Jumat, 17 September 2010

Miniland 3 : Kedatangan Sahabat Lama

Nona, bangunlah kita telah sampai..” terdengar suara lembut seorang wanita membangunkan dirinya. Dibuka matanya yang masih terpejam itu perlahan - lahan. Dilihatnya sosok wanita itu yang tak lain adalah pramugari pesawat. Dengan ramah pramugari memberitahukan padanya bahwa pesawat telah mendarat di bandara tempat tujuan. Segera dilihatnya jam di pergelangan tangannya.Rata Penuha yang menunjukkan pukul 9 lebih sepuluh pagi.

Tiba - tiba ia teringat dengan pesan kedua orangtuanya yang akan menjemputnya di bandara hari ini pukul setengah 9 pagi. Kedua orangtuanya pasti telah menunggunya dari tadi! Itulah yang ada dalam pikirannya kini. Bergegas ia dari tempat duduknya dan segera keluar dari pintu pesawat. Dihirupnya udara pagi hari yang segar dalam - dalam.

Tak terasa ia telah sampai di kampung halamannya di london. Ia sangat merindukan kampung halamannya itu apalagi dengan kedua orangtuanya di rumah. Sudah lima tahun lebih ia tak bertemu dengan keduanya. Ia telah menginjakkan kakinya di halte. Dipandanginya keadaan di sekitar. Disana penuh sesak orang - orang yang menunggu penumpang yang baru turun dari pesawat. Entah itu kerabat, keluarga, teman atau bahkan supir taksi yang mencari calon penumpangnya!

Diperhatikannya mereka satu persatu, siapa tahu diantara mereka ada orangtuanya yang telah menunggunya sejak tadi pagi. Diantara mereka ada yang membawa kertas dan spanduk bertuliskan setiap nama dari penumpang pesawat yang mereka cari itu. Ia terlihat bingung, bagaimana mungkin mencari kedua orang tuanya dengan keramaian orang dan spanduk tulisan sebanyak itu!

Tapi mendadak kemudian ia melihat sebuah spanduk yang amat besar bertuliskan namanya. “MAGGIE I LOVE YOU” begitulah kira - kira isi dari tulisan itu. Ia juga melihat kedua orang tuanya meneriaki dirinya dengan bersemangat dari kejauhan. Terharu ia melihat pemandangan itu. Segera dihampirinya kedua orangtuanya itu, lalu dipeluknya dengan erat.

“Bagaimana dengan kuliahmu, apa kau sudah lulus sekarang?” “Tentu yah, aku sudah lulus dengan hasil yang memuaskan. Dan bagaimana dengan toko mainan milik ayah, apakah banyak orang membeli?” “Ya, tentu saja. Bahkan lebih ramai dari tahun kemarin. Itu terjadi semenjak Willy temanmu itu membuka tempat hiburan di kota. Namanya terkenal dimana - mana, dan itu tentu saja mempengaruhi usaha kami di rumah.” kata ayah Maggie sambil tertawa kecil.

“Apa ia sering membantu ayah di rumah?” “Ia pernah membantuku membetulkan atap genteng yang bocor di rumah dengan sebuah alat yang aneh yang entah aku sendiri tak tahu apa nama alat itu, Namun dengan alat itu pekerjaan yang seharusnya membutuhkan waktu lama hanya ditempuhnya dalam waktu beberapa detik saja!” kata ayah Maggie sambil menggeleng – gelengkan kepala.


“Yah, itu adalah hal yang biasa baginya, ia telah melakukan hal - hal itu semenjak ia masih kecil dulu”. kata Maggie sambil tersenyum. “Ya, dia adalah orang yang sangat jenius, apapun dilakukannya dengan mudah. Ayolah kita segera pulang, Ibu telah menyiapkan masakan yang lezat untukmu dirumah..” ajak Ibunya.

Diperhatikannya sebuah jalan yang ada di depannya kini. Kanan dan kiri terlihat sepi. Lalu diperhatikannya lagi ke belakang. Tak ada! Maklumlah ia melakukan ini untuk menghindari kejaran para wartawan dan Paparazzi yang selalu menguntitnya secara diam - diam akhir - akhir ini. Itu dilakukan mereka semenjak ia mengenalkan sebuah media permainan terbaru pada anak - anak melalui media televisi.

Semenjak itu Ia tak pernah merasa tenang, ia selalu merasa diawasi dan dikuntit dari belakang, kemanapun ia pergi. Segera ia tancap gas, untuk segera pulang ke rumah. Untuk menenangkan hatinya yang resah, ia menyalakan radio di mobilnya. Dipilihnya sebuah saluran radio yang menyajikan lagu - lagu dengan melodi indah yang dapat menentramkan hatinya.

Tak berapa lama sebuah informasi yang masih dalam saluran yang sama memotong acara nyanyian itu. Penyiar itu mengabarkan seringnya terjadi penculikan anak akhir - akhir ini yang terus meningkat. Dan hingga saat ini anak - anak korban penculikan itu belum diketahui keberadaannya hingga sekarang. Willy tertegun mendengar beritu itu.

Hatinya tersayat sedih mendengar anak - anak yang menjadi korban penculikan. Dalam hati ia sangat mengutuk para penculik anak - anak tak berdosa itu. Dalam perjalanannya itu, sepintas ia melihat ada sesosok anak kira - kira berumur 10 tahun berjalan tertatih - tatih di pinggir jalan. Karena merasa kasihan, Willy kemudian menepikan mobilnya di tepi jalan.

Dihampirinya anak kecil itu. Ia menanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirinya. “Aku telah diculik Paman, mereka juga telah menculik adikku!” kata anak itu sambil terisak sedih. “Panggil saja aku tuan Willy, aku tinggal di Bristol. Kalau namamu siapa?” Mendadak anak itu terkejut ketika Willy menyebutkan namanya. Ia tak menyangka kalau tuan Willy yang selama ini ia cari sudah berada di depannya kini.”Tuan, ternyata ini adalah anda..”

Anak itu memeluk Willy dengan erat. “Namaku Daniel, tempat tinggalku di Wales. Aku terpisah dari kedua orang tuaku sejak kemarin”. kata Daniel sambil menangis sesenggukan. “Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Besok kita akan bersama - sama mencari keberadaan kedua orang tuamu. Sekarang masuklah ke dalam mobil, kau akan menginap di rumahku sementara”. kata Willy mempersilahkan Daniel masuk sambil membukakan pintu mobilnya.

“Yah, kenapa mobil kita ini lajunya semakin lama semakin miring dari tadi?” tanya Maggie pada ayahnya yang sedang menyetir mobil. Ayahnya kemudian menengok keluar melalui jendela mobil, diperhatikannya keadaan ban mobilnya itu. “Ya Tuhan, ban depan sebelah kanan kita gembos!” katanya sambil menggeleng - gelengkan kepala. Ia lalu menepikan mobilnya di tepi jalan. Kemudian ia keluar untuk mengecek kondisi bannya itu.

“Ada apa yah, kenapa ayah diam saja?” “Bengkel mobil masih jauh, untuk sementara kita harus mendorong mobil ini kesana” “Apa? Kita harus mendorong mobil ini ke sana? Ya Tuhan, nanti aku bisa pingsan yah! huuh gara - gara ban sialan ini!” keluh Maggie sambil menendang ban yang gembos itu beberapa kali. “Maggie apa yang kau lakukan? Kau masih saja seperti dulu!” kata ayahnya terheran - heran melihat ulah Maggie.

“Maafkan aku yah, aku hanya kesal saja hari ini!” kata Maggie dengan wajah cemberut. “Hei lihat, itu mobil Willy. Mudah - mudahan saja ia bisa menolong kita disini, dan Mag, tolong jaga sikapmu!” kata ayahnya mengingatkan. “Eh, ada apa paman, kenapa berhenti disini?” tanya Willy begitu ia berhenti di depan mereka. “Ban mobilku gembos, apa kau bisa membetulkannya Wil?” “Oh tentu saja Paman, aku bisa!”

Willy lalu menepikan mobilnya di depan mobil ayah Maggie. “Hei Maggie, kau sudah pulang rupanya! Lama tak bertemu denganmu..” kata Willy sambil memeluk Maggie erat - erat. “Ya, kau juga Wil. Bagaimana dengan usahamu di kota? Lancar?” “Ya sejauh ini lancar - lancar saja sih. Dan tentu saja ada banyak perubahan.”

“Perubahan seperti apa itu? Aku ingin sekali melihatnya!” “Besok aku akan mengajakmu ke sana, bagaimana?” “Ya, aku senang sekali bisa tempatmu sekali lagi. Eh anak siapa ini kenapa dia ada di dalam mobilmu?” “Namanya Daniel, aku menemukannya tadi di jalan. Dia berasal dari Wales. Dia terpisah dari Orang tuanya karena diculik. Namun dia berhasil lolos dari penculik itu dan akhirnya terdampar di sini”. “Ya ampun, kasihan sekali anak ini. Apa kau sudah melapor pada polisi tentang hilangnya anak ini?” “Barusan saja aku telah melapor ke sana, dan mereka berjanji akan segera menemukan kedua orang tuanya, dan untuk sementara ia dititipkan dulu di tempatku”.

“Aku berharap ia segera menemukan kedua orang tuanya..” kata Maggie sambil memandang wajah Daniel penuh dengan rasa iba.. “Hei Wil, bagaimana dengan mobilku? Apa kau bawa peralatan?” tanya ayah Maggie. “Oh tentu saja Paman, maaf telah melupakanmu..” kata Willy sambil membuka bagasi mobil. Ia mengeluarkan beberapa peralatan mekanik dari dalam bagasi itu.

“Eh peralatan apa itu, baru kali ini aku lihat yang seperti itu?” “Ini adalah sebuah alat pendongkrak dan pengisi tekanan angin pada ban mobil secara otomatis”. “Ha..ha..ha.., Kau lihat Mag, Willy memang benar - benar jenius!” kata ayah Maggie sambil tertawa lebar. “Ya, tak heran ia bisa menciptakan peralatan seperti yah!” “Maggie kemarilah, ada yang ingin ayah katakan padamu!” “Apa itu yah?” “Seperti inilah menantu yang ayah cari!” kata ayahnya sambil berbisik pelan. “Ah ayah bisa saja!” kata Maggie sambil menjiwit lengan Ayahnya.

Tak berapa lama kemudian Willy telah selesai memperbaiki ban mobil milik ayah Maggie. Mereka kemudian berpamitan untuk pulang. “Terima kasih Wil atas pertolonganmu tadi, dan jangan lupa kita besok pergi ke sana!” “Ya, tentu saja. Aku akan mengajak Daniel pergi ke sana juga. Hati - hati di jalan ya, daaa..” Kata Willy sambil melepas kepergian Maggie dan kedua orang tuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post