Sampailah mereka kini ke sebuah ruangan besar yang terdiri dari beberapa monitor berukuran 20 inch yang disusun menjadi satu. “Ini adalah layar - layar monitor tv yang berisi video rekaman para anak - anak yang telah berhasil aku latih hingga berhasil menjadi seperti ini. Tingkat kemampuan, kecerdasan, kekuatan dan daya pikir mereka meningkat luar biasa hebatnya! terang dr. Grimm.
“Contohnya seperti apa?” tanya Profesor Willy penasaran. “Seperti yang kaulihat disemua monitor tv ini masing - masing menampilkan bagaimana kemampuan mereka digunakan, ada yang menyetrika baju sekolahnya cukup hanya dengan menggunakan tangan kanannya saja dan dibagian sana ada video yang menampilkan seorang anak sedang membantu ayahnya menyalakan rokok dengan bantuan tangannya yang mengandung api!” kata dr. Grimm menjelaskan secara panjang lebar.
“Hei apa itu? di bagian sana ada yang menampilkan beberapa anak yang sedang berkelahi!" kata Profesor Willy sambil menunjuk ke arah salah satu monitor. “Oh tidak, dugaanmu salah Wil, memang ada anak - anak yang sedang berkelahi disitu, tapi salah satu dari mereka yaitu anak didikku dengan kekuatan supernya melerai anak - anak yang sedang berkelahi itu dan mereka semua terpental hingga akhirnya mengurungkan niat mereka untuk berkelahi lagi” terang dr. Grimm.
“Ooh, benar – benar mengagumkan!” kata Daniel dengan takjub ketika melihat adegan yang dilihatnya di video itu. “Lalu bagaimana kau melakukan ini semua?” tanya Profesor Willy penuh selidik. “Melalui Bio – Energi yang berasal alam bawah sadar mereka.” jawab dr. Grimm dengan mantap. “Dimana kau menyimpan dan melatih anak – anak itu? Bisa kau tunjukkan padaku dimana tempatnya sekarang?” “Sebenarnya aku bisa saja menunjukkan keberadaan mereka padamu sekarang Wil, tapi demi alasan keamanan, maaf aku tidak bisa menunjukkan tempat itu padamu..”
“Jadi ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku rupanya, sehingga aku tidak boleh melihatnya langsung!” kata Profesor Willy dengan nada heran. “Oh, bukan seperti itu yang kau bayangkan. Ini sudah menjadi keputusanku. Jadi aku berhak melarang siapapun termsuk kau!” terang dr. Grimm.
Ketika mereka berdua tengah berdebat mengenai video itu, tiba – tiba Daniel merasa ingin buang air kecil ke belakang, dan iapun bertanya pada dr. Grimm dimana letaknya. “Lurus saja dari sini, kemudian belok kiri, nah disitulah kau akn menemukannya.”. terang dr. Grimm. “Terima kasih dr. Grimm” kata Daniel sembari melangkahkan kakinya keluar ruangan. “Heei Daniel, akan kutemani kau!” kata Maggie sembari menyusul Daniel dari belakang.
“Ya ampun, kau sudah tak bisa menahannya lagi ya Daniel!” kata Maggie sambil tertawa kecil. “Ya, didalam ruangan sana sangat dingin sekali Nona Maggie, aku sampai menggigil kedinginan tadi”. kata Daniel polos. “Ya, akupun demikian, ha...ha...ha...” kata Maggie sambil tertawa lebar. “Eeh, jalan disini bercabang, sekarang belok kiri atau kanan ya?” kata Daniel kebingungan. “Lho, bukannya kata dr. Grimm tadi bilang belok ke arah kiri?” kata Maggie mencoba meyakinkan.
”Iya sih, tapi aku sendiri tak yakin belok kiri atau kanan, mungkin saja aku lupa” kata Daniel sambil menggaruk - garuk kepalanya. “Aduuh yang benar saja Daniel, kau malah membuatku bingung!” keluh Maggie. “Ooh kalau begitu kita lewat jalan yang sebelah kanan saja.” kata Daniel. “Apa kau yakin ini adalah jalan yang benar?” tanya Maggie. “Suer, aku yakin ini adalah jalan yang benar, anda tidak perlu khawatir kalau tersesat nanti Nona, karena aku sudah biasa tersesat…” kata Daniel sambil menggandeng tangan Maggie.
“Baiklah, aku percaya padamu Daniel, tapi awas kalau nanti kita sampai tersesat ya!” kata Maggie sambil menjiwit lengan Daniel. “Ya ampun tempat ini gelap sekali ya, apa kau yakin ini jalan menuju kesana?“ tanya Maggie begitu mereka memasuki begitu mereka memasuki koridor ruangan. “Koridor ini minim sekali cahaya, barangkali tempatnya ada di ujung sana, tapi mudah – mudahan saja kita tidak tersesat “. “Enak saja, kalau tersesat jangan bawa – bawa aku dong!“ kata Maggie bercanda. Daniel hanya tertawa kecil mendengarnya.
Tak terasa mereka berdua kini hampir sampai di sebuah ujung ruangan yang tidak mereka ketahui ruangan apa itu. Terlihat tabung – tabung besar berjejer dengan rapi disana. Dan alangkah terkejutnya mereka ketika melihat apa yang ada di dalam tabung itu. “Arrggghhh…apa itu!!??“ teriak Maggie terkejut setengah mati melihat pemandangan yang ada dihadapannya. “It…itu...man…manusiaaa!!!“ teriak Maggie ketakutan. Ia hampir saja lari kalau Daniel tidak mencegahnya.
“Tenang Nona, mereka takkan dapat mengganggumu karena mereka ada didalam tabung sekarang.” kata Daniel mencoba menenangkan. Ditatapnya wajah – wajah yang ada didalam tabung itu satu demi satu. Mereka semua ternyata masih anak – anak, umurnya rata – rata seumuran dengan dirinya. Mata mereka terpejam, diam dan tenang di dalam tabung yang berisi air. Mereka bernafas melalui selang infus yang dihubungkan pada oksigen yang berada di luar tabung.
“Sepertinya ini adalah tabung percobaan yang dimaksud oleh Dr. Grimm tadi“. “Pantas saja dia menyimpannya disini, ditempat yang tersembunyi dan jauh dari jangkauan anak – anak”. “Tapi buat apa ya dia membuat tabung seperti ini?”. Kata Daniel mencoba menyelidik. “Tempat ini kelihatannya menyeramkan sekali, ayo lekas kita pergi dari sini Daniel!” ajak Maggie sambil menggigit kecil bibirnya yang bergetar. Tampak raut wajahnya yang ketakutan ketika pertama kali melihat tabung – tabung itu. Ia takut kalau nantinya akan terjadi sesuatu dengan mereka ditempat itu.
“Tap…tap…tap…,” sayup – sayup mereka mendengar suara langkah seseorang dari arah depan. “Eeh, kau dengar itu Daniel, suara apa itu?” tanya Maggie sambil berusaha mendengarkan suara itu dengan seksama. “Ya, aku dengar, kalau tidak salah itu adalah suara langkah seseorang yang menuju kemari”, sahut Daniel sambil memperhatikan arah suara itu.
“Kalau begitu lekas kita pergi dari sini Daniel, jangan sampai ketahuan mereka kalau kita berada disini hanya karena tersesat!”. “Ya, kau benar Nona, ayo kita pergi!” sahut Daniel sambil menganggukkan kepala. Mereka lalu beranjak pergi dari tempat itu ketempat dimana mereka menuju kearah sana sebelumnya. Sekali lagi Daniel memperhatikan anak – anak yang berada di dalam tabung. Untuk apa mereka berada di dalam sana dan bagaimana nasib mereka nanti itulah hal yang berkecamuk dalam pikirannya sekarang.
Tiba – tiba diantara anak – anak itu ia melihat sesosok wajah yang begitu dikenalnya dan tak asing lagi baginya. Ya, dia adalah…”Amie! lihat itu Amie!” Tak sadar ia mengucapkan kata itu ketika ia akan beranjak pergi dari tempat itu. “Siapa Amie itu?” tanya Maggie sambil menghentikan langkahnya. “Dia adikku. Kami berpisah beberapa hari yang lalu sebelum dua orang dengan mengendarai mobil datang dan menculik kami berdua, tapi aku berhasil meloloskan diri sedangkan ia tidak,” kata Daniel menceritakan asal mulanya. Ia menatap tubuh adiknya yang berada di dalam tabung itu sambil menitikkan air mata. Terbayang wajahnya yang ceria dan selalu bertingkah serta banyak bicaranya.
Namun yang ditatapnya kini hanya bisa diam membisu, tubuhnya tak bergerak sedikitpun, matanya terpejam layaknya orang mati. Tapi ia masih berharap adiknya tidak mati di tempat aneh seperti ini dan Amie masih tetap hidup agar mereka bisa bersama dan bercanda seperti dulu. Lama ia melamun melihat adiknya sampai terdengar sebuah suara membuyarkan lamunannya.
“Ayo Daniel, kita sudah tak punya waktu lagi berada disini. Kita harus segera pergi sebelum para penjaga itu menemukan kita!” desak Maggie sambil menggaet lengan Daniel. “Lalu bagaimana dengan Amie? kita harus menolongnya Nona, kasihan ia disini!,” kata Daniel memelas. “Kita akan datang lagi kemari untuk menolongnya, bukan hanya Amie tapi mereka semua Daniel” bujuk Maggie. “Ya, anda benar, kita harus menolong mereka semua!” kata Daniel dengan sendu. “Ya, tapi tidak sekarang!” sahut Maggie.
Ia lalu menggaet lengan Daniel lalu dengan berjalan mengendap – ngendap mereka keluar dari tempat itu. “Oh akhirnya kalian kembali! tapi kenapa lama sekali, apa kalian tersesat?” tanya Profesor Willy heran. “Ooh tentu saja tidak, tadi Daniel mengeluh kalau perutnya tiba – tiba sakit jadi sekalian buang air besar tadi” sahut Maggie memberi alasan. “Jadi begitu ya, tak apalah, kupikir kalian tadi tersesat jadi aku khawatir dengan kalian” kata Profesor Willy sambil menggeleng – gelengkan kepala.
Profesor Willy lalu melanjutkan perbincangannya kembali dengan dr.Grimm. “Ya sudah kalau kau tetap tak mau menunjukkannya padaku tak apa, tapi aku tetap tak suka dengan caramu melatih anak – anak itu, mereka jadi lebih mirip mutan daripada manusia!” kata Profesor Willy dengan nada sengit. “Daniel, Maggie ayo lekas kita pergi dari sini!”. Mereka lalu pergi meninggalkan tempat itu meninggalkan dr.Grimm seorang diri yang terlihat tersenyum melihat kepergian mereka.
“Contohnya seperti apa?” tanya Profesor Willy penasaran. “Seperti yang kaulihat disemua monitor tv ini masing - masing menampilkan bagaimana kemampuan mereka digunakan, ada yang menyetrika baju sekolahnya cukup hanya dengan menggunakan tangan kanannya saja dan dibagian sana ada video yang menampilkan seorang anak sedang membantu ayahnya menyalakan rokok dengan bantuan tangannya yang mengandung api!” kata dr. Grimm menjelaskan secara panjang lebar.
“Hei apa itu? di bagian sana ada yang menampilkan beberapa anak yang sedang berkelahi!" kata Profesor Willy sambil menunjuk ke arah salah satu monitor. “Oh tidak, dugaanmu salah Wil, memang ada anak - anak yang sedang berkelahi disitu, tapi salah satu dari mereka yaitu anak didikku dengan kekuatan supernya melerai anak - anak yang sedang berkelahi itu dan mereka semua terpental hingga akhirnya mengurungkan niat mereka untuk berkelahi lagi” terang dr. Grimm.
“Ooh, benar – benar mengagumkan!” kata Daniel dengan takjub ketika melihat adegan yang dilihatnya di video itu. “Lalu bagaimana kau melakukan ini semua?” tanya Profesor Willy penuh selidik. “Melalui Bio – Energi yang berasal alam bawah sadar mereka.” jawab dr. Grimm dengan mantap. “Dimana kau menyimpan dan melatih anak – anak itu? Bisa kau tunjukkan padaku dimana tempatnya sekarang?” “Sebenarnya aku bisa saja menunjukkan keberadaan mereka padamu sekarang Wil, tapi demi alasan keamanan, maaf aku tidak bisa menunjukkan tempat itu padamu..”
“Jadi ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku rupanya, sehingga aku tidak boleh melihatnya langsung!” kata Profesor Willy dengan nada heran. “Oh, bukan seperti itu yang kau bayangkan. Ini sudah menjadi keputusanku. Jadi aku berhak melarang siapapun termsuk kau!” terang dr. Grimm.
Ketika mereka berdua tengah berdebat mengenai video itu, tiba – tiba Daniel merasa ingin buang air kecil ke belakang, dan iapun bertanya pada dr. Grimm dimana letaknya. “Lurus saja dari sini, kemudian belok kiri, nah disitulah kau akn menemukannya.”. terang dr. Grimm. “Terima kasih dr. Grimm” kata Daniel sembari melangkahkan kakinya keluar ruangan. “Heei Daniel, akan kutemani kau!” kata Maggie sembari menyusul Daniel dari belakang.
“Ya ampun, kau sudah tak bisa menahannya lagi ya Daniel!” kata Maggie sambil tertawa kecil. “Ya, didalam ruangan sana sangat dingin sekali Nona Maggie, aku sampai menggigil kedinginan tadi”. kata Daniel polos. “Ya, akupun demikian, ha...ha...ha...” kata Maggie sambil tertawa lebar. “Eeh, jalan disini bercabang, sekarang belok kiri atau kanan ya?” kata Daniel kebingungan. “Lho, bukannya kata dr. Grimm tadi bilang belok ke arah kiri?” kata Maggie mencoba meyakinkan.
”Iya sih, tapi aku sendiri tak yakin belok kiri atau kanan, mungkin saja aku lupa” kata Daniel sambil menggaruk - garuk kepalanya. “Aduuh yang benar saja Daniel, kau malah membuatku bingung!” keluh Maggie. “Ooh kalau begitu kita lewat jalan yang sebelah kanan saja.” kata Daniel. “Apa kau yakin ini adalah jalan yang benar?” tanya Maggie. “Suer, aku yakin ini adalah jalan yang benar, anda tidak perlu khawatir kalau tersesat nanti Nona, karena aku sudah biasa tersesat…” kata Daniel sambil menggandeng tangan Maggie.
“Baiklah, aku percaya padamu Daniel, tapi awas kalau nanti kita sampai tersesat ya!” kata Maggie sambil menjiwit lengan Daniel. “Ya ampun tempat ini gelap sekali ya, apa kau yakin ini jalan menuju kesana?“ tanya Maggie begitu mereka memasuki begitu mereka memasuki koridor ruangan. “Koridor ini minim sekali cahaya, barangkali tempatnya ada di ujung sana, tapi mudah – mudahan saja kita tidak tersesat “. “Enak saja, kalau tersesat jangan bawa – bawa aku dong!“ kata Maggie bercanda. Daniel hanya tertawa kecil mendengarnya.
Tak terasa mereka berdua kini hampir sampai di sebuah ujung ruangan yang tidak mereka ketahui ruangan apa itu. Terlihat tabung – tabung besar berjejer dengan rapi disana. Dan alangkah terkejutnya mereka ketika melihat apa yang ada di dalam tabung itu. “Arrggghhh…apa itu!!??“ teriak Maggie terkejut setengah mati melihat pemandangan yang ada dihadapannya. “It…itu...man…manusiaaa!!!“ teriak Maggie ketakutan. Ia hampir saja lari kalau Daniel tidak mencegahnya.
“Tenang Nona, mereka takkan dapat mengganggumu karena mereka ada didalam tabung sekarang.” kata Daniel mencoba menenangkan. Ditatapnya wajah – wajah yang ada didalam tabung itu satu demi satu. Mereka semua ternyata masih anak – anak, umurnya rata – rata seumuran dengan dirinya. Mata mereka terpejam, diam dan tenang di dalam tabung yang berisi air. Mereka bernafas melalui selang infus yang dihubungkan pada oksigen yang berada di luar tabung.
“Sepertinya ini adalah tabung percobaan yang dimaksud oleh Dr. Grimm tadi“. “Pantas saja dia menyimpannya disini, ditempat yang tersembunyi dan jauh dari jangkauan anak – anak”. “Tapi buat apa ya dia membuat tabung seperti ini?”. Kata Daniel mencoba menyelidik. “Tempat ini kelihatannya menyeramkan sekali, ayo lekas kita pergi dari sini Daniel!” ajak Maggie sambil menggigit kecil bibirnya yang bergetar. Tampak raut wajahnya yang ketakutan ketika pertama kali melihat tabung – tabung itu. Ia takut kalau nantinya akan terjadi sesuatu dengan mereka ditempat itu.
“Tap…tap…tap…,” sayup – sayup mereka mendengar suara langkah seseorang dari arah depan. “Eeh, kau dengar itu Daniel, suara apa itu?” tanya Maggie sambil berusaha mendengarkan suara itu dengan seksama. “Ya, aku dengar, kalau tidak salah itu adalah suara langkah seseorang yang menuju kemari”, sahut Daniel sambil memperhatikan arah suara itu.
“Kalau begitu lekas kita pergi dari sini Daniel, jangan sampai ketahuan mereka kalau kita berada disini hanya karena tersesat!”. “Ya, kau benar Nona, ayo kita pergi!” sahut Daniel sambil menganggukkan kepala. Mereka lalu beranjak pergi dari tempat itu ketempat dimana mereka menuju kearah sana sebelumnya. Sekali lagi Daniel memperhatikan anak – anak yang berada di dalam tabung. Untuk apa mereka berada di dalam sana dan bagaimana nasib mereka nanti itulah hal yang berkecamuk dalam pikirannya sekarang.
Tiba – tiba diantara anak – anak itu ia melihat sesosok wajah yang begitu dikenalnya dan tak asing lagi baginya. Ya, dia adalah…”Amie! lihat itu Amie!” Tak sadar ia mengucapkan kata itu ketika ia akan beranjak pergi dari tempat itu. “Siapa Amie itu?” tanya Maggie sambil menghentikan langkahnya. “Dia adikku. Kami berpisah beberapa hari yang lalu sebelum dua orang dengan mengendarai mobil datang dan menculik kami berdua, tapi aku berhasil meloloskan diri sedangkan ia tidak,” kata Daniel menceritakan asal mulanya. Ia menatap tubuh adiknya yang berada di dalam tabung itu sambil menitikkan air mata. Terbayang wajahnya yang ceria dan selalu bertingkah serta banyak bicaranya.
Namun yang ditatapnya kini hanya bisa diam membisu, tubuhnya tak bergerak sedikitpun, matanya terpejam layaknya orang mati. Tapi ia masih berharap adiknya tidak mati di tempat aneh seperti ini dan Amie masih tetap hidup agar mereka bisa bersama dan bercanda seperti dulu. Lama ia melamun melihat adiknya sampai terdengar sebuah suara membuyarkan lamunannya.
“Ayo Daniel, kita sudah tak punya waktu lagi berada disini. Kita harus segera pergi sebelum para penjaga itu menemukan kita!” desak Maggie sambil menggaet lengan Daniel. “Lalu bagaimana dengan Amie? kita harus menolongnya Nona, kasihan ia disini!,” kata Daniel memelas. “Kita akan datang lagi kemari untuk menolongnya, bukan hanya Amie tapi mereka semua Daniel” bujuk Maggie. “Ya, anda benar, kita harus menolong mereka semua!” kata Daniel dengan sendu. “Ya, tapi tidak sekarang!” sahut Maggie.
Ia lalu menggaet lengan Daniel lalu dengan berjalan mengendap – ngendap mereka keluar dari tempat itu. “Oh akhirnya kalian kembali! tapi kenapa lama sekali, apa kalian tersesat?” tanya Profesor Willy heran. “Ooh tentu saja tidak, tadi Daniel mengeluh kalau perutnya tiba – tiba sakit jadi sekalian buang air besar tadi” sahut Maggie memberi alasan. “Jadi begitu ya, tak apalah, kupikir kalian tadi tersesat jadi aku khawatir dengan kalian” kata Profesor Willy sambil menggeleng – gelengkan kepala.
Profesor Willy lalu melanjutkan perbincangannya kembali dengan dr.Grimm. “Ya sudah kalau kau tetap tak mau menunjukkannya padaku tak apa, tapi aku tetap tak suka dengan caramu melatih anak – anak itu, mereka jadi lebih mirip mutan daripada manusia!” kata Profesor Willy dengan nada sengit. “Daniel, Maggie ayo lekas kita pergi dari sini!”. Mereka lalu pergi meninggalkan tempat itu meninggalkan dr.Grimm seorang diri yang terlihat tersenyum melihat kepergian mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar