mengerikan. Ia menunjukkan gigi taringnya seakan hendak siapapun yang berada di dekatnya! Beni memandangnya dengan wajah ngeri. Hatinya kini telah diselimuti rasa takut yang amat sangat. Tak pernah ia merasakan ketakutan seperti ini sebelumnya.
Hanya ada satu pilihan dalam pikirannya, yaitu lari dan lari sejauh mungkin dari anjing monster itu, dan ia mengikuti pikirannya itu. Sejauh mungkin ia berlari tanpa memandang kebelakang tempat anjing itu berada. Tiba di sebuah perempatan jalan raya, ia terus saja berlari tanpa memandang keadaan di sekelilingnya. Tiba-tiba sebuah mobil sedan melintas dari arah samping kiri dengan kecepatan tinggi dan kemudian menabrak tubuh Beni yang sedang menyeberang jalan itu tanpa ampun. Esok harinya orang-orang di sekitar jalan itu menemukan tubuhnya sudah tak bernyawa. Kedua kakinya patah dan dari kedua kakinya terus menerus mengeluarkan darah. Ia tak memejamkan matanya sedikitpun. Wajahnya menyiratkan rasa takut yang amat sangat pada apa yang dilihatnya pada waktu masih hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar