Willy, apa kau sudah selesai berdandan? cepatlah sedikit!” kata sang ayah dari luar kamar. “Ya ayah, aku sudah siap!” sahut Willy sambil menutup pintu kamar. Hari itu Willy sedang berulang tahun, Untuk merayakannya ayahnya mengajaknya pergi ke sebuah toko mainan. Betapa gembiranya Willy hari ini, ia sangat mendambakan hadiah ulang tahunnya dan mengira - ngira apa yang akan diberikan ayahnya kali ini.
“Silahkan kau pilih mainan mana yang kau suka, dan ingat Willy, jangan yang mahal – mahal”. kata ayahnya begitu mereka memasuki sebuah toko mainan. Willy begitu senang mendengarnya, segera ia menuruti permintaan ayahnya dengan memilih mainan yang ia suka.
Ia memutari kaca yang isinya banyak terdapat beragam jenis mainan. Dilihatnya satu demi satu mainan - mainan tersebut. Bentuknya beraneka ragam, ada yang berbentuk manusia salju, boneka, mobil - mobilan, bola, sampai yang paling canggih yaitu robot. Dan tak kalah menariknya di langit langit ruangan itu terpajang puluhan miniatur pesawat dari berbagai jenis dan ukuran.
Namun semua itu tak membuat Daniel tertarik, ia masih saja terus mencari mainan yang disukainya. Tiba pada suatu sudut ruangan dimana disana terdapat sebuah meja berbentuk kotak persegi panjang dan diatasnya terdapat kotak kaca yang besarnya hampir sama dengan meja penopangnya. Tertarik dengan mainan yang terdapat didalam kotak kaca itu Willy segera datang menghampirinya. Ia tak sendiri karena ada orang lain yang yang juga berada disitu untuk melihatnya.
Ternyata itu adalah sebuah miniatur kereta api lengkap dengan dioramanya. “Waaouu, keren!” kata Daniel takjub. “Kau benar nak, ini adalah miniatur Orient Express yang terkenal itu. Perkenalkan, namaku Wilson, aku tinggal disekitar sini. Kalau boleh tahu siapa namamu nak?” tanya orang disebelah Daniel itu. “Namaku Willy, Willyam Anderson.” sahut Willy. “Nama yang bagus, perkenalkan namaku Wilson.” Kata orang itu memperkenalkan diri sambil menyalami Willy.
“Apa yang sedang kau lakukan disini Wil, apa kau ingin membeli sebuah mainan?” tanya tuan Wilson. “Ya, aku sedang berulang tahun sekarang dan ayah mengajakku kemari untuk memilih hadiah yang kusuka.” sahut Willy “Oh baguslah, apa kau sudah menemukan mainan yang kau suka?” belum sempat Willy menjawab ayahnya tiba-tiba memanggilnya. “Willy bagaimana? Apa kau sudah menemukan mainan yang kau cari?” Tanya ayahnya dari kejauhan. “Ya ayah, aku sudah menemukannya, kemarilah!” sahut Willy.
“Mainan mana yang kau maksud?” tanya ayahnya begitu ia mendekati Daniel. “Ini yah, miniatur kereta api Orient Express, aku sangat menyukainya yah!” kata Daniel sambil menunjuk ke arah miniatur kereta api itu. “Berapa harga miniatur ini?” tanya ayah Willy pada penjaga toko. “500 Pound” jawab penjaga toko itu singkat. ayah Daniel terkejut begitu ia mendengar harga dari miniatur kereta api itu.
“Willy, ayah kan sudah bilang padamu tadi jangan memilih mainan yang mahal-mahal apalagi ini!” kata ayahnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Tapi yah, aku benar - benar sangat menyukai mainan ini dan aku memilihnya untuk hadiah ulang tahunku.” kata Willy sambil merengek. “Tidak Wil, uang ayah tak cukup untuk membelinya, pilih mainan yang lain saja!” kata ayahnya dengan sedikit emosi. Tapi Daniel tak bergeming, ia masih tetap saja dengan pendiriannya.
“Tenang tuan, tolong jangan marahi anak anda, wajarlah dia masih anak - anak. Mainan seperti ini adalah salah satu dari impian mereka, Perkenalkan namaku Wilson, aku adalah salah satu dari pengunjung disini” kata tuan Wilson memperkenalkan diri “Oh tidak tuan, bukannya aku ingin melarangnya, tapi gajiku sebagai seorang tentara hanya cukup untuk makan sehari - hari, dan jelas tak mungkin aku bisa membeli mainan semahal itu.” kata ayah Willy memberi alasan.
Tuan Wilson kemudian mengangguk paham atas alasan ayah Willy yang diceritakan padanya. “Kalau begitu bagaimana kalau aku yang membeli mainan ini, aku tidak ingin melihatnya sedih dihari ulang tahunnya ini?” kata tuan Wilson menawarkan diri. ayah Willy terkejut mendengarnya ia tak menyangka ada orang yang begitu baiknya menawarkan mainan yang sangat mahal itu kepada anaknya.
“Tidak tuan, tidak usah anda menawarkan diri seperti itu, harga mainan itu terlalu mahal” kata ayah Willy mencoba menolak dengan halus. “Oh kalau hanya karena masalah itu tidak menjadi soal bagiku, yang penting anak anda bahagia dihari ulang tahunnya ini.” kata tuan Wilson memberi alasan. Ia lalu memanggil penjaga toko itu dan menyuruhnya untuk membungkus mainan itu dan mengirimkannya ke rumah Willy.
Ayah Willy menyerah, ia tak bisa menolaknya lagi. Ia sadar karena tugas ia sangat jarang pulang dan bertemu dengan anaknya dan kini ia harus membahagiakan anaknya di hari ulang tahunnya ini. Willy sangat gembira mendengarnya. Ia tak menyangka bakal menerima hadiah yang sangat ia sangat dambakan apalagi hadiah itu diberikan oleh orang lain yang tidak ia kenal sebelumnya. “Terima kasih, terima kasih banyak tuan atas hadiah yang kau berikan ini” kata Willy sambil memeluk tubuh tuan Wilson. “Tak apa Willy, sudah sepatutnya kau menerima hadiah seperti ini, apalagi ini adalah hari ulang tahunmu,” terang tuan Wilson.
“Wil, aku ingin kau mewujudkan impianku selama ini, dengan mainan yang kuberikan ini aku ingin kau merubah dunia yang mini ini berubah menjadi nyata,” pesan tuan Wilson. “Tapi bagaimana caranya?” tanya Willy tak mengerti apa yang dimaksud oleh tuan Wilson itu. “Kau akan mengerti dengan sendirinya, kau akan menemukan caranya…” Willy menganggukkan kepala pertanda ia telah paham apa yang tuan Wilson katakan padanya.
“Wil,ingatlah itu baik - baik!” pesan tuan Wilson begitu Willy dan ayahnya pergi meninggalkan toko. “Bangun, bangun tuan Willy!” sayup-sayup terdengar suara seseorang yang memanggil - manggil namanya. Sejenak ia membuka kedua matanya secara perlahan-lahan. Samar - samar dilihatnya Harry, robot ciptaannya telah berdiri di hadapannya.
“Tuan Willy, lekaslah bangun, hari ini kau ada wawancara di tv kan?” kata Harry mencoba mengingatkan. “Ya, kau benar Harry, jam sembilan nanti aku harus ke sana” kata Willy sambil mengenakan kacamatanya yang ia taruh diatas maja. “Eh suara siapa itu berisik sekali!” keluh Willy sambil memandang ke arah luar jendela.
“Mereka itu adalah para wartawan yang semenjak tadi pagi telah menunggu anda diluar tuan.” sahut Harry. “Ya ampun, bagaimana mereka bisa tahu dengan rencanaku? Kenapa bisa sampai bocor!?” keluh Willy. “Mungkin saja para wartawan dari tv9 yang menyebarkannya..” kata Harry menebak. “Semoga saja begitu!” seloroh Willy.
“Kulihat anda tadi tersenyum sendiri pada waktu tidur, apa anda sedang bermimpi indah?” tanya Harry. “Ya, aku tadi memang sedang bermimpi indah. Pesan seseorang dari masa lalu. Aku telah berhasil mewujudkannya impiannya…” kata Willy dengan pandangan menerawang.
“Silahkan kau pilih mainan mana yang kau suka, dan ingat Willy, jangan yang mahal – mahal”. kata ayahnya begitu mereka memasuki sebuah toko mainan. Willy begitu senang mendengarnya, segera ia menuruti permintaan ayahnya dengan memilih mainan yang ia suka.
Ia memutari kaca yang isinya banyak terdapat beragam jenis mainan. Dilihatnya satu demi satu mainan - mainan tersebut. Bentuknya beraneka ragam, ada yang berbentuk manusia salju, boneka, mobil - mobilan, bola, sampai yang paling canggih yaitu robot. Dan tak kalah menariknya di langit langit ruangan itu terpajang puluhan miniatur pesawat dari berbagai jenis dan ukuran.
Namun semua itu tak membuat Daniel tertarik, ia masih saja terus mencari mainan yang disukainya. Tiba pada suatu sudut ruangan dimana disana terdapat sebuah meja berbentuk kotak persegi panjang dan diatasnya terdapat kotak kaca yang besarnya hampir sama dengan meja penopangnya. Tertarik dengan mainan yang terdapat didalam kotak kaca itu Willy segera datang menghampirinya. Ia tak sendiri karena ada orang lain yang yang juga berada disitu untuk melihatnya.
Ternyata itu adalah sebuah miniatur kereta api lengkap dengan dioramanya. “Waaouu, keren!” kata Daniel takjub. “Kau benar nak, ini adalah miniatur Orient Express yang terkenal itu. Perkenalkan, namaku Wilson, aku tinggal disekitar sini. Kalau boleh tahu siapa namamu nak?” tanya orang disebelah Daniel itu. “Namaku Willy, Willyam Anderson.” sahut Willy. “Nama yang bagus, perkenalkan namaku Wilson.” Kata orang itu memperkenalkan diri sambil menyalami Willy.
“Apa yang sedang kau lakukan disini Wil, apa kau ingin membeli sebuah mainan?” tanya tuan Wilson. “Ya, aku sedang berulang tahun sekarang dan ayah mengajakku kemari untuk memilih hadiah yang kusuka.” sahut Willy “Oh baguslah, apa kau sudah menemukan mainan yang kau suka?” belum sempat Willy menjawab ayahnya tiba-tiba memanggilnya. “Willy bagaimana? Apa kau sudah menemukan mainan yang kau cari?” Tanya ayahnya dari kejauhan. “Ya ayah, aku sudah menemukannya, kemarilah!” sahut Willy.
“Mainan mana yang kau maksud?” tanya ayahnya begitu ia mendekati Daniel. “Ini yah, miniatur kereta api Orient Express, aku sangat menyukainya yah!” kata Daniel sambil menunjuk ke arah miniatur kereta api itu. “Berapa harga miniatur ini?” tanya ayah Willy pada penjaga toko. “500 Pound” jawab penjaga toko itu singkat. ayah Daniel terkejut begitu ia mendengar harga dari miniatur kereta api itu.
“Willy, ayah kan sudah bilang padamu tadi jangan memilih mainan yang mahal-mahal apalagi ini!” kata ayahnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Tapi yah, aku benar - benar sangat menyukai mainan ini dan aku memilihnya untuk hadiah ulang tahunku.” kata Willy sambil merengek. “Tidak Wil, uang ayah tak cukup untuk membelinya, pilih mainan yang lain saja!” kata ayahnya dengan sedikit emosi. Tapi Daniel tak bergeming, ia masih tetap saja dengan pendiriannya.
“Tenang tuan, tolong jangan marahi anak anda, wajarlah dia masih anak - anak. Mainan seperti ini adalah salah satu dari impian mereka, Perkenalkan namaku Wilson, aku adalah salah satu dari pengunjung disini” kata tuan Wilson memperkenalkan diri “Oh tidak tuan, bukannya aku ingin melarangnya, tapi gajiku sebagai seorang tentara hanya cukup untuk makan sehari - hari, dan jelas tak mungkin aku bisa membeli mainan semahal itu.” kata ayah Willy memberi alasan.
Tuan Wilson kemudian mengangguk paham atas alasan ayah Willy yang diceritakan padanya. “Kalau begitu bagaimana kalau aku yang membeli mainan ini, aku tidak ingin melihatnya sedih dihari ulang tahunnya ini?” kata tuan Wilson menawarkan diri. ayah Willy terkejut mendengarnya ia tak menyangka ada orang yang begitu baiknya menawarkan mainan yang sangat mahal itu kepada anaknya.
“Tidak tuan, tidak usah anda menawarkan diri seperti itu, harga mainan itu terlalu mahal” kata ayah Willy mencoba menolak dengan halus. “Oh kalau hanya karena masalah itu tidak menjadi soal bagiku, yang penting anak anda bahagia dihari ulang tahunnya ini.” kata tuan Wilson memberi alasan. Ia lalu memanggil penjaga toko itu dan menyuruhnya untuk membungkus mainan itu dan mengirimkannya ke rumah Willy.
Ayah Willy menyerah, ia tak bisa menolaknya lagi. Ia sadar karena tugas ia sangat jarang pulang dan bertemu dengan anaknya dan kini ia harus membahagiakan anaknya di hari ulang tahunnya ini. Willy sangat gembira mendengarnya. Ia tak menyangka bakal menerima hadiah yang sangat ia sangat dambakan apalagi hadiah itu diberikan oleh orang lain yang tidak ia kenal sebelumnya. “Terima kasih, terima kasih banyak tuan atas hadiah yang kau berikan ini” kata Willy sambil memeluk tubuh tuan Wilson. “Tak apa Willy, sudah sepatutnya kau menerima hadiah seperti ini, apalagi ini adalah hari ulang tahunmu,” terang tuan Wilson.
“Wil, aku ingin kau mewujudkan impianku selama ini, dengan mainan yang kuberikan ini aku ingin kau merubah dunia yang mini ini berubah menjadi nyata,” pesan tuan Wilson. “Tapi bagaimana caranya?” tanya Willy tak mengerti apa yang dimaksud oleh tuan Wilson itu. “Kau akan mengerti dengan sendirinya, kau akan menemukan caranya…” Willy menganggukkan kepala pertanda ia telah paham apa yang tuan Wilson katakan padanya.
“Wil,ingatlah itu baik - baik!” pesan tuan Wilson begitu Willy dan ayahnya pergi meninggalkan toko. “Bangun, bangun tuan Willy!” sayup-sayup terdengar suara seseorang yang memanggil - manggil namanya. Sejenak ia membuka kedua matanya secara perlahan-lahan. Samar - samar dilihatnya Harry, robot ciptaannya telah berdiri di hadapannya.
“Tuan Willy, lekaslah bangun, hari ini kau ada wawancara di tv kan?” kata Harry mencoba mengingatkan. “Ya, kau benar Harry, jam sembilan nanti aku harus ke sana” kata Willy sambil mengenakan kacamatanya yang ia taruh diatas maja. “Eh suara siapa itu berisik sekali!” keluh Willy sambil memandang ke arah luar jendela.
“Mereka itu adalah para wartawan yang semenjak tadi pagi telah menunggu anda diluar tuan.” sahut Harry. “Ya ampun, bagaimana mereka bisa tahu dengan rencanaku? Kenapa bisa sampai bocor!?” keluh Willy. “Mungkin saja para wartawan dari tv9 yang menyebarkannya..” kata Harry menebak. “Semoga saja begitu!” seloroh Willy.
“Kulihat anda tadi tersenyum sendiri pada waktu tidur, apa anda sedang bermimpi indah?” tanya Harry. “Ya, aku tadi memang sedang bermimpi indah. Pesan seseorang dari masa lalu. Aku telah berhasil mewujudkannya impiannya…” kata Willy dengan pandangan menerawang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar