Ha..ha..ha...lihatlah Will, ini adalah penemuan baruku Screamland, sebuah nama yang menarik bukan? Lihat anak - anak ini yang menjadi penggemarku, oh bukan maksudku percobaanku! Lihat setelah mereka bermain di tempatku ini, mereka menjadi..aneh dan gila dalam sekejap! Lihat mereka berani membantah perintah orang tua, menghancurkan semua perabotan di rumah dan merusak segalanya! Lihat anak - anak itu menjadi semakin liar,hancurkan! Hancurkan semuanya!!! Ha..ha..ha..."
“Oh tidak, jangan lakukan itu!” teriak Profesor Willy disertai keringat dingin dari seluruh wajahnya. Seketika itu juga Daniel dan Maggie yang masih tertidur lelap sontak terbangun begitu mendengar teriakan dari Profesor Willy yang berada di dekatnya. “Eeh ada apa ini Prof? Kenapa anda berteriak - teriak seperti itu?” tanya Daniel sambil menggosok - gosokkan kedua matanya karena masih mengantuk. “Ya, kau seperti habis dikejar hantu!” seloroh Maggie sambil menguap panjang.
“Maaf telah membangunkan kalian berdua karena aku habis bermimpi buruk tadi” terang Profesor Willy sambil menyeka keringatnya yang bercucuran. “Hah anda habis bermimpi buruk? Pasti menyeramkan sekali ya mimpinya?” tanya Daniel terkejut. “Ya seperti itulah, tapi sudahlah jangan terlalu dipikirkan, mungkin itu cuma perasaanku saja" kata Profesor Willy menenangkan.
“Sekali - sekali bermimpilah yang indah - indah Wil, supaya kami disini ikut senang mendengarnya!” seloroh Maggie. “Ah bisa saja kau ini!” kata Profesor Willy sambil menggeleng - gelengkan kepala. “Lihat kita sudah berada di atmosfir bumi!” seru Daniel sambil melihat pemandangan diluar dari jendela kapsul. “Oh itu karena aku telah mengatur program di kapsul ini terlebih dahulu agar ia dapat menurunkan ketinggiannya secara otomatis. Jadi sebentar lagi kita akan lagi kita akan segera sampai di darat” terang Profesor Willy.
“Ooh jadi begitu ya, canggih sekali alat ini!” kata Daniel kagum. “Oh ya Daniel, besok pagi pukul sembilan aku akan mengajakmu pergi ke sebuah acara yang diadakan oleh temanku, Jadi setelah mandi dan sarapan pagi besok kita akan langsung pergi ke sana.” “Kalau boleh tahu acara apa itu?” tanya Maggie penasaran. “dr. Grimm temanku semasa kecil membuka sebuah tempat hiburan anak - anak yang terletak di seberang jalan sana. Dia mengundangku untuk menghadiri acara pembukaan tempat itu.” sahut Profesor Willy.
“Oh begitu ya, tapi kalau dia membuka bisnis hiburan itu disini, bukankah itu berarti dia akan menyaingi usahamu nantinya?” kata Maggie sambil mengernyitkan dahinya. “Ya kau benar, tapi menurutku tempatku ini lebih baik daripada miliknya, apalagi aku telah berhasil menciptakan Miniland, kita lihat saja nanti!" kata Profesor Willy sambil tersenyum.
“Tapi aku jadi ingin tahu hiburan seperti apa yang akan diberikannya pada anak - anak itu...Jadi bolehkah aku ikut bersama kalian?” tanya Maggie dengan manja. “Hmm, mengingat jasamu tadi pada kami, baiklah kau boleh ikut!” sahut Profesor Willy. “Nah begitu, terima kasih telah mengajakku.” kata Maggie sambil tersenyum senang. “Nah sekarang kita lanjutkan lagi tidurnya!” kata Profesor Willy sambil menutup selimutnya.
“Dok..dok..dok!!”. terdengar suara pintu diketuk. “Apa kau sudah selesai Mag? Cepatlah sedikit!” kata Profesor Willy pada Maggie yang masih asik berdandan di dalam kamarnya. Ia masih tampak sibuk memilih – milih baju yang akan dikenakannya nanti. “Ooh, lama sekalin ia di dalam, dasar wanita!” Keluh Profesor Willy. “Sudah biarkan saja Prof, mungkin Nona Maggie masih sibuk memilih baju yang akan dikenakannya nanti. Kita tunggu saja dulu mungkin sebentar lagi juga selesai…”. Kata Daniel mencoba menenangkan.
Tak berapa lama kemudian Maggie keluar dari kamarnya setelah selesai berdandan. “Bagaimana penampilanku? Baguskan?” kata Maggie sambil bergaya menunjukkan gaun yang baru dipilihnya. “Ooh…anda terlihat sangat cantik sekali Nona!” puji Daniel ketika melihat dandanan Maggie yang baru itu. Dengan menggunakan gaun warna merah menyala Maggie dan make upnya yang tebal Maggie memang tampak tampil anggun dan serasi dengan gaun yang dikenakannya itu.
“Bagaimana dengan penampilan baruku ini Wil? Kenapa kau diam saja? Tanya Maggie pada Profesor Willy yang semenjak tadi hanya bengong menatapnya seakan tak percaya itu adalah Maggie. “O..eh..ya, cantik..cantik sekali kau hari ini. Benar – benar anggun!” kata Profesor Willy. “Nah sudah sepatutnya kau mengatakan itu…” kata Maggie sambil tertawa kecil. “Nah ayo tunggu apa lagi, sekarang ayo lekas kita pergi kesana!” ajak Maggie sambil mengapit lengan Profesor Willy. “E..eh…Maggie kenapa kau ini?” tanya Profesor Willy melihat tangannya diapit oleh Maggie. Namun Maggie hanya diam saja tak menghiraukan kata – kata dari Profesor Willy.
“Nah ini dia tempatnya!” kata Profesor Willy begitu mereka telah sampai di tempat tujuan. “Wah besar sekali tempat ini, bahkan lebih besar daripada di tempatmu Wil!” kata Maggie sambil memandang takjub gedung yang ada di depan mereka. “Tempat baru ini bahkan sangat ramai dikunjungi oleh anak – anak.” tambah Daniel. “Wajar saja karena ini adalah arena tempat bermain yang baru bagi mereka”. kata Profesor Willy.
Ia lalu menatap ke atas pada langit gedung itu. Disitu terpampang sebuah plakat nama besar bertuliskan Screamland yang telah diceritakan oleh dr. grimm sebelumnya melalui telepon.”Betul - betul sebuah nama yang mengerikan, aku jadi penasaran, permainan apa yang ia buat untuk mereka...” Mereka lalu segera masuk ke dalam gedung bersama dengan kerumunan anak - anak yang penasaran dengan tempat itu.
“Ooh akhirnya kau datang juga Wil, kau selalu menepati janji, kau tidak pernah berubah Wil! Ayo masuklah ke dalam!” sambut dr. Grimm. “Ooh kau pasti Maggie bukan, lama tak bertemu denganmu". kata dr. Grimm sambil menjabat erat tangan Maggie. “Dan siapa ini..?” Jari telunjuk dr. Grimm menunjuk ke arah Daniel, ia tak tahu siapa Daniel sebenarnya. “Oh aku, ini pasti anak kalian bukan?” Profesor Willy dan Maggie saling berpandangan, mereka terkejut dr. Grimm berkata seperti itu.
“Bukan, dia adalah Daniel. Kami menemukannya secara tak sengaja di jalan". kata Profesor Willy dan Maggie hampir bersamaan. “Maksud kalian anak ini tersesat?” “Ya seperti itulah”. jawab Profesor Willy. “Maaf, aku telah bertanya hal yang tidak - tidak Wil, itu karena aku sangat ingin melihatmu segera menikah..” kata dr. Grimm dengan mimik muka serius. “Eh..it..itu karena...” kata Profesor Willy dengan terbata - bata. “Itu karena kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu bukan?” potong dr. Grimm.
“Dan lihat, Maggie yang cantik ini sangat pantas menjadi istrimu!” kata dr. Grimm sambil tertawa lebar. bisa saja kau Grimm, kalau masalah Istri aku akan berusaha menemukannya begitu pekerjaanku ini semua selesai.” “Ooh jadi begitu ya, baik akan kutunggu janjimu itu, tapi jangan lama - lama ya!” kata dr. grimm sambil tertawa lebar.
“Waah hebat sekali kau sekarang, bisa membuat tempat hiburan untuk anak - anak sebesar ini, bisa dibayangkan betapa beruntungnya dirimu nanti!” puji Profesor Willy. “Ya, aku sangat tertarik dengan dunia anak - anak dari dulu, karena itu maka aku membangun tempat sebesar ini untuk mereka bermain. Lagipula aku berusaha untuk membuat tempat ini semenarik mungkin, lebih menarik daripada tempat hiburan lainnya yang pernah ada...” kata dr. Grimm.
“Apa itu?” tanya Profesor Willy penasaran. “Hmm, coba kau lihat yang ada di sana itu!” kata dr. Grimm sambil menunjukkan jari telunjuknya ke depan. “Hei sedang apa mereka disitu? bermainkah?” tanya Profesor Willy ketika melihat sekumpulan anak - anak yang memakai kaca mata sedang menggerakkan kaki dan tangannya mirip orang yang sedang bermain.
“Ya kau benar Willy, mereka memang sedang bermain, bermain video game!” terang dr. Grimm sambil tersenyum. “Bermain video game? Apakah game 3 dimensi yang diproyeksikan ke dalam kacamata hingga mereka dapat melihat isi di dalamnya?” tebak Profesor Willy. “Benar, dengan begitu mereka tak perlu memakai memakai media Televisi lagi untuk bermain video game, media itu telah menjadi usang sekarang, heh..heh..heh...” sahut dr. Grimm sambil tertawa terkekeh.
Daniel yang mendengar hal itu menjadi tertarik dan ingin segera mencoba permainan itu. “Hei Daniel kau mau kemana?” tanya Profesor Willy ketika melihat Daniel berlari ke arah anak - anak yang sedang mencoba permainan itu. “Biarkan saja dia mencobanya Wil, mungkin ia sangat permainan itu.” kata dr. Grimm mencoba menahan. Daniel yang tidak sabar mencoba permainan itu segera mengenakan kacamata hitam besar yang telah disediakan di tempat itu. “Tekan tombol hitam kecil yang ada di sebelah di sebelah gagang kaca mata itu Daniel!” kata dr. Grimm memberi petunjuk. Mendengar itu Daniel lalu menekan tombol yang dimaksud oleh dr. Grimm dan tak lama kemudian segera dirasakan adanya perubahan pada penglihatannya di dalam kaca mata itu...
Di dalam pandangannya ia kini berada di sebuah taman bermain. Taman bermain itu berada persis di belakang sekolahnya. Ia kemudian berjalan menyusuri taman itu dan tak jauh dari situ ia melihat ada sesosok anak kecil kira - kira berumur 8 tahun yang sedang bermain di tempat itu. Ia bermain di sekitar taman yang ada pasirnya, pasir laut yang dipasang khusus buat anak - anak yang ingin bermain pasir di sana. Tapi wajah anak kecil itu sudah tak asing lagi baginya. Ya, itu adalah Amie, adiknya sendiri! Tapi kenapa dia bisa berada disitu? Ia ingin mendekat dan menyapanya. Sudah lama sekali ia tak pernah bertemu dengan adiknya semenjak mereka diculik. Tapi tiba - tiba ia melihat ada sosok seseorang yang berjalan mendekati adiknya. Wajah orang itu juga tidak begitu asing baginya. Ya dia adalah Erick, anak satu kelas dengannya. Apa yang ia lakukan disini?
“Sedang bermain apa hei anak kecil?” tanya Erick pada Amie yang sedang asik bermain dengan mainannya. “Bermain mobil – mobilan.” Jawab Amie singkat. “Apa kau bilang? Bermain mobil – mobilan? “Ha…ha…ha…ha…Kau lucu sekali. Anak cewek kok bermain mobil – mobilan? Mobil – mobilan itu hanya untuk anak cowok saja, kalau cewek mainannya boneka tahu!” Kata Erick dengan nada membentak. Tapi Amie hanya diam saja, ia tak menghiraukan kata – kata Erick tadi. Ia masih asik bermain dengan mainannya.
“Kalau begitu kutenggelamkan mobil – mobil ini di pasir supaya kau tahu kalau anak cewek tak pantas memainkan ini!” Dengan wajah bengis Erick menginjak – injak mobil – mobilan yang dipakai bermain oleh Amie dalam pasir hingga mobil itu terbenam ke dalam pasir. “Jangan lakukan itu, itu punyaku,huuu…huuu…kau jahat!” kata Amie. Ia menangis tersedu – sedu melihat apa yang Erick lakukan pada mainannya. Namun Erick tak menghiraukan tangisannya. Bagai kesetanan ia meneruskan aksinya dengan menginjak – injak mobil – mobilan lainnya. Tak ada rasa bersalah sedikitpun dalam dirinya, baginya mobil – mobilan itu hanyalah sampah yang harus sedera disingkirkan dan dilenyapkan dari muka bumi! Di bibirnya tersungging senyum penuh kemenangan…
“Hei apa yang kau lakukan pada adikku disitu?” tanya Daniel dengan wajah penuh amarah pada Erick yang masih sibuk yang masih sibuk menginjak – injak mobil – mobilan milik Amie. Mendengar itu Erick lalu memalingkan wajahnya pada Daniel. Ia tak terkejut ada Daniel disampingnya. Hanya senyuman dengan wajah bengis yang ia tampakkan pada Daniel.
“Ooh ternyata kakaknya yang datang! Ha..ha..ha…, maaf Daniel aku telah mengganggu adikmu bermain disini”. Kata Erick tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. “Heeh sialan kau! Terus kenapa kau ganggu dia!”. tanya Daniel dengan wajah menahan emosi. “Aku hanya ingin memberinya pelajaran kalau anak cewek seperti dia tak pantas memainkan mobil – mobilan ini dan untuk itu aku memberinya pelajaran, kalau ini…,” Erick mengambil salah satu mobil – mobilan Amie lalu diletakkan di depannya, kemudian diinjaknya mobil – mobilan itu hingga patah menjadi dua bagian! “Memang pantas untuk disingkirkan! Hua..ha..ha…” Erick tertawa terbahak – bahak selesai melakukan perbuatannya tadi. Amie yang sedari tadi masih menangis, makin meledak dan histerislah tangisannya!
Melihat perbuatan Erick yang dianggapnya sudah keterlaluan itu, makin meluaplah amarah dan emosi Daniel yang tentu saja tak bisa dibendungnya lagi. “Dasar gila kau! Kaulah yang pantas untuk disingkirkan!” Daniel lalu berlari ke arah Erick. Wajahnya penuh dengan luapan emosi. Ingin rasanya menumpahkan semuanya pada tubuh Erick.
“Coba pukul aku kalau bisa! Pukulanmu lemah dan tak bertenaga seperti dulu! Kau akan kalah Daniel, dasar pecundang!! Ha..ha..ha...” ejek Erick. Namun Daniel tak menghiraukan ucapannya. Bagai kesetanan ia lalu mendorong tubuh Erick ke arah pasir hingga mereka berdua jatuh saling bertindihan. Daniel jatuh menimpa tubuh Erick yang gendut.
“Lihat akan kubenamkan kepalamu di atas pasir ini!” kata Daniel dengan nada seru. “Coba saja kalau bisa!" kata Erick meremehkan. Ia masih saja meremehkan tenaga Daniel yang baginya tak seberapa itu. Daniel sendiri merasa keheranan, sepertinya ia mendapatkan kekuatan di luar batas kemampuannya. Tenaganya seperti bertambah berkali - kali lipat besarnya hingga ia mampu mendorong jatuh Erick yang bertubuh tambun. Erick pun merasa ada sesuatu yang aneh dengan diri Daniel. Tak biasanya ia sekuat itu. Ada rasa takut luar biasa pada dirinya yang kini tak mampu lagi ia sembunyikan.
“Hegg..hhh..heh..heh...Ampun Daniel, toloonggg..!!!” terdengar teriakan mengiba - iba dari mulut Erick. Nafasnya terasa sesak, hidung dan mulutnya penuh dengan pasir, ia tak bisa bernafas! Daniel dengan sekuat tenaganya yang luar biasa itu membentur - benturkan dan mencoba membenamkan kepala Erick ke dalam pasir sedalam mungkin!
“Daniiiiilll, bangun! Sadarlah!!” sayup – sayup terdengar suara seseorang yang membangunkannya. Perlahan – lahan ia membuka kedua matanya. Samar – samar ia melihat ada Nona Maggie dan Profesor Willy sudah berada tepat di hadapannya. “Eeh apa yang terjadi, apa yang barusan terjadi padaku?” tanya Daniel tak mengerti. “Tak sadarkah kau kalau tadi bertingkah aneh!” Kau terlihat seperti mendorong – dorong sesuatu ke lantai, kau terlihat aneh sekali?” kata Profesor Willy dengan nada heran. “Ya, aku baru saja menenggelamkan wajah Erick yang bengis itu ke dalam pasir! Ia benar – benar sangat memuakkan!”. Kata Daniel dengan wajah penuh emosi.
“Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi padanya, ia seperti habis membunuh seseorang!” kata Maggie. Ia terkejut tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar tadi dari Daniel. Daniel yang semula baik dan periang tiba – tiba menjadi sangar, seperti orang yang kesurupan ia menjadi terlihat sangat jahat!. Maggie terlihat takut melihat wajah Daniel yang seperti itu.
“Tidak, ini bukan karena keinginan Daniel yang sebenarnya, tapi itu disebabkan oleh kacamata yang ia gunakan ini”. kata Profesor Willy sambil membuang jauh – jauh kacamata hitam itu dari yang dikenakan Daniel. Merasa ada yang tak beres, ia lalu mengambil satu persatu kacamata – kacamata hitam yang masih dikenakan oleh anak – anak yang bermain di tempat itu dan kemudian diinjak – injaknya hingga rusak!. “Dasar gila kau Grimm, kau telah meracuni pikiran anak – anak ini!” seru Profesor Willy dengan nada emosi.
“Hei apa yang kau lakukan, kau tak boleh merusak alat – alat itu!” ujar salah satu penjaga stan mengingatkannya. “Tenang Lex, biarkan saja. Ini hanya salah paham saja. Kau kembali saja ke tempatmu sana”. Kata dr. Grimm mencoba menenangkan. “Oh maaf Wil, aku telah membuatmu jadi seperti ini, tapi seharusnya kau tak perlu emosi begini. Kau hanya tak mengerti bagaimana cara anak – anak ini bermain dan menikmati permainannya”. “Ya, dan kau mencoba menjerumuskan mereka ke dalam mimpi – mimpi burukmu!” kata Profesor Willy dengan nada gusar. “Baiklah, mungkin aku yang salah telah membawamu kemari, tapi akan kutunjukkan ke tempat yang lebih baik daripada ini dan mungkin akan membuatmu senang” kata dr. Grimm sambil tersenyum.
“Oh tidak, jangan lakukan itu!” teriak Profesor Willy disertai keringat dingin dari seluruh wajahnya. Seketika itu juga Daniel dan Maggie yang masih tertidur lelap sontak terbangun begitu mendengar teriakan dari Profesor Willy yang berada di dekatnya. “Eeh ada apa ini Prof? Kenapa anda berteriak - teriak seperti itu?” tanya Daniel sambil menggosok - gosokkan kedua matanya karena masih mengantuk. “Ya, kau seperti habis dikejar hantu!” seloroh Maggie sambil menguap panjang.
“Maaf telah membangunkan kalian berdua karena aku habis bermimpi buruk tadi” terang Profesor Willy sambil menyeka keringatnya yang bercucuran. “Hah anda habis bermimpi buruk? Pasti menyeramkan sekali ya mimpinya?” tanya Daniel terkejut. “Ya seperti itulah, tapi sudahlah jangan terlalu dipikirkan, mungkin itu cuma perasaanku saja" kata Profesor Willy menenangkan.
“Sekali - sekali bermimpilah yang indah - indah Wil, supaya kami disini ikut senang mendengarnya!” seloroh Maggie. “Ah bisa saja kau ini!” kata Profesor Willy sambil menggeleng - gelengkan kepala. “Lihat kita sudah berada di atmosfir bumi!” seru Daniel sambil melihat pemandangan diluar dari jendela kapsul. “Oh itu karena aku telah mengatur program di kapsul ini terlebih dahulu agar ia dapat menurunkan ketinggiannya secara otomatis. Jadi sebentar lagi kita akan lagi kita akan segera sampai di darat” terang Profesor Willy.
“Ooh jadi begitu ya, canggih sekali alat ini!” kata Daniel kagum. “Oh ya Daniel, besok pagi pukul sembilan aku akan mengajakmu pergi ke sebuah acara yang diadakan oleh temanku, Jadi setelah mandi dan sarapan pagi besok kita akan langsung pergi ke sana.” “Kalau boleh tahu acara apa itu?” tanya Maggie penasaran. “dr. Grimm temanku semasa kecil membuka sebuah tempat hiburan anak - anak yang terletak di seberang jalan sana. Dia mengundangku untuk menghadiri acara pembukaan tempat itu.” sahut Profesor Willy.
“Oh begitu ya, tapi kalau dia membuka bisnis hiburan itu disini, bukankah itu berarti dia akan menyaingi usahamu nantinya?” kata Maggie sambil mengernyitkan dahinya. “Ya kau benar, tapi menurutku tempatku ini lebih baik daripada miliknya, apalagi aku telah berhasil menciptakan Miniland, kita lihat saja nanti!" kata Profesor Willy sambil tersenyum.
“Tapi aku jadi ingin tahu hiburan seperti apa yang akan diberikannya pada anak - anak itu...Jadi bolehkah aku ikut bersama kalian?” tanya Maggie dengan manja. “Hmm, mengingat jasamu tadi pada kami, baiklah kau boleh ikut!” sahut Profesor Willy. “Nah begitu, terima kasih telah mengajakku.” kata Maggie sambil tersenyum senang. “Nah sekarang kita lanjutkan lagi tidurnya!” kata Profesor Willy sambil menutup selimutnya.
“Dok..dok..dok!!”. terdengar suara pintu diketuk. “Apa kau sudah selesai Mag? Cepatlah sedikit!” kata Profesor Willy pada Maggie yang masih asik berdandan di dalam kamarnya. Ia masih tampak sibuk memilih – milih baju yang akan dikenakannya nanti. “Ooh, lama sekalin ia di dalam, dasar wanita!” Keluh Profesor Willy. “Sudah biarkan saja Prof, mungkin Nona Maggie masih sibuk memilih baju yang akan dikenakannya nanti. Kita tunggu saja dulu mungkin sebentar lagi juga selesai…”. Kata Daniel mencoba menenangkan.
Tak berapa lama kemudian Maggie keluar dari kamarnya setelah selesai berdandan. “Bagaimana penampilanku? Baguskan?” kata Maggie sambil bergaya menunjukkan gaun yang baru dipilihnya. “Ooh…anda terlihat sangat cantik sekali Nona!” puji Daniel ketika melihat dandanan Maggie yang baru itu. Dengan menggunakan gaun warna merah menyala Maggie dan make upnya yang tebal Maggie memang tampak tampil anggun dan serasi dengan gaun yang dikenakannya itu.
“Bagaimana dengan penampilan baruku ini Wil? Kenapa kau diam saja? Tanya Maggie pada Profesor Willy yang semenjak tadi hanya bengong menatapnya seakan tak percaya itu adalah Maggie. “O..eh..ya, cantik..cantik sekali kau hari ini. Benar – benar anggun!” kata Profesor Willy. “Nah sudah sepatutnya kau mengatakan itu…” kata Maggie sambil tertawa kecil. “Nah ayo tunggu apa lagi, sekarang ayo lekas kita pergi kesana!” ajak Maggie sambil mengapit lengan Profesor Willy. “E..eh…Maggie kenapa kau ini?” tanya Profesor Willy melihat tangannya diapit oleh Maggie. Namun Maggie hanya diam saja tak menghiraukan kata – kata dari Profesor Willy.
“Nah ini dia tempatnya!” kata Profesor Willy begitu mereka telah sampai di tempat tujuan. “Wah besar sekali tempat ini, bahkan lebih besar daripada di tempatmu Wil!” kata Maggie sambil memandang takjub gedung yang ada di depan mereka. “Tempat baru ini bahkan sangat ramai dikunjungi oleh anak – anak.” tambah Daniel. “Wajar saja karena ini adalah arena tempat bermain yang baru bagi mereka”. kata Profesor Willy.
Ia lalu menatap ke atas pada langit gedung itu. Disitu terpampang sebuah plakat nama besar bertuliskan Screamland yang telah diceritakan oleh dr. grimm sebelumnya melalui telepon.”Betul - betul sebuah nama yang mengerikan, aku jadi penasaran, permainan apa yang ia buat untuk mereka...” Mereka lalu segera masuk ke dalam gedung bersama dengan kerumunan anak - anak yang penasaran dengan tempat itu.
“Ooh akhirnya kau datang juga Wil, kau selalu menepati janji, kau tidak pernah berubah Wil! Ayo masuklah ke dalam!” sambut dr. Grimm. “Ooh kau pasti Maggie bukan, lama tak bertemu denganmu". kata dr. Grimm sambil menjabat erat tangan Maggie. “Dan siapa ini..?” Jari telunjuk dr. Grimm menunjuk ke arah Daniel, ia tak tahu siapa Daniel sebenarnya. “Oh aku, ini pasti anak kalian bukan?” Profesor Willy dan Maggie saling berpandangan, mereka terkejut dr. Grimm berkata seperti itu.
“Bukan, dia adalah Daniel. Kami menemukannya secara tak sengaja di jalan". kata Profesor Willy dan Maggie hampir bersamaan. “Maksud kalian anak ini tersesat?” “Ya seperti itulah”. jawab Profesor Willy. “Maaf, aku telah bertanya hal yang tidak - tidak Wil, itu karena aku sangat ingin melihatmu segera menikah..” kata dr. Grimm dengan mimik muka serius. “Eh..it..itu karena...” kata Profesor Willy dengan terbata - bata. “Itu karena kau terlalu sibuk dengan pekerjaanmu bukan?” potong dr. Grimm.
“Dan lihat, Maggie yang cantik ini sangat pantas menjadi istrimu!” kata dr. Grimm sambil tertawa lebar. bisa saja kau Grimm, kalau masalah Istri aku akan berusaha menemukannya begitu pekerjaanku ini semua selesai.” “Ooh jadi begitu ya, baik akan kutunggu janjimu itu, tapi jangan lama - lama ya!” kata dr. grimm sambil tertawa lebar.
“Waah hebat sekali kau sekarang, bisa membuat tempat hiburan untuk anak - anak sebesar ini, bisa dibayangkan betapa beruntungnya dirimu nanti!” puji Profesor Willy. “Ya, aku sangat tertarik dengan dunia anak - anak dari dulu, karena itu maka aku membangun tempat sebesar ini untuk mereka bermain. Lagipula aku berusaha untuk membuat tempat ini semenarik mungkin, lebih menarik daripada tempat hiburan lainnya yang pernah ada...” kata dr. Grimm.
“Apa itu?” tanya Profesor Willy penasaran. “Hmm, coba kau lihat yang ada di sana itu!” kata dr. Grimm sambil menunjukkan jari telunjuknya ke depan. “Hei sedang apa mereka disitu? bermainkah?” tanya Profesor Willy ketika melihat sekumpulan anak - anak yang memakai kaca mata sedang menggerakkan kaki dan tangannya mirip orang yang sedang bermain.
“Ya kau benar Willy, mereka memang sedang bermain, bermain video game!” terang dr. Grimm sambil tersenyum. “Bermain video game? Apakah game 3 dimensi yang diproyeksikan ke dalam kacamata hingga mereka dapat melihat isi di dalamnya?” tebak Profesor Willy. “Benar, dengan begitu mereka tak perlu memakai memakai media Televisi lagi untuk bermain video game, media itu telah menjadi usang sekarang, heh..heh..heh...” sahut dr. Grimm sambil tertawa terkekeh.
Daniel yang mendengar hal itu menjadi tertarik dan ingin segera mencoba permainan itu. “Hei Daniel kau mau kemana?” tanya Profesor Willy ketika melihat Daniel berlari ke arah anak - anak yang sedang mencoba permainan itu. “Biarkan saja dia mencobanya Wil, mungkin ia sangat permainan itu.” kata dr. Grimm mencoba menahan. Daniel yang tidak sabar mencoba permainan itu segera mengenakan kacamata hitam besar yang telah disediakan di tempat itu. “Tekan tombol hitam kecil yang ada di sebelah di sebelah gagang kaca mata itu Daniel!” kata dr. Grimm memberi petunjuk. Mendengar itu Daniel lalu menekan tombol yang dimaksud oleh dr. Grimm dan tak lama kemudian segera dirasakan adanya perubahan pada penglihatannya di dalam kaca mata itu...
Di dalam pandangannya ia kini berada di sebuah taman bermain. Taman bermain itu berada persis di belakang sekolahnya. Ia kemudian berjalan menyusuri taman itu dan tak jauh dari situ ia melihat ada sesosok anak kecil kira - kira berumur 8 tahun yang sedang bermain di tempat itu. Ia bermain di sekitar taman yang ada pasirnya, pasir laut yang dipasang khusus buat anak - anak yang ingin bermain pasir di sana. Tapi wajah anak kecil itu sudah tak asing lagi baginya. Ya, itu adalah Amie, adiknya sendiri! Tapi kenapa dia bisa berada disitu? Ia ingin mendekat dan menyapanya. Sudah lama sekali ia tak pernah bertemu dengan adiknya semenjak mereka diculik. Tapi tiba - tiba ia melihat ada sosok seseorang yang berjalan mendekati adiknya. Wajah orang itu juga tidak begitu asing baginya. Ya dia adalah Erick, anak satu kelas dengannya. Apa yang ia lakukan disini?
“Sedang bermain apa hei anak kecil?” tanya Erick pada Amie yang sedang asik bermain dengan mainannya. “Bermain mobil – mobilan.” Jawab Amie singkat. “Apa kau bilang? Bermain mobil – mobilan? “Ha…ha…ha…ha…Kau lucu sekali. Anak cewek kok bermain mobil – mobilan? Mobil – mobilan itu hanya untuk anak cowok saja, kalau cewek mainannya boneka tahu!” Kata Erick dengan nada membentak. Tapi Amie hanya diam saja, ia tak menghiraukan kata – kata Erick tadi. Ia masih asik bermain dengan mainannya.
“Kalau begitu kutenggelamkan mobil – mobil ini di pasir supaya kau tahu kalau anak cewek tak pantas memainkan ini!” Dengan wajah bengis Erick menginjak – injak mobil – mobilan yang dipakai bermain oleh Amie dalam pasir hingga mobil itu terbenam ke dalam pasir. “Jangan lakukan itu, itu punyaku,huuu…huuu…kau jahat!” kata Amie. Ia menangis tersedu – sedu melihat apa yang Erick lakukan pada mainannya. Namun Erick tak menghiraukan tangisannya. Bagai kesetanan ia meneruskan aksinya dengan menginjak – injak mobil – mobilan lainnya. Tak ada rasa bersalah sedikitpun dalam dirinya, baginya mobil – mobilan itu hanyalah sampah yang harus sedera disingkirkan dan dilenyapkan dari muka bumi! Di bibirnya tersungging senyum penuh kemenangan…
“Hei apa yang kau lakukan pada adikku disitu?” tanya Daniel dengan wajah penuh amarah pada Erick yang masih sibuk yang masih sibuk menginjak – injak mobil – mobilan milik Amie. Mendengar itu Erick lalu memalingkan wajahnya pada Daniel. Ia tak terkejut ada Daniel disampingnya. Hanya senyuman dengan wajah bengis yang ia tampakkan pada Daniel.
“Ooh ternyata kakaknya yang datang! Ha..ha..ha…, maaf Daniel aku telah mengganggu adikmu bermain disini”. Kata Erick tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. “Heeh sialan kau! Terus kenapa kau ganggu dia!”. tanya Daniel dengan wajah menahan emosi. “Aku hanya ingin memberinya pelajaran kalau anak cewek seperti dia tak pantas memainkan mobil – mobilan ini dan untuk itu aku memberinya pelajaran, kalau ini…,” Erick mengambil salah satu mobil – mobilan Amie lalu diletakkan di depannya, kemudian diinjaknya mobil – mobilan itu hingga patah menjadi dua bagian! “Memang pantas untuk disingkirkan! Hua..ha..ha…” Erick tertawa terbahak – bahak selesai melakukan perbuatannya tadi. Amie yang sedari tadi masih menangis, makin meledak dan histerislah tangisannya!
Melihat perbuatan Erick yang dianggapnya sudah keterlaluan itu, makin meluaplah amarah dan emosi Daniel yang tentu saja tak bisa dibendungnya lagi. “Dasar gila kau! Kaulah yang pantas untuk disingkirkan!” Daniel lalu berlari ke arah Erick. Wajahnya penuh dengan luapan emosi. Ingin rasanya menumpahkan semuanya pada tubuh Erick.
“Coba pukul aku kalau bisa! Pukulanmu lemah dan tak bertenaga seperti dulu! Kau akan kalah Daniel, dasar pecundang!! Ha..ha..ha...” ejek Erick. Namun Daniel tak menghiraukan ucapannya. Bagai kesetanan ia lalu mendorong tubuh Erick ke arah pasir hingga mereka berdua jatuh saling bertindihan. Daniel jatuh menimpa tubuh Erick yang gendut.
“Lihat akan kubenamkan kepalamu di atas pasir ini!” kata Daniel dengan nada seru. “Coba saja kalau bisa!" kata Erick meremehkan. Ia masih saja meremehkan tenaga Daniel yang baginya tak seberapa itu. Daniel sendiri merasa keheranan, sepertinya ia mendapatkan kekuatan di luar batas kemampuannya. Tenaganya seperti bertambah berkali - kali lipat besarnya hingga ia mampu mendorong jatuh Erick yang bertubuh tambun. Erick pun merasa ada sesuatu yang aneh dengan diri Daniel. Tak biasanya ia sekuat itu. Ada rasa takut luar biasa pada dirinya yang kini tak mampu lagi ia sembunyikan.
“Hegg..hhh..heh..heh...Ampun Daniel, toloonggg..!!!” terdengar teriakan mengiba - iba dari mulut Erick. Nafasnya terasa sesak, hidung dan mulutnya penuh dengan pasir, ia tak bisa bernafas! Daniel dengan sekuat tenaganya yang luar biasa itu membentur - benturkan dan mencoba membenamkan kepala Erick ke dalam pasir sedalam mungkin!
“Daniiiiilll, bangun! Sadarlah!!” sayup – sayup terdengar suara seseorang yang membangunkannya. Perlahan – lahan ia membuka kedua matanya. Samar – samar ia melihat ada Nona Maggie dan Profesor Willy sudah berada tepat di hadapannya. “Eeh apa yang terjadi, apa yang barusan terjadi padaku?” tanya Daniel tak mengerti. “Tak sadarkah kau kalau tadi bertingkah aneh!” Kau terlihat seperti mendorong – dorong sesuatu ke lantai, kau terlihat aneh sekali?” kata Profesor Willy dengan nada heran. “Ya, aku baru saja menenggelamkan wajah Erick yang bengis itu ke dalam pasir! Ia benar – benar sangat memuakkan!”. Kata Daniel dengan wajah penuh emosi.
“Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi padanya, ia seperti habis membunuh seseorang!” kata Maggie. Ia terkejut tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar tadi dari Daniel. Daniel yang semula baik dan periang tiba – tiba menjadi sangar, seperti orang yang kesurupan ia menjadi terlihat sangat jahat!. Maggie terlihat takut melihat wajah Daniel yang seperti itu.
“Tidak, ini bukan karena keinginan Daniel yang sebenarnya, tapi itu disebabkan oleh kacamata yang ia gunakan ini”. kata Profesor Willy sambil membuang jauh – jauh kacamata hitam itu dari yang dikenakan Daniel. Merasa ada yang tak beres, ia lalu mengambil satu persatu kacamata – kacamata hitam yang masih dikenakan oleh anak – anak yang bermain di tempat itu dan kemudian diinjak – injaknya hingga rusak!. “Dasar gila kau Grimm, kau telah meracuni pikiran anak – anak ini!” seru Profesor Willy dengan nada emosi.
“Hei apa yang kau lakukan, kau tak boleh merusak alat – alat itu!” ujar salah satu penjaga stan mengingatkannya. “Tenang Lex, biarkan saja. Ini hanya salah paham saja. Kau kembali saja ke tempatmu sana”. Kata dr. Grimm mencoba menenangkan. “Oh maaf Wil, aku telah membuatmu jadi seperti ini, tapi seharusnya kau tak perlu emosi begini. Kau hanya tak mengerti bagaimana cara anak – anak ini bermain dan menikmati permainannya”. “Ya, dan kau mencoba menjerumuskan mereka ke dalam mimpi – mimpi burukmu!” kata Profesor Willy dengan nada gusar. “Baiklah, mungkin aku yang salah telah membawamu kemari, tapi akan kutunjukkan ke tempat yang lebih baik daripada ini dan mungkin akan membuatmu senang” kata dr. Grimm sambil tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar