"Mulai hari senin kita akan libur semester selama dua minggu anak - anak, dan jangan lupa siapkan sebuah cerita tentang liburan kalian nanti ya!” terang Ibu Esther yang mengajar dikelas empat kepada anak - anak didiknya diruang kelas. Tak lama kemudian terdengar bunyi bel sekolah berdering pertanda pelajaran telah usai. Satu persatu murid - murid itu berhamburan keluar ruangan dan mereka pulang menuju rumah masing - masing.
“Kau akan pergi kemana Tom, liburan semester nanti?” tanya Daniel pada teman disebelahnya ketika mereka dalam perjalanan pulang. “Aku akan pergi berlibur ke rumah nenekku didesa, kalau kau mau berlibur kemana Daniel?” “Aku masih belum tahu kemana aku akan pergi berlibur nanti” sahut Daniel sambil mengangkat kedua bahunya.”Kalau begitu kau takkan memiliki cerita yang bagus untuk tugas nanti!” kata Tomy mengingatkan.
“Yah karena liburanku hanya diisi makan dan tidur saja tom.” celetuk Daniel yang diikuti tawa keduanya. “Aku duluan ya!” kata Daniel begitu ia telah sampai di depan rumahnya. “Ya, sampai jumpa Daniel, selamat menikmati hari libur” sahut Tomy sambil meneruskan perjalanannya pulang. “Maa, aku pulang” sapa Daniel begitu ia telah sampai didalam rumah. Didapatinya rumah dalam keadaan sepi. Tak ada seorangpun yang terlihat didalam, termasuk mama dan adiknya Amie.
Segera ia masuk kedalam kamarnya, lalu ditaruhnya tas sekolahnya dan kemudian mengganti baju. Ia lalu pergi ke ruang tamu kemudian menyalakan Tv yang ada diruangan itu. Ia ingin menonton acara kartun kesayangannya Tom & Jerry yang akan diputar siang itu. Dan benar juga tak lama kemudian film kartun itu segera tayang. “Hei Daniel sudah pulang kau rupanya!” kata nyonya Jhonson yang tak lain adalah Ibu Daniel.
“Ya ma, hari ini hanya ada dua mata pelajaran saja” jawab Daniel santai. “Bagaimana dengan liburan semestermu?” tanya Nyonya Jhonson. “Tadi Bu Esther bilang mulai hari senin aku akan libur selama dua minggu penuh”, jawab Daniel dengan wajah gembira. “Oh baguslah kalau begitu, Mama dan Papa akan merayakan hari liburan semestermu nantinya dan kebetulan adikmu Amie juga libur, dan kau boleh memilih tempat yang kau suka” kata Ibunya sambil tersenyum.
“Entahlah Ma, aku masih belum menentukannya sekarang.” sahut Daniel sambil menggaruk - garuk kepala. Tak lama kemudian adiknya Amie datang dan menghampiri mereka berdua. “Eh kak, ternyata kau sudah pulang duluan ya?” sapa Amie yang baru pulang dari sekolahnya. “Ya, kau lihat sendiri kan, aku lebih awal darimu!” jawab Daniel enteng. Amie melihat apa yang sedang ditonton kakaknya itu di televisi, dan sekilas ia teringat dengan film kartun favoritnya di salah satu stasiun televisi.
Tanpa pikir panjang, tiba-tiba diambilnya remote yang berada di tangan Daniel. “Kak, daripada nonton ini lebih baik nonton sesame street saja!,” kata Amie sambil merebut dan mengganti chanel tv dengan remote itu. “Hei Amie, apa - apaan ini!?” kata Daniel terkejut. Mereka lalu saling berebut remote itu untuk menggantinya dengan acara yang mereka inginkan. “Plaakkk!!” Remote tv yang mereka rebutkan itu jatuh di lantai.
Baterai dari remote itu jatuh berhamburan keluar dari tempatnya. “Hei apa yang kalian rebutkan itu? Sudah, jangan berkelahi!” hardik nyonya Jhonson. Daniel dan Amie terdiam sesaat, wajah mereka saling bertatapan, menyiratkan kebencian diantara mereka berdua. Tiba - tiba Daniel menoleh kearah tv didepannya. Ada sesuatu hal yang menarik perhatiannya.
“Hei lihat, bukankah itu Tuan Willy!” seru Daniel sambil menunjuk ke arah yang dimaksud. Mereka semua lalu terdiam demi menyaksikan sebuah acara televisi yang menampilkan perbincangan antara pembawa acara dengan Willy. “Apa yang ingin anda kenalkan pada anak - anak tuan Willy?” tanya sang pembawa acara. “Kepada semua anak - anak dirumah, aku ingin mengenalkan sebuah permainan baruku yang akan membuat kalian takjub. Aku menciptakan sebuah dunia mini yang semuanya terdiri dari hal - hal yang mini yang ada di dunia ini. Dan ajaibnya aku dapat membuat kalian berada disana..” kata Willy sambil tersenyum.
“Kapan anda akan membukanya tuan?” tanya sang pembawa acara. “Pada hari minggu, bertepatan dengan hari libur anak – anak.” jawab Willy singkat. “Lihat Ma itu Tuan Willy, sekarang dia menciptakan permainan baru lagi dan aku ingin sekali kesana!” kata Daniel dengan wajah berbinar. “Ya aku juga ingin sekali kesana Ma!” kata Amie juga.
“Ya, Mama juga setuju mengajak kalian kesana tapi dengar, kalian tidak boleh nakal lagi seperti tadi dan kalian harus janji!” kata nyonya Jhonson mengingatkan. “Ya Ma, kami janji!” kata Daniel dan Amie berbarengan. Akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat pada pagi besoknya. Dan seperti yang direncanakan mereka berangkat jam delapan pagi agar tidak terjebak macet dijalan.
“Kalian tunggu dulu disini, Mama akan berbelanja dulu ke dalam sebentar bersama Papa, dan ingat, kalian tetap disini dan jangan pergi kemana - mana!” pesan Nyonya Jesselyn ketika mereka berhenti sejenak di tengah perjalanan. “Kak, kau lagi bermain apa itu, kelihatannya asik sekali!” kata Amie sambil melirik Daniel yang berada disampingnya.
“Aku lagi asik bermain game PSP nih, kalau mau main nanti saja ya!” kata Daniel tanpa menghiraukan adiknya Amie. “Uh, yang benar saja, kau bisa bermain sampai besok pagi!,” kata Amie sambil menggerutu. Amie merasa sangat bosan berlama - lama duduk didalam mobil, ia ingin sekali berada diluar. Apalagi disekitar situ ada pedagang yang menjual ikan hias di tepi jalan membuatnya tertarik menuju kesana.Tanpa pamit, Amie diam - diam pergi kesana tanpa menghiraukan Daniel yang masih asik bermain game.
“Hei Amie, kau mau kemana? bukankah mama sudah berpesan pada kita untuk tetap disini!” kata Daniel mengingatkan. “Aku sudah bosan disini, aku mau melihat - lihat ikan hias disana kak!” kata Amie sambil menutup pintu mobil. “Ya sudah, terserah kaulah!” kata Daniel sambil melanjutkan kembali permainan gamenya.
“Waah, bagus - bagus sekali ikannya!” kata Amie sambil memandang takjub aneka jenis ikan hias yang dipajang di dalam aquarium. Dipandanginya ikan - ikan itu satu persatu. Ia memang sangat menyukai ikan hias, hingga tak heran ia banyak memelihara ikan jenis itu di rumahnya.
Kebanyakan ikan hias di dalam aquarium itu terdapat jenis yang baru karena itu ia ingin sekali memilikinya dan untuk itu ia menunggu ayah dan ibunya kembali dari tempatnya berbelanja.
Tak jauh dari situ ada dua sosok orang yang diam - diam memperhatikannya. “Kau lihat itu Joe, ada anak kecil berada sendirian disana!” “Ya, kau benar kak, ini yang kita nanti - nantikan dari tadi!” “Cepat kau persiapkan mobil, aku akan membujuk anak itu!” kata Orang yang bernama Bron pada adiknya yang bernama Joe itu. Orang yang bernama Bron itu lalu berjalan perlahan mendekati Amie.
“Hai adik kecil sedang apa kau disini, kok sendirian?” sapa Bron begitu ia berada di samping Amie. “Aku sedang mengamati ikan - ikan hias ini. Bentuknya sangat indah dan menarik, aku sangat menyukainya!” kata Amie sambil tersenyum.
“Aku mempunyai beberapa ikan hias didalam mobilku, mungkin kau tertarik untuk melihatnya.” ajak Bron kepada Amie. “Ya tentu saja, dimana kau taruh mobilmu itu?” tanya Amie. “Kemarilah dan ikuti aku!” Tanpa curiga Amie mengikuti Bron menuju lokasi dimana ia menaruh mobilnya disana. “Pett!” layar lcd PSP yang dimainkan oleh Daniel tiba - tiba mati.
“Aduuh, sialan baterainya habis! padahal lagi asik - asiknya nih!” Keluh Daniel. Karena merasa bosan menunggu di mobil ia lalu berniat menyusul adiknya keluar. Dihampirinya lokasi para pedagang ikan hias itu berada namun ia tak menemukan adiknya disana. Ia lalu bertanya pada para pedagang ikan hias disana yang diceritakan sesuai dengan ciri - cirinya.
Salah satu dari pedagang ikan hias itu mengaku pernah melihatnya. Menurut ceritanya adiknya dibawa oleh seseorang menuju ke suatu tempat yang entah kemana. Ia lalu menunjuk ke sebuah arah dimana terakhir ia melihatnya. Tanpa menunggu waktu lama ia lalu bergegas pergi ke arah yang di tunjuk oleh pedagang itu. Di telusurinya jalan itu menuju ke mana.
Ia bertanya kesana kemari pada setiap orang yang dijumpainya dijalan tentang keberadaan adiknya. Setelah pencarian yang melelahkan di suatu tempat di kejauhan ia melihat adiknya berjalan dengan seorang laki - laki dewasa disampingnya. Takut terjadi sesuatu pada adiknya, bergegas ia membuntuti mereka diam - diam. “Lihat, didalam sana aku menaruh ikan - ikan hiasku di aquarium!” kata Bron sambil menunjuk ke arah mobil yang ia maksud.
Ia lalu menyuruh Amie untuk masuk ke dalam mobil karena disitulah ia menaruh aquariumnya. Tanpa curiga sedikitpun Amie menurut saja ketika Bron orang yang baru dikenalnya itu menyuruhnya masuk kedalam mobil bagian belakang. Begitu Amie telah masuk kedalam, dengan cepat Bron menutup pintu mobil bagian belakang itu dan menyuruh adiknya Joe secepatnya membawa mereka pergi dari tempat itu.
Didalam mobil Amie tak menemukan aquarium yang dimaksud Bron tadi dan ia sadar kalau ia telah ditipu. Ia hanya bisa menangis dan meminta tolong agar kawanan penculik itu mau melepaskan dia dari dalam mobil. “Hei diamlah anak kecil, kau bisa membuat kami berdua kesulitan!” bentak Joe jengkel karena mendengar tangisan Amie. “Sudahlah Joe biarkan saja dia menangis, nanti dia akan berhenti dengan sendirinya.” kata Joe menenangkan.
Melihat Amie masuk kedalam mobil bersama dua orang asing itu, bergegas ia menyusul dengan berlari secepatnya ke arah mereka. “Hentikan! Jangan culik Amie!!” teriak Daniel dengan menggedor - gedor pintu mobil bagian belakang. Ia tak ingin adiknya dibawa oleh orang - orang asing yang tak dikenalnya itu. “lihat kak siapa dibelakang itu?” “Sial, sepertinya ada yang tak menyukai kita Joe!” kata Bron sambil membuka pintu mobil. “Hei, siapa kau?” tanya Bron. “Aku Daniel kakaknya, cepat lepaskan Amie!” kata Daniel dengan lantang. “Ooh kau mau diculik juga ya? baiklah kalau itu yang kaumau!” kata Bron sambil membekap tubuh Daniel dan memasukkannya dengan paksa ke dalam mobil.
Ia lalu kembali masuk ke pintu depan dan menyuruh adiknya membawa mobil yang mereka tumpangi keluar dari tempat itu secepatnya. “Kak maafkan aku, aku yang telah membuat kita seperti ini!” kata Amie sambil menangis tersedu. “Tak apa Am, ini bukan salahmu, ini semua salahku karena tak bisa menjagamu” kata Daniel sembari memeluk adiknya.
Mereka berdua lalu terdiam dalam deru mobil yang membawa mereka pergi jauh entah kemana. Dalam perjalanan mereka melewati sebuah jalan yang dipenuhi pasir dengan hingga membuat mobil para penculik itu harus melaju dengan kecepatan yang lambat. Secara tak sengaja Daniel melihat pintu belakang mobil itu bergetar dan ia melihat adanya peluang meloloskan diri dari dalam mobil para penculik itu.
“Dengar Amie ini adalah satu - satunya cara kita meloloskan diri dari sini, aku akan menghitung dari satu sampai tiga dan kita harus sama - sama melompat, kau paham kan maksudku?" kata Daniel menjelaskan rencananya pada Amie yang dibalas Amie dengan anggukan kepala. “Klek!” terdengar suara pintu mobil dibuka. Rupanya Daniel mengetahui kalau pintu belakang mobil itu tidak dikunci hingga ia berhasil membukanya dengan mudah.
“Amie, kau sudah siap kan? Kita akan segera melompat keluar setelah hitungan ketiga” Amie mengangguk pelan walau didalam hatinya ada perasaan takut untuk melompat keluar, apalagi mobil dalam keadaan berjalan, ia bisa celaka nantinya!
“Tiga!” Pada hitungan ketiga itu melompat keluar dari dalam mobil. Ia jatuh dan bergulung - gulung dipasir. Ia tak terluka karena ia mendarat di gundukan pasir yang cukup tebal.
Kini ia telah berhasil lolos dari para penculik itu, lalu dimana Amie sekarang dan kenapa ia tak segera melompat bersama dirinya tadi? Amie hanya diam terpekur. Ia hanya bisa meratap kepergian kakaknya yang telah berhasil lolos itu. Ia tak mengindahkan permintaan kakaknya untuk melompat keluar. Ia sangat takut, takut sekali... Daniel hanya bisa melambaikan tangan melepas kepergian adiknya bersama para penculik itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar