Sabtu, 09 Oktober 2010

Raib di Sahara


Penerbangan memecah rekor Inggris-Cape Town yang diharapkan menjadi tonggak kebangkitannya justru menjadi akhir bagi Captain Bill Lancaster. Ia takluk oleh keganasan Gurun Sahara, Bahkan jasadnya harus menunggu 29 tahun untuk ditemukan. Seperti diungkap Terry Gwynn-Jones dalam Aviation History kisah hidupnya yang tak kalah seru disbanding scenario film Hollywood dengan bumbu percintaan segitiga dan pembunuhan pun bertambah lengkap dengan akhir yang tragis.

Lahir di Birmingham, Inggris pada 1898, Bill Lancaster berimigrasi ke Australia sebelum pecah Perang Dunia I. Pada tahun 1916, ia mendaftarkan diri masuk Angkatan Bersenjata Australia dan bertugas di Timur Tengah dan Perancis sebelum dipindahkan ke Australian Flyng Corps untuk mengikuti pelatihan pilot. Setelah perang mereda, ia bergabung dengan Britain’s Peacetime Royal Air Force (RAF).

Sifat tanpa basa basi dan pemberontak, mantan petinju amatir dan tentara berkuda yang berhasil ini sempat membuat komandannya tidak senang karena menikah di usia belia, 21 tahun. Padahal saat itu Britain’s Military Services memberlakukan aturan yang tidak mengakui jaminan pernikahan untuk mencegah perwira menikah di bawah usia 25 tahun.

Masa tugas Lancaster di RAF berakhir pada 1927, setelah bertugas di India sebagai pilot tempur. Sulitnya mendapat pekerjaan sebagai penerbang, membuat pria berahang persegi ini memutuskan untuk mengukir namanya dengan terbang ke Australia menggunakan Avro Avian. Pesawat bermesin Cirrus ADC 80 tenaga kuda ini merupakan salah satu turunan baru dari British light Touring planes. A.V.Roe and Co.Ltd setuju untuk menyediakan Avian khusus berjarak jauh dengan harga korting, dan Shell menawarkan bahan baker gratis. Meskipun demikian, Lancaster tidak bisa mendapatkan dana yang cukup untuk melakukan penerbangan.

Peluang datang ketika dalam suatu pesta di London, Lancaster di perkenalkan kepada Jessie Miller, wanita asal Australia. Dikenal teman-temannya sebagai “Chubbie” yang tinggal berjauhan dengan suaminya, seorang wartawan Australia. Cita-cita Chubbie menjadi wanita pertama yang melakukan penerbangan panjang ke Australia membuat ia membujuk Lancaster untuk membawanya sebagai penumpang sebagai imbalan bagi dana yang ia sediakan.

Istri Lancaster setuju dan melepas mereka di Croydon Airport, London pada 14 Oktober 1927. Menuju Darwin menggunakan Avro Avian Mk.III Red Rose, Lancaster tidak berencana untuk memecahkan rekor kecepatan. Kebetulan pula rekor penerbangan 14.000 mil mereka terganggu cuaca buruk, masalah mesin dan akhirnya mendarat darurat di sebuah pulau luar Sumatera Indonesia, sehingga untuk menuju Darwin dia menghabiskan waktu lebih lima bulan. Sementara menunggu mesin diperbaiki, mereka disalip Avro Avian yang diterbangkan “Hustling” Bert Hinkler –Lindbergnya Australia- dalam penerbangan solo perintisnya ke Darwin. Orang-orang memberi sambutan hangat saat Bill dan Chubbie akhirnya mendarat di Darwin. Ini adalah penerbangan terpanjang yang menyertakan seorang wanita. Mereka kemudian melakukan tur, memberikan kuliah dan hadir dalam berbagai resepsi. Enam bulan bersama, Bill dan Chubbie akhirnya saling jatuh cinta.

Tahun 1928 mereka berlayar ke AS untuk berperan dalam sebuah film Hollywood yang nyatanya tidak pernah diproduksi. Enam bulan kemudian Lancaster terbang keliling Amerka mempromosikan mesin pesawat Inggris. Keputusan untuk rujuk didorong orangtuanya yang religius tidak berhasil. Sang istri kembali ke Inggris, menolak untuk menceraikan Lancaster.

Sementara Chubbie yang mendapat lisensi pilot dari Red Bank School di New Jersey memulai karir penerbang. Tahun 1930 ia memecahkan rekor kecepatan penerbangan transcontinental bolak balik dengan”killer” monoplane yang dinamai Alexander Bullet. Orang Amerika menjulukinya “The Australian Aviatrix” saat muncul dalam Women’s Aerial Derby and the Ford Reliability Tour.

Untuk melukiskan petualangannya, tahun 1932 Chubbie mempekerjakan Hayden Clarke, seorang penulis muda yang tinggi dan berwajah tampan. Clarke tinggal bersam Miller dan Lancaster di rumah sewaan di Miami. Karena sulitnya pekerjaan sebagai penerbang lepas saat itu akibat depresi besar di Amerika, Lancaster pergi ke Mexico untuk bekerja dan meninggalkan Chubbie bersama si penulis muda.

Chubbie yang kesepian ditinggal Lancaster akhirnya menerima pinangan Clarke. Dengan hati hancur dan amarah yang memuncak, Lancaster pulang dan memohon Chubbie untuk memikirkannya kembali. Lucunya, kendati terjerat dalam cinta segitiga, trio ini tetap tinggal bersama hingga terjadi tragedi yang mengawali kehancuran Lancaster. Malam 20 April 1932, Clarke tertembak di kepala dan meninggal beberapa jam di rumah sakit. Sminggu kemudian polisi menangkap Lancaster karena dua catatan bunuh diri yang ditemukan ternyata palsu. Lancaster harus menjalani persidangan yang saat itu dianggap sensasional. Meskipun berjalan alot, terungkap bahwa Clarke menderita

ketidakseimbangan mental, berpoligami, pecandu obat-obatan dan sebelumnya pernah mengutarakan keinginan untuk bunuh diri.

Yang mengesankan hakim, bukti buku harian Lancaster. “Adalah hak istimewa aku untuk dapat melihat jauh ke dalam jiwa seorang lelaki melalui buku hariannya, yang semata ditujukan untuk dirinya sendiri. Sejauh pengalan saya, tidak pernah saya menemui seorang yang lebih terhormat dibandingkan dengan Captain Lancaster,” kata Hakim kepada juri. Lancaster diputuskan tak bersalah dan dibebaskan.

Kamis, 07 Oktober 2010

Panzerkampfwagen V 'Panther', Hasil Jiplakan Nazi Jerman Atas Tank Rusia T-34!



Tank Panther didesain mengikuti bentuk tank Soviet T-34 yang cukup efektif dalam meningkatkan proteksi terhadap peluru tank musuh yakni armor bagian hull depan dan sampingnya dibuat sloped/miring, teknik ini efektif untuk meningkatkan keselamatan dan kemungkinan peluru musuh memantul.

Awalnya terdapat dua pabrikan menyodorkan Prototype Panther yakni Daimler-Benz (DB) dan Maschinenfabrik Augsburg-Nürnberg AG (MAN) yakni VK3002. Masing-masing memiliki kemiripan dengan desain T-34 Soviet, pabrikan DB menyodorkan versi pembesaran dari T-34 Soviet yakni turret ditempatkan pada bagian depan hull, sedangkan MAN lebih memilih menempatkan turret di bagian tengah hull. Setelah keduanya mengikuti test lapangan prototype MAN menang dan masuk tahap produksi massal. Kemenangan prototype MAN didasarkan pada penilaian performa yang lebih baik dan untuk menghindari friendly fire (prototype DB dinilai dapat menyebabkan kebingungan di lapangan karena mirip T-34 Soviet)

Bobot Panther mencapai 45.500kg, lebih ringan dibanding Tiger yang mencapai 55.000kg. Penyebabnya adalah Panther menekankan proteksi bagian depan dan mengorbankan bagian samping dan belakang. Bagian depan Panther yakni baja setebal 100m dapat menahan hampir semua jenis senjata musuh pada jarak 1.000m, namun bagian samping Panther yang hanya memiliki ketebalan baja 40mm mudah sekali ditembus oleh senjata standar tank sekutu macam kanon 3 inch, 75mm/76mm Sherman. Perakitan Panther memakai sistem interlock layaknya tank2-tank Jerman lainnya. Dan pada varian Late Panther memakai stell wheel guna menghemat pemakainan baja dan karet

Senjata utama Panther adalah kanon laras panjang KWK 42 L/70 kaliber 75mm, konon pada saat test senjata ini memiliki daya tembus yang mematikan. Laras Panther dibuat panjang untuk memaksimumkan kekuatan peluru yang ditembakkan. Senjata tambahan lainnya adalah dua buah machine gun MG34 7.92mm yang berfungsi menghalau infantri lawan, pada versi selanjutnya Panther memiliki machine gun anti pesawat yang dipasang di cupola

Mesin Panther mengandalkan Maybach HL230 P30 yang memiliki kinerja buruk. Pada Panther versi awal sering sekali mesin ini terbakar karena panas mesin, setelah muncul versi baru mesin tersebut masalah itu hilang namun tetap saja mesin tersebut dianggap terlalu lemah untuk menggerakan Panther.

Panther memiliki berbagai varian, mulai dari
-Panther D (versi awal)
-Panther A (versi Mid)
-Panther G (versi Late dengan steel Wheel)
-BergePanther : keperluan recovery tanpa turret
-Beobachtungspanzer V : Panther untuk misi pengintaian dan observasi, dengan senjata palsu
-Befehlspanzer Panther : Panther khusus komando
-Jagdpanther : Panther versi Tank Destroyer, tanpa turret dilengkapi kanon PAK 43/3 / L/71 kaliber 88mm
-Ersatz M10 Panther G : Panther G dengan bentuk M10 tank US, digunakan untuk mengelabuhi sekutu pada "Battle of the Bulge"
-Night Fighting Panther : Panther yang dilengkapi alat Infra-Red sehingga dapat melihat dengan jelas di malam hari
-Panther F : varian Late yang belum sempat diproduksi, menggunakan kanon 88

Total produksi Panther mencapai 4500-6000 unit diproduksi hingga akhir perang.

Panther pertama kali terlibat pertempuran di Kursk 5 July 1943. Saat pertama kali diterjunkan Panther menemui banyak masalah, mulai dari track dan suspensi yang sering rusak sampai mesin yang sering terbakar. Contohnya seperti yang terjadi pada XLVIII Panzer Corps,10 July 1943, hanya 38 Panther yang siap beroperasi 131 lainnya menunggu perbaikan dari total 200 Panther yang diterima tanggal 5 July 1943. Namun hasil pertempuran Kursk cukup menaikkan nama Panther dengan menghancurkan 263 tank Soviet.

Pada saat pertempuran front timur, senjata tank T-34 Soviet (kanon kaliber 76.2 mm) tidak dapat menembus lapisan baja Panther dari depan, awak T-34 perlu menebak Panhter dari samping untuk dapat menghancurkannya. Panther dapat menghancurkan T-34 dengan telak dari jarak 2.000m. Namun di pertengahan perang muncul varian T-34/85 yang memiliki kanon kaliber 85mm yang dapat melumpuhkan Panther dari jarak 500m, malang bagi Jerman, Soviet memproduksi varian ini secara massal. Tank lainnya milik Soviet yang cukup menakutkan bagi Jerman adalah varian IS-2 dengan kanon kaliber 122mm dapat menembus baja hull bagian depan Panther.

Di front barat Panther menemui masalah berat, lebih banyak tank Panther yang hancur akibat pesawat serang darat sekutu macam Typhoon dibandingkan oleh tank sekutu. Saat itu langit Eropa telah dikuasai sekutu, AU Jerman hampir tidak bisa menahan kekuatan udara sekutu yang terus menerus menyerang unit-unit darat Jerman. Sehingga kerap kali saat Panther berkonvoi komandan tank Panther bersiaga di cupola dengan senapan mesin anti pesawat.

Walaupun demikian reputasi tank Panther dapat disamakan dengan tank Tiger. Walaupun Jerman menggolongkan Panther sebagai medium tank namun kerap kali sekutu memasukan tank Panther ke kelas yang sama dengan tank Tiger, yakni heavy tank. Dan Panther cukup ditakuti tank-tank sekutu karena Panther memiliki kecepatan lebih tinggi dari Tiger, dan sering kali menyerang secara ambush.

Tank terberat sekutu waktu itu yakni Pershing dengan kanon kaliber 90mm masih memiliki kesulitan menembus armor depan Panther, walaupun demikian tank ini lebih efektif dibandingkan dengan tank Sherman yang tak mampu menghancurkan Panther dari depan. Dalam pertempuran melawan tank sekutu Panther menjadi andalan, walaupun demikian yang paling ditakuti oleh awak tank panther bukanlah tank musuh melainkan pesawat serang darat musuh. Sehingga awak tank Jerman diberikan kebebasan untuk mengecat kamuflase tanknya sesuai dengan kebutuhan lapangan.

Rata-rata Panther keluar dari pabrikan dengan warna kuning tua, namun dilapangan ditambahkan warna hijau dan coklat untuk mencegah warna yang menyolok terlihat dari udara. Kamuflase yang cukup terkenal adalah kamuflase ambush.

Kamuflase ambush memiliki 3 warna yakni dark yellow, red brown, dan dark green disertai totol2 diseluruh tubuh Panther. Kamuflase ini efektif saat Panther berada dalam kondisi statis maupun di medan hutan-hutan.

Dalam "Battle of the Bulge" dimana Jerman yang terus menerus terdesak mundur sejak sekutu mendarat di Eropa, tiba-tiba pada Desember 1944 melancarkan serangan balasan di pergunungan Ardennes Belgia. Jerman mendesak sekutu mundur hingga 80 Kilometer sehingga jika dilihat di peta daerah Jerman membentuk tonjolan. Disini Jerman mengerahkan unit-unit khususnya yakni tank-tank dan prajurit yang disamarkan mirip dengan milik sekutu. Beberapa tank Jerman seperti tank Panther diubah sedemikian rupa sehingga menyerupai M-10 tank Amerika untuk kemudian disusupkan ke garis belakang sekutu. Namun sayang bagi Jerman siasat tersebut gagal. Seluruh tank Jerman berhasil dihancurkan sekutu.

Pada saat perang berakhir tank-tank Panther masih digunakan oleh Prancis., Inggris dan Soviet!

Tipe: Medium tank
Pengguna: Nazi Jerman
Masa tugas: 1943 - 1945 (Nazi Jerman)
Prancis (setelah perang)
Perang: Perang Dunia II

Sejarah Produksi
Perancang: MAN AG
Dirancang: 1942
Diproduksi: 1942 - 1945
Jumlah yang pernah diproduksi: 4500 - 6000

Spesifikasi
Berat: 45.500kg
Panjang: 6.87 m, 8.66 m dengan tambahan meriam
Lebar: 3.42 m
Tinggi: 2.99 m
Kru: 5 (Driver, radio-operator, commander, gunner, loader)

Lapisan Baja
Baja meriam: 100mm
Bagian depan: 80 mm
Turet samping dan belakang 40-45 mm
Atas/bawah: 25 mm

Senjata utama: 1x 7.5 cm KwK 42 L/70 (79 peluru)
Senjata tambahan: 2× 7.92 mm Maschinengewehr 34 (5.100 peluru)
Mesin: V-12 bensin Maybach HL230 P30
700 PS (690 hp, 515 kW)
Kekuatan: 16 hp (12 kW)/tonne
Suspensi : double torsion bar, interleaved road wheels
Jarak operasional: 250 km
Kecepatan: 55 km/jam (model awal), 46 km/jam (model akhir)

Panzerkampfwagen VI Tiger I

Desain
Tank Tiger pertama kali diproduksi pabrikan Henschel yakni bulan Agustus 1942. Tank ini lahir dari kebutuhan Jerman akan tank berat saat berperang melawan Uni Soviet dalam operasi Barbarossa. Desainnya menekankan pada proteksi dan daya hantam sehingga urusan kecepatan Tiger memang tertinggal dibanding tank-tank Jerman lainnya


Bobot Tiger I sendiri mencapai 55.000kg atau lebih dua kali bobot tank Panzer IV (25.000kg). Bobot yang berat ini disebabkan oleh tebalnya baja yang dipakai Tiger. Pada sasis depan tidak kurang 100mm, samping kiri kanan dan belakang 80mm. Sedangkan untuk turret depan tebalnya baja mencapai 110mm. Lapisan baja ini amat berguna untuk melindungi Tiger dari tembakan tank musuh. Konstruksi Tiger memakai sistem interlock dimana bagian2 sebelumnya dibuat terpisah kemudian disatukan seperti merakit puzzle.


Track yang dipakai tank Tiger adalah salah satu track terlebar yang ada saat itu, yakni 725mm. Ukuran yang amat lebar ini diperlukan agar tank Tiger tidak terbenam saat melewati jalan-jalan biasa. Saat diangkut dengan kereta Tiger dapat memakai track ukuran 520mm. sistem suspensinya memakai interleaving road wheels untuk menahan bobotny yang masif, masing2 sisi memakai 24 roda utama, total roda utama 48.


Senjata Tiger adalah kanon legendaris “88 “, senjata ini awalnya digunakan untuk menembak jatuh pesawat terbang namun dikemudian hari diketahui bahwa senjata ini juga efektif menghancurkan tank. Senjata tambahan lainnya adalah machine gun MG34 7.92mm yang berfungsi menghalau infantri lawan, versi terakhir Tiger memiliki machine gun anti pesawat yang dipasang di cupola


Mesin Tiger mengandalkan Maybach HL210 P45 yang sebenarnya kurang bertenaga untuk dipasangkan ke tank ini. Kemudian diganti dengan HL230. Biarpun demikian kecepatan maksimal hanya berkisar 38km/jam dengan jarak jangkau 110km-195km. Tiger versi awal punya kemampuan menyebrangi sungai dengan snorkel yang terhubung dengan mesin. Pada varian Mass Production & Late kemampuan ini dihilangkan.

Tiger sendiri dibuat berbagai varian, mulai dari
BergeTiger : keperluan recovery dengan turret diganti turret derek
Befehlspanzer : Tiger untuk keperluan command, tanpa senjata
Sturmtiger : Tiger dengan kubah raksasa tanpa turret, dipersenjatai dengan Type-61 rocket kaliber 38cm


Total produksinya hanya mencapai 1300-1400 unit sebelum akhirnya digantikan oleh Tiger II (King Tiger). Bandingkan dengan tank sekutu macam Sherman (40.000 unit) dan T-34 (58.000 unit). Sedikitnya tank Tiger yang diproduksi karena biaya pembuatan yang mahal, konstruksi yang rumit dan pengeboman oleh sekutu atas pabrik2-pabrik tank Jerman.

History
Kalau menyebut satu nama tank yang cukup ditakuti oleh sekutu saat perang dunia kedua pastilah nama Tiger masuk dalam daftar utama. Bahkan sekutu membuat perhitungan sendiri berdasarkan pengalaman, untuk membereskan sebuah tank Tiger di medan lapang perlu setidaknya lima tank Sherman dengan resiko kehilangan tiga atau empat diantaranya. Hampir mustahil melumpuhkan Tiger dalam duel tank versus tank tanpa adanya korban di pihak sekutu.

Sebuah Tiger dapat menghancurkan tank Sherman dari jarak 2.000 m, sedangkan tank Sherman perlu mendekati jarak 100 m untuk bisa menghancurkan Tiger, itupun hanya bisa jika menembak armor samping (80cm) Tiger. Sampai kemudian muncul varian Sherman Firefly yang dapat melumpuhkan Tiger dari jarak 500 m. Namun untung bagi Jerman, varian Firefly tidak diproduksi massal oleh sekutu.

Tiger pertama kali memulai debutnya pada perang Jerman-Soviet. Kala itu Jerman menyadari bahwa tank-tank Soviet lebih unggul kemudian mulai merencanakan pembuatan tank-tank berat. Diantaranya Panzer V Panther dan Panzer VI Tiger. Dua nama awal ini nantinya akan membawa perubahan besar pada struktur divisi lapis baja Jerman

Awalnya terdapat dua desain yakni desain Henschel dan desain Porsche. Prototype pertama VK4501(P) & VK4501(H)diselesaikan dan ditunjukan kepada Hitler saat hari ulang tahunnya. Desain Henschel menang dan melanjutkan ke tahap produksi massal dengan nama SdKfz 181. Desain Henscel dipilih karena dianggap lebih simple dan kuat. Desain Porsche kemudian diberikan untuk dijadikan tank destroyer Elefant & Ferdinand yang memiliki performa buruk di medan tempur

Saat pertama kali diuji di lapangan Tiger ternyata memiliki masalah yang serius. Musim dingin Soviet dapat membekukan roda-roda Tiger. dan saat musim hujan Tiger dapat terbenam di jalanan lumpu. Pada saat itu sebagian besar daerah Soviet belum modern layaknya daerah Eropa, masih banyak terdapat jalanan sederhana yang belum diaspal. Sekali Tiger mogok atau rusak maka hanya dapat ditarik oleh minimal tiga halftrack Famo 9 ton. Kurang dari itu mustahil menarik Tiger.

Namun dibalik semua masalah tersebut Tiger membuktikan kehebatannya saat beradu dengan tank2 Soviet. Tak ada tank Soviet saat itu yang mampu menahan hantaman peluru kaliber 88mm Tiger. Satu peluru cukup meledakkan tank Soviet. Sedangkan tank Soviet harus mendekati tank Tiger agar peluru mereka dapat menembus armor Tiger. Tiger turut serta dalam pertempuran "Mighty Battle of Kursk" yang melibatkan 3.000 tank Jerman melawan 3.600 tank Soviet bersama-sama tank Jerman lainnya seperti Panzer III, Panzer IV, Elefant dll melawan tank -tank Soviet seperti T-34, KV dan IS

Tank Tiger di front timur

Saat diterjunkan di front barat, Tiger begitu ditakuti oleh tank-tank sekutu lantaran tak ada satupun tank sekutu yang bisa menandingi Tiger saat berhadapan, face to face. Sehingga pada saat bertemu Tiger, awak tank Sherman mengandalkan kecepatan tanknya untuk bergerak maju dah memutari Tiger untuk dapat menembak bagian terlemah Tiger, bagian belakang.

Pada saat di medan perang Afrika , Tiger, Panzer III & Panzer IV berhadap-hadapan dengan tank2 sekutu macam Matilda, Crusader, Sherman dan Grant. Tiger versi Tunisia memiliki tambahan saringan udara sehingga kebal dari medan berdebu yang panas

Discovery channel bahkan pernah menayangkan pengalaman awak tank Sherman yang selamat saat tanknya dihantam Tiger. Mereka dapat selamat karena peluru 88 Tiger menembus bagian depan turret Sherman hingga menjebol bagian belakang turret dan meledak diluar tank

Pada varian Late untuk menghemat penggunaan material maka roda Tiger diganti dengan full steel. Jumlah roda utama yang tadinya mencapai 48 buah dapat dikurangi hingga 40 buah. Tiger kemudian digantikan oleh Tiger II (King Tiger)

pertempuran yang tercatat dalam sejarah diantaranya:

7 Juli 1943 – Sebuah tank Tiger yang dikomandani Franz Staudegger dari 2nd Platoon, 13th Panzer Company, 1st SS Division Leibstandarte SS Adolf Hitler bertemu dengan 50 tank Soviet berjenis T-34 dan kemudian ia berhasil menghancurkan 22 tank dengan selamat, ia kemudian mendapat penghargaan Knight’s Cross

8 Agustus 1944 sebuah tank Tiger yang dikomandani SS-Unterscharführer Willi Fey dari 1st Company of sSSPzAbt 102 bertamu dengan barisan tank Inggris, dan berhasil menghancurkan 14 dari 15 Sherman yang ada.

Pada saat pertempuran Normandy, sSSPzAbt 102 mengklaim menghancurkan 227 tank sekutu dalam enam minggu.

Type : Heavy tank
Place of origin : Nazi Germany
Service history : 1942–1945 World War II
Designer :Henschel & Son
Designed :1942
Manufacturer :Henschel
Unit cost :250,800 RM
Produced :1942–1944
Number built :1.300-1.400

Specifications
Weight 55.000kg (Early Type), 57.000 (Late Type)
Length 8.45 m (27 ft 9 in) (gun forward)
Width 3.55 m (11 ft 8 in)
Height 3.0 m (9 ft 10 in)
Crew 5

Armor
Gun Mantlet : 110mm
Front Hull : 100 mm
Side and rear Turret 80 mm top/bottom : 25 mm

Primary armament :1× 8.8 cm KwK 36 L/56 (92 peluru)
Secondary armament : 2× 7.92 mm Maschinengewehr 34 (4,800 peluru)
Engine : Maybach HL230 P45 (V-12 petrol) 700 PS (690.4 hp, 514.8 kW)
Power/weight :12.3 PS/tonne
Fuel Capacity : 534 litres
Suspension :torsion bar
Operational range:110–195 km (68–120 mi)
Speed :38 km/h (24 mph)

Senin, 04 Oktober 2010

Dunia Mini Part 9 : Waktu Telah Habis!

"Turunkan aku disini Pak!” kata Maggie pada supir yang mengantarnya. “Ooh tentu nona, aku akan menurunkanmu disini” sahut supir mobil itu. Maggie lalu segera beranjak turun dari mobil itu dan tak lupa ia mengucapkan terima kasih. “Ooh sama - sama nona, semoga kita bisa berjumpa lagi dilain kesempatan..” “Ya, semoga saja” sahut Maggie sambil tersenyum. “Kalau begitu aku pergi dulu ya, daaa...” kata supir mobil itu sambil melambaikan tangannya ke arah Maggie. “Daa juga..” sahut Maggie.

Sepeninggal supir mobil itu Maggie lalu melangkahkan kakinya menuju ke arah Dreamland. Tak lama kemudian ia sudah berada tepat di depan tempat itu. “Bertemu lagi dengan supir gila itu? Ooh sungguh membuatku muak!” gerutu Maggie mengenai supir mobil tadi. Ia kini telah berada di dalam gedung Dreamland, namun tiba - tiba saja ada banyak anak - anak yang berhamburan keluar dari tempat itu. Wajah mereka terlihat sedih dan kecewa.

Melihat hal itu Maggie lalu bertanya pada salah satu dari mereka. “Ada apa dengan mereka semua? Mengapa mereka terlihat sangat sedih?” tanya Maggie sambil membungkukkan badannya. “Tuan Willy pergi menghilang entah kemana dan ia telah berbohong pada kami tentang Miniland yang ia janjikan dan kami takkan pernah mempercayainya lagi!” jawab anak kecil itu dengan nada gusar.

Maggie sangat terkejut mendengarnya. Ia tak menyangka Willy yang juga teman baiknya itu akan bersikap seperti itu. “Tenang adik kecil, tuan Willy tidak mungkin seperti itu. Mungkin ia sedang berhalangan hadir atau ia lagi membuat kejutan untuk kalian.” Kata Maggie berusaha menenangkan. “Tidak kak, aku tidak akan pernah lagi mempercayainya!” kata anak kecil itu sambil melangkah pergi meninggalkan Maggie.

Maggie lalu melangkah ke dalam gedung, ia ingin segera mengetahui apa sebenarnya yang telah terjadi disini. “Ya ampun sepi sekali disini dimana yang lainnya?” tanya Maggie pada salah seorang petugas yang berjaga disitu. “tuan Ozy menyuruh anak - anak itu pulang dan menyuruh kami menutup tempat ini.” jawab petugas itu. “Lalu dimana tuan Willy?” “Entahlah nona Maggie, kami sendiri tak tahu keberadaannya hingga kini. Tapi saya tadi melihat ia bersama seorang anak kecil pergi ke atas di ruang Miniland.” jawab petugas itu. “Oh aku mengerti, terima kasih atas informasinya.” kata Maggie.

Ia lalu pergi ke lantai atas menuju ke ruangan dimana Miniland berada. Ia lalu menghidupkan monitor yang digunakan untuk memantau keadaan para pemain di dalam. “Dimana, dimana kalian sekarang berada?” kata Maggie sambil memperhatikan monitor itu satu per satu. Dan tak lama kemudian ia berhasil menemukannya.

“Oh ya ampun, ternyata kalian sekarang berada diatas jembatan gantung itu! Ya ampun Daniel kasihan sekali kamu!”. Maggie terkejut ketika menemukan posisi mereka dalam monitor. Apalagi mereka berdua sekarang berada dalam kesulitan. Tuas Miniland ini berada pada level yang paling sulit! Uh siapa yang demikian tega melakukan hal ini? Tidak mungkin mereka sendiri yang melakukannya! Atau jangan..?”

Maggie lalu segera keluar dari ruangan dengan mimik muka menahan amarah. “dimana Ozy sekarang?” tanya Maggie pada salah seorang karyawan yang kebetulan lewat di depannya. “Entahlah nona, ia telah pergi entah kemana.” jawab karyawan itu. “Grrr...awas kalau ketemu nanti kau Ozy!” geram Maggie sambil mengepalkan jari - jari tangannya. Ia lalu kembali ke dalam ruangan dan kemudian memonitor kembali keadaan Daniel dan Willy.

“Aduuh kasihan sekali mereka, sedangkan aku disini tak bisa berbuat apapun untuk mereka..” kata Maggie sambil tertunduk sedih. Dalam kesedihannya itu tiba - tiba ia teringat dengan sebuah balon Zeppelin yang dipajang pada langit - langit di ruang depan untuk mereka yang akan masuk ke Dreamland. Dan tiba - tiba saja ia mendapat ide. “Oh kenapa tidak pakai itu saja?” ujarnya sambil tersenyum. Ia lalu segera menuju ke luar ruangan dan menyuruh para karyawan yang berada di bawah untuk menurunkan balon Zeppelin itu.

“Nah akhirnya bisa keluar juga kakimu.” Kata Willy kertika berhasil mengeluarkan kaki Daniel dari lubang patahan itu. “Oh syukurlah” sambil menarik nafas panjang. “Ya ampun Daniel coba lihatlah! Mereka semua berebut masuk ke dalam jembatan ini, ayo kita teruskan larinya!” “Krr..raaakk…kraaakkk!!!”. tiba – tiba tercengar bunyi sesuatu yang patah. Ya, jembatan gantung itu mulai patah menjadi dua bagian akibat kelebihan beban!

“Ya ampun jembatan ini mulai patah, Daniel cepat berpenganganlah pada tali itu!” perintah Willy pada Daniel ketika jembatan gantung itu mulai ambruk. Mereka berdua lalu berpegangan pada tepian tali jembatan agar tidak terperosok jatuh ke bawah. Namun manusia - manusia kera yang berusaha mengejar mereka tidak menyadari akan hal itu sehingga mereka tidak bergantungan pada sisi manapun pada jembatan hingga mengakibatkan mereka semua terjatuh ke bawah menuju ke dasar jurang yang menganga yang siap menyambut mereka di bawah sana.

“Lihat tuan, mereka semua terjatuh ke bawah!” kata Daniel sambil melihat ke belakang. “Ya, itu karena mereka begitu bodohnya mengejar kita sampai kemari, tapi jangan senang dulu Daniel, karena aku sendiri tak yakin kita bisa keluar dari sini hidup - hidup.” kata Willy optimis. “Akupun juga berpikir demikian, tapi kita harus tetap mencoba untuk naik ke atas atau kalau tidak seluruh bagian dari jembatan ini akan terperosok juga ke bawah!” “Kau benar Daniel, sekarang ayo kita coba memanjat naik ke atas!”.

Mereka mencoba memanjat naik ke atas melalui sela - sela kayu lantai jembatan dengan susah payah. Tiba - tiba terdengar suara letusan gunung berapi disertai gempa berkekuatan dahsyat. “Ada apa ini tuan, kenapa bisa terjadi seperti ini?” tanya Daniel dengan mimik muka ketakutan. “Celaka, waktu kita telah habis! Oh ya Tuhan, celakalah kita kali ini!” kata Willy sambil menundukkan kepala. Ia tak kuasa menahan kesedihan yang telah menimpa dirinya sekarang.

“Tuan, kau tak apa - apa? Ayo kita ter..” “Kraak..Kraaakkk!!!” belum selesai Daniel bicara tiba - tiba papan kayu yang menjadi pegangan Daniel patah seketika akibat efek dari guncangan dahsyat itu, dan kemudian Daniel pun terjatuh dari pegangannya.... “Tidaakkk...tuan tolong aku...!! .” “Gotcha! Akhirnya aku bisa memegangi tanganmu, hampir saja!” kata Willy sambil memegangi erat tangan Daniel. “Ya Tuhan, ini sangat mengerikan sekali! Aku hampir saja terjatuh dan mungkin segera menyusul mereka dibawah!” kata Daniel dengan nafas terengah - engah. Ia hanya bisa memejamkan matanya rapat - rapat, takut suatu waktu nanti ia akan terjatuh ke bawah.

“Terima kasih tuan, kau telah menolongku.” “Sama - sama Daniel, berpeganganlah yang erat aku tak mau kau terjatuh!” “Tapi apa kita bertahan dengan posisi seperti ini? Tanganku terasa lemas, aku sudah tak kuat lagi tuan!” “Daniel bertahanlah! Jangan katakan yang tidak - tidak, aku tak akan pernah melepaskan tanganmu walaupun kita hanya bisa bertahan disini sampai ajal menjemput kita!”

“Menjemput ajal katamu? Itu tak mungkin terjadi!” Tiba - tiba terdengar suara seseorang dari atas. Daniel dan Willy terkejut karena setahu mereka hanya mereka berdualah yang ada di tempat itu. “Tuan, lihatlah diatas sana, bukankah itu nona Maggie? Sepertinya ia datang untuk menolong kita!” kata Daniel dengan gembira. “Haai, aku datang untuk menolong kalian!” kata Maggie sambil melemparkan sebuah tangga yang terbuat dari tali ke arah Daniel dan Willy yang berada di bawah. “Hei Daniel, ayo cepat raihlah tali itu!” Daniel yang sudah terlihat lemas dan sakit lalu mencoba meraih tali itu disusul Willy kemudian. Willy lalu menuntun Daniel yang sudah sakit itu untuk memanjat tali itu menuju ke atas. Dan akhirnya dengan susah payah mereka sampai juga di Balon Zeppelin itu.

“Ooh syukurlah kau dan Daniel tidak apa – apa…Aku sangat mencemaskan kalian hingga membuatku datang kemari untuk menolong.” “Ooh terima kasih Maggie, tanpa pertolonganmu tadi kami mungkin takkan bisa selamat seperti ini.” sahut Willy. “Oh maaf aku lupa, ini pakailah selimut untuk menghangatkan badan kalian untuk sementara, kalian pasti basah dan kedinginan sehabis berpetualang tadi bukan?” kata Maggie sambil memberikan sepasang selimut pada Daniel dan Willy.

“Terima kasih nona Maggie atas selimutnya, kau adalah pahlawan bagi kami.” kata Daniel memuji. “Oh terima kasih atas pujiannya, setelah kita sampai nanti aku akan membelikanmu coklat yang banyak, nah sekarang duduklah yang tenang ya.” kata Maggie sambil tersenyum ramah. “Maggie jangan lupa setirnya…!” Kata Willy mengingatkan. “Oh maaf Wil aku lupa!” kata Maggie sambil kembali ke tempat duduknya di depan.

“Maafkan aku, aku terlambat menolong kalian tadi. Karena kau tak hadir pada pembukaan acara tadi, maka semua anak – anak pengunjung itu akhirnya pulang dengan raut wajah kecewa”. kata Maggie sambil tertunduk lesu. “Sudahlah tak apa, janan sedih begitu Maggie, yang terpenting bagiku sekarang adalah kita semua selamat. Mengenai anak – anak itu akan kita pikirkan nanti, oke?”. Kata Willy berusaha menenangkan.

“Ya kau benar Wil, yang penting sekarang kau dan Daniel bisa selamat, kau memang orang yang sangat tegar!” puji Maggie. “Ooh coba lihat meteor meteor itu tuan, mereka datang dari arah langit!.” Tunjuk Daniel sambil melihat dari kaca di belakangnya. “Ya itu pertanda permainan ini telah berakhir Daniel, kiamat telah datang…Miniland telah hancur!” terang Willy menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Dunia Mini Part 10 : Mimpi Indah di Luar Angkasa

"Sudah kuduga akan seperti ini jadinya…” Kata Willy sambil menutup ruang tempat anak – anak bermain yang kini terlihat kosong melompong, tak ada satupun anak – anak yang bermain disana. “Ini benar – benar sangat menyedihkan tuan!” kata Daniel sambil tertunduk sedih. “Sudahlah Daniel jangan terlalu dipikirkan. Besok aku akan mencoba meyakinkan mereka kalau aku bukanlah seorang pembohong seperti yang mereka kira dan permainan disini adalah permainan terbaik yang pernah mereka lihat.” Kata Willy sambil menepuk pundak Daniel.

“Tapi apakah anda yakin bisa dalam sekejap meyakinkan mereka untuk kembali kemari?” “Ooh tentu. Tentu saja aku bisa! Eh Daniel, apakah kau tidak tertarik dengan mainan – mainan yang ada di bawah itu? Bukankah kau belum mencobanya?” “Ya, bolehkah aku mencobanya?” tanya Daniel dengan wajah gembira. “Tentu saja kau boleh mencoba sepuasnya dan kau tidak perlu mengantri…”. Sahut Willy sambil tersenyum. “Wou, kelihatannya asik sekali, terima kasih tuan!” kata Daniel sambil berlari ke lantai dasar. Ia sudah tak sabar ingin mencoba permainan itu dari tadi.

“Apakah aku boleh mencobanya juga Wil?” kata Maggie dengan manja. “Eh apakah aku tak salah dengar, kau sudah terlalu dewasa untuk mencoba permainan anak – anak itu?” “Tak ada kata terlalu dewasa untukku Wil. Ayo ikutlah denganku. Mungkin saja ku belum pernah mencoba permainanmu ini sendiri!” kata Maggie sambil menggandeng tangan Willy.

“E..eeh…Maggie apa – apaan ini…? Willy tak dapat mencegahnya. Ia turuti saja keinginan Maggie itu. “Lihat tuan, ini hebat sekali!” kata Daniel sambil menunjukkan kemahirannya memainkan papan skateboard. “Ya, ini sangat keren tuan, lihat aku tak bisa jatuh sama sekali, padahal aku tak begitu mahir memakainya!”. Kata Daniel dengan wajah gembira.

“Ya, itu karena aku menciptakan skateboard itu agar terus bisa seimbang dengan pemiliknya, walau kau berjumpalitan sekalipun. Bermainlah sepuasmu Daniel!” kata Willy. “Ayolah Wil, biarkan saja bermain sendiri, kita kesana saja, ada permainan yang lebih menarik dari ini!” ajak Maggie sambil menggandeng tangan Willy. “Kita coba ini saja Wil…” kata Maggie sambil menunjuk salah satu jenis permainan yang ia sukai.

“Ooh bunga ballet ini? Baiklah kalau kau suka.” Kata Willy sambil memasukkan sebuah uang koin ke dalamnya. “Pasang sabuk pengaman dan bersiaplah!” kata Willy memberi aba – aba ketika mereka telah duduk diatas sebuah benda yang berbentuk mirip bunga. Seketika itu juga bunga – bunga itu bergerak. Dengan tangkainya ia seperti mempunyai lengan dan kaki yang bisa bergerak maju, mundur, melompat dan berputar layaknya orang yang sedang menari balet.

“Ooh mengagumkan sekali, aku suka sekali dengan bunga – bunga ciptaanmu ini Wil!” teriak Maggie dengan senangnya. “Ya, aku menciptakan ini agar anak – anak suka dengan tari balet”. Kata Willy. “Dengan cara ini mereka akan lebih mudah memahaminya kan?” kata Maggie sambil tersenyum. Sementara itu Daniel tampak asik sendiri mencoba permainan yang lain.

“Balon Impian? Apalagi ini?”. Kata Daniel sambil melihat sebuah plakat nama yang berada di sampingnya. “Balon ini seperti balon karet biasa, namun ketika ditiup ia akan mengembang dan berbentuk seperti keinginan si peniup dan bisa berfungsi layaknya benda yang ia tiup itu”. Begitulah kira – kira isi dari penjelasan pada balon impian itu.

Karena penasaran, Daniel lalu mengambil salah satu dari balon itu dan kemudian meniupnya sambil membayangkan bentuk yang ia inginkan. “Nah seperti ini..” ujarnya sampai tersenyum puas. “Waah rasanya menyenangkan sekali naik bunga balet ini, kau memang seorang yang jenius sekali Wil!” kata Maggie sambil melepaskan ikatan sabuk pengaman pada pinggangnya begitu permainan telah selesai.

“Eh bagaimana kalau kita mencoba permainan yang itu, kau pasti suka!” ajak Willy. “Permainan yang..” Belum selesai Maggie bicara tiba - tiba Daniel lewat di depan mereka. “Lihat, ini sangat asik sekali!” kata Daniel ketika ia menunggangi sebuah benda yang mirip dengan roket yang ia buat dari balon yang ia tiup tadi dan kini ia berhasil melayang - layang di udara dengan roket itu.

“Kau pasti memikirkan sebuah roket kan Daniel?” tanya Willy sambil tersenyum. “Ya Prof, aku ingin sekali terbang di udara!” kata Daniel sambil berteriak senang. “Segera turun dan kemarilah Daniel, ada sesuatu yang menarik yang akan kutunjukkan padamu!” “Ya aku akan segera turun, tapi kelihatannya aku masih sulit mengendalikan roket ini!” “Tekan saja tombol dengan tulisan Down yang ada pada sisi kanan roket itu, maka kau akan segera turun!”.

Memang benar begitu Daniel menekan tombol berwarna merah dengan tulisan down itu, roket itu mendadak berhenti dan secara perlahan - lahan roket itu turun ke bawah. Daniel terlihat senang, ia puas sekali dengan permainan roket itu. Begitu sampai di bawah ia segera menghampiri Willy dan Maggie yang sedari tadi telah menunggunya.

“Apa yang ingin kau tunjukkan tuan?” tanya Daniel. “Sesuatu hal yang sangat menarik, coba lihatlah ini!” Willy menunjuk pada sebuah benda yang berada di sampingnya.”Eeh apa ini tuan? Unik sekali bentuknya!” kata Daniel sambil menunjuk pada sebuah benda yang mirip telur itu. “Ini adalah kapsul ruang angkasa. Dengan ini kita bisa melihat dan menjelajahi keindahan luar angkasa yang berada di atas sana.” terang Willy pada Daniel yang kagum melihat kapsul itu.

“Wow, menarik sekali tuan! Bisakah kita mencobanya sekarang?” tanya Daniel tak sabar. “Ya, tentu saja. Nah sekarang masuklah ke dalam bersama Nona Maggie.” Setelah mereka masuk dan duduk pada tempatnya, Willy lalu segera menutup pintu masuk. “Nah sekarang bersiaplah, kita akan segera melesat menuju ruang angkasa!” kata Willy sambil menyalan mesin kapsul. Seketika itu juga tiba - tiba terdengar bunyi suara mesin roket di bawah, melesat dan mengantar mereka menuju ke ruang angkasa. “Waah, lihat kita sekarang telah berada di langit!” kata Daniel takjub ketika melihat pemandangan di luar dari balik jendela. “Ya, melesat dan terus melesat jauh meninggalkan bumi..” kata Willy sambil tersenyum.

“Aah, sudah sampai akhirnya...lihat nona Maggie bintang - bintang di angkasa itu!” tunjuk Daniel ketika mereka telah tiba di ruang angkasa. “Woow, betapa indah pemandangan disini!” kata Maggie kagum. “Sunyi, sepi dan tak ada seorang pun yang berada disini dan kau bilang tempat ini romantis?” kata Willy bercanda. “Justru tempat inilah yang aku cari!” kata Maggie kesal. “Ooh lihat itulah yang dinamakan planet Mars, warnanya memang benar - benar merah!” kata Daniel sambil melepaskan pandangannya sedikitpun pada kaca jendela. “Itu disebabkan oleh lapisan regolit lemonit, yaitu sisa batuan yang hancur berupa pasir yang mengandung senyawa silikat besi seperti karat. Nikmatilah Daniel dan pandangilah pemandangan di luar angkasa ini sepuasmu...” kata Willy sambil tersenyum.

Jam kini telah menunjukkan pukul 10 tengah malam dan Daniel tampak sudah tertidur pulas di tempat duduknya. “Waah pulas sekali tidurnya!” kata Maggie sambil mengenakan sebuah selimut pada Daniel agar tidak kedinginan. “Apa kau tidak mengantuk Maggie?” tanya Willy yang masih terjaga. “Oh tentu tidak, aku masih ingin menikmati indahnya bintang - bintang diangkasa ini..” kata Maggie dengan sambil memandangi pemandangan di luar melalui jendela. “Oh puitis sekali, jiwaku serasa melayang - layang di atas sana...” seloroh Willy sambil tertawa kecil. “Ya, seandainya saja jiwaku ini melayang - layang bersama dirimu disana..” kata Maggie sambil tersenyum lebar.

“Apa maksudmu?” “Wil, sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu” kata Maggie sambil menggenggam erat kedua tangan Willy. “Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, katakan saja tak perlu malu.” Kata Willy yang terheran - heran dengan sikap Maggie yang tak seperti biasanya ini. “Ya, aku memang malu mengatakan hal ini padamu Wil, karena aku ingin sekali mengatakannya sejak dulu...” kata Maggie sambil tersipu malu. “Ya katakan saja ada apa?” tanya Willy penasaran. “Se..sebenarnya aku...,”

“Krriii...iiinggg!!” belum sempat Maggie bicara pada Willy, tiba - tiba handphone milik Willy berbunyi. Willy lalu segera mengangkat handphone miliknya itu. “Dengan Willy selamat malam ada yang bisa saya bantu?” kata Willy membuka pembicaraan. “Ini dari aku, dr. Grimm. Sahabat masa kecilmu, apa kau masih ingat?” “Ooh ternyata kau Grimm, ya tentu saja aku masih ingat. Si Grimm yang selalu suka mengerjaiku ketika kita masih kecil dulu kan?” kata Willy yang disambut tawa lebar oleh dr. Grimm.

“Hebat, ternyata kau masih ingat denganku! Maaf sudah begitu lama sekali aku tak pernah memberi kabar padamu. Nah begini, aku baru saja membuka sebuah usaha bisnis hiburan, aku pikir apa salahnya mencoba, apalagi di tengah krisis global ekonomi dunia saat ini sangatlah sulit mencari uang!” kata dr. Grimm. “Ya, kau benar mengenai itu, aku sangat mendukung sekali apa yang akan kau lakukan itu, tapi ngomong - ngomong dimana lokasi tempat hiburan yang akan kau dirikan itu tepatnya?” tanya Willy. “Di seberang jalan, tepatnya di depan gedung Dreamland milikmu itu.” jawab dr. Grimm.

“Wah aku tak menyangka kalau lokasinya ternyata tepat berada di depan tempatku ini! Tapi hiburan jenis yang akan kau dirikan itu” “Tapi sebelumnya aku meminta maaf padamu karena bisnis hiburan milikku ini agak begitu mirip dengan bisnis hiburan milikmu karena tempat hiburan milikku ini hanya untuk kalangan anak - anak saja, dan tempat hiburanku ini tentunya nanti akan bersaing dengan tempat hiburan milikmu, dan sekali lagi aku minta maaf.” kata dr. Grimm.

“Jadi begitu ya? Ooh tidak apa - apa. Itu tak menjadi masalah bagiku. Didalam dunia bisnis persaingan adalah hal yang wajar dan aku sangat memakluminya. Jadi kau tak perlu khawatir karena hal itu tak menjadi masalah buatku malah anak - anak di lingkungan sini dan sekitarnya tentu akan menjadi sangat senang dengan adanya pilihan tempat hiburan bagi mereka.” kata Willy. “Oh Willy ternyata kau masih sama baiknya dengan yang dulu walaupun temanmu ini memang sering menyusahkanmu. Sebagai balasannya aku mengundangmu besok menghadiri acara pembukaan pertama tempat ini pukul 9 pagi besok dan tentunya kau bisa melihat sendiri tempat hiburan seperti yang aku dirikan untuk anak - anak itu besok.” kata dr. Grimm.

“Ooh terima kasih telah mengundangku, aku akan senang sekali berkunjung ke sana, aku pasti akan datang kesana besok dan ngomong - ngomong pertanyaanku tadi belum kau jawab, akan kau namai apa tempat itu?" tanya Willy. “Ooh maaf, aku lupa memberitahumu tadi, namanya adalah Screamland, bagaimana, bagus bukan? Baiklah aku sudahi dulu perbincangan kita dan jangan lupa untuk datang besok ya!” “Klek!” terdengar bunyi gagang telepon yang ditutup menandakan obrolan melalui telepon telah selesai.

“Hmpfhhh...Sudah lama sekali...” kata Willy sambil menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan - lahan. Ia tampak merenungi sesuatu. Ia tak habis pikir sahabat masa lalunya berada disini secara tiba - tiba apalagi sejak kecil dulu mereka saling bermusuhan. Akankah mereka kembali bermusuhan setelah sekian lama tak bertemu?

Pikirannya kini menerawang ke masa lalu, ia masih ingat pada waktu masih kecil dulu ia pernah hampir celaka karena penemuan - penemuan aneh dr. Grimm itu. “Sungguh gila orang itu!” pikirnya dalam hati. Gambaran seperti itulah yang menjadi beban pikirannya kini. Ia lalu melihat jam yang dikenakan pada pergelangan tangan kirinya yang menunjukkan pukul 11 larut malam. Mendadak ada perasaan letih dan kantuk yang amat sangat telah menguasai badan dan pikirannya. Ia memperhatikan Maggie yang sudah tertidur pulas dari tadi sambil memeluk Daniel yang juga sudah tertidur sebelumnya. Maggie terlihat tersenyum sendiri, entah ia tersenyum karena apa, tapi yang pasti karena telah tidurnya Maggie ia tak mengetahui dengan jelas apa yang akan Maggie katakan padanya.

Willy lalu mengambil sebuah selimut lalu dikenakannya pada tubuh Maggie agar ia tetap merasa hangat. Kemudian ia mematikan lampu penerang ruangan kapsul dan kemudian menyusul mereka tidur menuju mimpi - mimpi indah di luar angkasa...

Dunia Mini Part 8 : Terjebak di Jembatan Gantung

Lalu sampailah mereka di sebuah daerah perbukitan yang luas. “Hmm…Bagaimana ya ini, menurut peta ini untuk menuju jalan keluarnya kita harus mecapai ke sebuah jembatan gantung, tapi melihat daerah ini yang begitu luas rasanya mustahil untuk menemukannya!” keluh Willy. “Pasti ada di suatu tempat di sekitar bukit ini” kata Daniel.


Mereka lalu mencoba menyusuri jalan yang satu dengan yang lainnya untuk mencari letak jembatan itu. Dalam perjalanan tiba – tiba Daniel melihat sesuatu dari kejauhan. “Mengapa tak kita coba tanyakan ke mereka saja?” kata Daniel sembari menunjuk kearah sekumpulan manusia yang sedang melakukan sesuatu. “Aneh juga ada sekumpulan manusia disini, padahal setahuku aku tidak pernah memasangnya disini!” kata Willy heran.


“Ah yang benar, mungkin anda lupa memasangnya atau bisa saja anda memasangnya sebagai penunjuk jalan disini kan? Nah sekarang ayo kita segera kesana sekarang tuan!” ajak Daniel sambil menggaet tangan Willy. “Y..ya, mungkin saja aku lupa, aku memang sudah pikun!” sahut Willy. Mereka lalu berjalan mendekati sekumpulan orang – orang yang terlihat sedang asik membakar sesuatu di tempat itu.


“Ehmm…hmm…,maaf tuan – tuan kalau saya mengganggu acara makan siang kalian sebentar, apakah kalian tahu letak jembatan gantung yang…” mendadak lidah Willy seperti tersekat, Ia tak mampu neneruskan kata – katanya, dia hanya bisa berdiam diri mematung. Orang – orang itu memalingkan wajahnya pada mereka. Tapi wajah mereka seperti bukan manusia melainkan seperti kera! Tentu saja itu adalah pemandangan yang sangat aneh dan lebih mengerikan daripada sebelumnya.


“Ma…maaf, kami sudah mengganggu acara makan siang kalian, kami permisi duluuu…” kata Willy dengan terbata – bata. Mereka lalu membalikkan badan. “Anda yakin ini bukan orang yang kita maksud?” tanya Daniel. “Tentu saja bukan Daniel!” sahut Willy dengan mimik wajah ketakutan.


“Ou..ou..go..gorrrhhh!!!” itulah suara orang – orang yang ditanyai oleh Willy yang ternyata wajah, tubuh dan perilaku mereka sangat mirip dengan kera, apalagi tubuh mereka berukuran raksasa! “Uwaaaa…”. teriak Daniel dan Willy bersamaan lalu mereka lari sekuat – kuatnya menjauhi manusia – manusia kera itu.


“Apa itu tadi tuan? Mengapa kita harus lari mereka?”. tanya Daniel. “Itu adalah manusia purba Pithecantropus Erectus, mereka mengira kita adalah musuhnya yang akan merebut makanan dari mereka, jadi mereka sangat marah.” terang Willy. “Oh pantas saja mereka mengejar – ngejar kita kini” kata Daniel. “Ya selalu saja begitu, bukannya mendapat jalan keluar tapi malah dapat masalah!” keluh Willy.


Mereka terus berlari dan berlari antara bukit satu dengan bukit lainnya tapi manusia – manusia kera masih saja berusaha mengejar mereka sampai dapat. Dan tibalah mereka berdua kini di sebuah bukit yang menurun. Mungkin karena lengah dan saking capeknya mereka karena dikejar – kejar terus oleh kawanan manusia purba itu mereka tak sadar kalau di depan mereka ada jalan menurun yang tajam dan akibatnya mereka jatuh terguling – guling ke bawah menuruni bukit.


“Ouugh..aakhhh!!!” teriak Daniel dan Willy kesakitan. Dan dapat dibayangkan betapa sakitnya tubuh mereka begitu sampai di bawah. “Ouuhh..aduuhh sakit sekali badanku, dasar manusia – manusia kera sialan!” keluh Daniel sambil memegangi punggungnya yang sakit. “Auuuhhh..badanku juga sakit semua ini, coba tadi kita tidak bertanya pada mereka tentu kita tidak…” Willy memandang kearah depan, tiba – tiba ia menemukan sesuatu. “Lihat Daniel, itulah jembatannya!” teriak Willy sambil menunjuk kearah depan mereka. “Jembatan Gantung!” teriak Daniel gembira. “Akhirnya kita temukan juga jembatan ini…”. Kata Willy sambil menarik nafas panjang.


Namun kegembiraan mereka tak berlangsung lama karena manusia – manusia kera yang mengejar – ngejar mereka tadi berteriak – teriak dengan keras dan dengan sengaja menjatuhkan diri mereka menuruni bukit itu secara bersamaan. “Ya Tuhan, apa mereka sudah gila? Pantas saja Pithecantropus Erectus punah!” kata Willy sambil menggeleng – gelengkan kepalanya.


“Ayo Daniel, lekas kita pergi dari sini, kita sudah tak ada waktu lagi!” ajak Willy sambil mengulurkan tangannya pada Daniel membantunya untuk berdiri. Kemudian mereka berlari secepat mungkin menuju jembatan gantung yang berjarak beberapa meter di depan mereka. Tiba – tiba terdengar gemuruh petir yang menyambar – nyambar disertai hujan yang turun dengan derasnya. “Celaka, waktunya sudah hampir habis!” kata Willy sambil mengernyitkan dahinya. “Apakah tempat ini akan segera hancur begitu waktunya telah habis tuan?” tanya Daniel ketakutan. “Ya, seperti itu…” jawab Willy singkat.


Miniland..! Miniland..! Miniland..!” Terdengar teriakan anak – anak di tempat arena bermain. Mereka sudah tak sabar menunggu dibukanya arena permainan baru Miniland yang tentunya sebentar lagi akan dibuka dan diresmikan oleh Willy nantinya. “Tuan Willy ayo cepat buka tempat ini, kami ingin segera bermain!”celetuk salah seorang diantara anak – anak itu. “Kami harus menunggu sampai kapan!” sahut yang lainnya. Mereka tak sadar yang mereka nanti – nantikan kehadirannya itu tengah terjebak dalam permainannya sendiri! Hingga menjelang pukul 5 sore permainan masih belum berakhir…


“Tuan lihat, cepat sekali mereka sampai kemari!” kata Daniel terkejut ketika ia melihat manusia - manusia kera itu yang tadinya nekat turun dari atas bukit kini telah berada di bawah, beberapa meter di belakang mereka. Sambil membawa pentungan dari kayu yang berukuran besar, mereka kembali berusaha mengejar Daniel dan Willy.


“Jangan melihat ke arah mereka Daniel, ayo cepat kita lari lagi!” kata Willy mengingatkan. Kini tibalah mereka di depan jembatan gantung yang mereka cari itu. “Lihat tuan, ada tulisannya!” tunjuk Daniel pada sebuah papan nama yang berada di sebelah kanan depan jembatan itu. “Tidak Boleh Lebih Dari 200 kg!” kata Willy mengeja tulisan yang tertera di papan nama itu.


“Apa maksudnya tuan?” tanya Daniel tak mengerti. “Artinya bagi siapapun yang melintasi jembatan ini berat badannya tidak boleh lebih dari 100 kg” terang Willy. “Ooh, jadi begitu ya!” kata Daniel sambil mengangguk paham. “Berapa berat badanmu Daniel?” “30. Kalau anda sendiri berapa?” “Berat badanku kira - kira 70, jadi pas 100. Jadi kita bisa melewati jembatan ini tentunya.” “Tapi bagaimana dengan mereka tuan, bukankah jembatan ini hanya muat untuk kita berdua?” “Mudah - mudahan saja kita sampai dulu lebih awal dari mereka, maka untuk itu jangan hiraukan mereka. Ayo lekas kita seberangi jembatan ini!”


Mereka berdua lalu berusaha menyeberangi jembatan gantung itu dengan hati - hati. Jembatan itu terlihat tua dan rapuh, sedikit gerakan diatasnya saja maka jembatan itu bisa bergoyang dan membuat bagi yang menaikinya serasa akan jatuh dari tempatnya berdiri. “Ya ampun ini sangat mengerikan sekali tuan!” kata Daniel sambil menatap ke arah ke arah jurang yang ada di bawahnya.


“Jangan menatap ke bawah Daniel, jalan saja terus kita sudah setengah jalan sekarang.” kata Willy mengingatkan. “Ouu..uu..ugo..ugo!” Salah satu dari manusia - manusia kera itu bertanya tentang arti dari tulisan dari papan nama yang berada di sebelah kanan depan jembatan itu. Tapi tentu saja tak satupun dari mereka yang mengerti arti dari tulisan itu. Mereka hanya menggeleng - gelengkan kepala tanda tak mengerti.


“Lihat tuan, mereka sekarang ada di belakang kita!” seru Daniel sambil menunjuk ke arah di belakangnya. “Wah gawat, besar badan mereka saja sebesar itu apalagi kalau mereka menaiki jembatan, maka jembatan ini bisa rubuh nanti! Ayo Daniel kita teruskan saja langkah kita, kurang beberapa langkah lagi kita akan segera sampai di ujung jembatan.” ajak Willy.


“Kraaak..!!!” tiba - tiba terdengar suara kayu yang patah. Suara itu berasal dari salah satu lantai jembatan yang terbuat dari kayu itu patah ketika Daniel melewatinya. Dan kini terjerembab di dalamnya. “Oh ya ampun, tolong aku tuan!” teriak Daniel ketakutan. Ia takut terjatuh dari jembatan itu apalagi ada jurang menganga yang sudah menanti dirinya di bawah sana. “Tenang Daniel, aku akan menolongmu!” kata Willy sambil berusaha mengeluarkan kaki Daniel dari lubang patahan kayu itu. Sementara itu manusia - manusia kera yang sejak tadi berada di luar kini melangkahkan kakinya satu persatu ke arah jembatan untuk memburu Daniel dan Willy yang tengah berada dalam situasi sulit...

Dunia Mini Part 7 : Monster Laba - Laba Raksasa

Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan di suatu tempat mereka banyak menjumpai sarang laba – laba berukuran besar yang menggantung di pepohonan di sekitar tempat itu. “Tuan, disini banyak sekali sarang laba – laba berukuran besar, apakah mereka juga sama mengerikannya dengan monster – monster yang kita temui tadi?” “Dilihat dari ukuran sarangnya sepertinya begitu”. “Tapi kemana para laba – laba ini berada? Apakah mereka bersembunyi ya?” tanya Daniel.

Tiba – tiba terdengar gemuruh petir yang menyambar yang diikuti dengan hujan yang amat deras memaksa Daniel dan Willy untuk segera mencari tempat berteduh. “Kita berteduh di dalam gua itu Daniel” ajak Willy sambil menunjuk ke sebuah gua yang cukup besar yang ada di depan mereka. “Waah lihat, gua ini besar sekali Tuan!” kata Daniel kagum. “Indah dan mengagumkan!” tambah Willy.

Daniel lalu berkeliling melihat isi dari gua itu. “Jangan jauh – jauh Daniel, nanti kau bisa tersesat!” kata Willy mengingatkan. “Tidak Tuan, aku hanya berjalan – jalan disekitar sini saja” sahut Daniel. Ia lalu mencoba menyusuri sebuah jalan setapak yang ada di celah – celah gua. Dan tiba – tiba ia menemukan sesuatu. “Tuan, lihat aku menemukan sesuatu disini!” teriak Daniel. “Apa yang kau temukan?” tanya Willy. “Sebuah lorong!” sahut Daniel. Willy lalu menghampiri Daniel tempat dimana ia menemukan lorong itu.

“Lorong ini mungkin menghubungkan tempat ini dengan tempat lainnya di gua ini” kata Willy sambil memandang ke arah langit – langit lorong itu. “Atau mungkin juga ini adalah jalan keluarnya…” celetuk Daniel. “Ah bisa saja kau ini, kita kan tidak tahu lorong ini akan menuju kemana, bisa saja lorong ini malah menuju ke dasar bumi melihat letaknya yang ada di dalam gua”. “Tapi tuan, aku yakin sekali kalau lorong ini adalah jalan keluarnya dan kita harus mencobanya!” kata Daniel berusaha meyakinkan. “Kau benar, apa salahnya kalau kita coba. Bagaimanapun harus kita coba apalagi waktunya kurang setengah jam lagi sekarang” kata Willy mengiyakan.

“Hah waktunya kurang setengah jam lagi? Kalau begitu ayo kita segera masuk tuan!”. ajak Daniel. Mereka lalu segera masuk ke dalam lorong gua itu. Lorong demi lorong terus mereka jelajahi untuk mencari jalan keluar. Tanpa sepengetahuan mereka ada sebuah bayangan hitam besar misterius yang ada beberapa meter di belakan mereka…

“Tuan kenapa lorong ini begitu panjang sekali, apakah ini akan menuju ke dasar bumi?” tanya Daniel. “Entahlah, semoga saja ini adalah jalan keluarnya, kalau tidak kita takkan bisa keluar bisa keluar dari sini hidup – hidup!” jawab Willy. “Tuan, apa kau mendengar suara sesuatu disini?” “Tidak, memangnya kenapa?” “Aku mendengar sebuah suara, suara itu semakin lama terdengar semakin dekat ke arah kita. Coba anda dengarkan dengan seksama tuan…” pinta Daniel. Willy lalu mendekatkan telinganya ke arah bawah lantai gua untuk mencoba mendengarkan suara itu dengan seksama” “Drap..drap..drap!” “Benar suara itu terdengar sperti sebuah langkah!” kata Willy mengiyakan.

Mendengar hal itu Daniel langsung terkejut. Ia tak menyangka kalau ternyata mereka tidak sendirian di tempat ini! “Suara apa itu tuan?”. tanya Daniel dengan cemas. “Entahlah, tapi langkah suaranya terdengar semakin dekat kemari!” sahut Willy. “Jangan – jangan itu adalah itu adalah monster penghuni tempat ini!” kata Daniel mencoba menerka. “Bisa juga, kalau begitu ayo kita percepat langkah kita!” ajak Willy.

Mereka mencoba berlari secepat mungkin menjauhi langkah suara yang ada di belakang mereka. “Ya ampun aku sudah capek tuan, jika terus berlari seperti ini!” keluh Daniel. “Ya, dan akupun demikian! Daniel, ayo cepatlah sedikit larinya!” teriak Willy. Dan tibalah mereka kini di sebuah lorong yang bercabang dua dan mereka kebingungan salah satu diantaranya.

“Yang mana tuan?”. tanya Daniel kebingungan. “Yang mana sajalah asal kita bisa selamat dari kejaran monster gua ini”. jawab Willy dengan enteng. “Yang benar saja tuan, bagaimana kalau aku salah memilih jalan?” “Baiklah kalau kau ragu – ragu, begini saja aku lempar koin ini ke atas, jika yang berada di atas adalah gambar kepala maka kita akan memilih yang kanan dan jika yang keluar adalah gambar angka maka kita akan memilih yang kiri” kata Willy mencoba memberikan alternatif. “Hah yang benar saja tuan, memangnya ini undian lotere…?” kata Daniel keheranan. Namun Willy tidak memperdulikan ucapan Daniel, ia lalu melempar koin itu ke atas dan keluarlah hasilnya… “Baiklah kita memilih yang sebelah kanan” kata Willy dengan penuh keyakinan.

Walaupun terlihat masih ragu terhadap pilihan itu, tapi Daniel terpaksa menuruti keinginan Willy daripada nantinya mereka ditangkap oleh monster gua yang tidak diketahui wujudnya itu. Setengah berlari mereka menyusuri lorong itu sambil sesekali menoleh ke belakang, berharap mereka mengetahui keberadaan monster itu. Cukup lama mereka berlari hingga sesuatu mengejutkan mereka.

“Lihat lorong ini buntu tuan!” kata Daniel sambil meraba permukaan batu yang menutup lorong itu. “Lalu bagaimana ini tuan?” tanya Daniel panik. “Oh sial, aku telah keliru memilih jalan. Seharusnya kita memilih ke arah yang kiri tadi!” gerutu Willy. “Tapi sudah terlambat untuk itu tuan, jika kita kembali ke arah jalan yang tadi, maka kita ke arah jalan tadi maka kita akan menghadapi makhluk itu sekarang!”

“Kau benar, tapi apa yang harus kita lakukan, menunggu monster itu datang lalu menangkap kita? Tidak Daniel, kita tidak boleh menyerah begitu saja, kita harus melawannya!” tegas Willy. “Melawan? melawan dengan apa tuan, senjatapun kita tak punya?” “Tenang saja Daniel, aku akan segera mendapatkanya.” Kata Willy sambil memperhatikan tempat di sekelilingnya. Ia lalu memungut sebuah batang kayu yang berada di sekitar tempat itu.

“Lihat, apa ini cukup?” kata Willy sambil memperlihatkan batang kayu itu pada Daniel. “Semoga saja” sahut Daniel. “tuan, kalau seandainya kita bisa melawan monster itu apakah kita akan melewati jalan yang tadi?” “Tentu saja, karena hanya jalan itulah satu – satunya jalan keluar kita sari sini. Memangnya kenapa Daniel, apa kau takut?” “Ya, bagaimanapun juga monster itu pasti sangat mengerikan!” kata Daniel sambil mengernyitkan dahinya.

“Grrrrr…!!!” tiba – tiba muncul sesosok mengerikan yang kini berada di belakang mereka. “Laba – laba raksasa!” teriak Daniel ngeri. Laba – laba itu berukuran sangat besar, kira – kira seratus kali lipat lebih besar dari laba – laba yang selama ini pernah ia lihat. Dengan delapan kaki dan dua capitnya yang tajam ia mencoba mendekat ke arah Daniel dan Willy yang makin terpojok.

“tuan, apa kau tahu kelemahan dari laba – laba berukuran raksasa seperti ini?” “Bagi kita manusia laba – laba dengan ukuran normal sekali injak dan pukul saja langsung mati! Tapi kalau ini…” Willy terlihat berpikir keras bagaimana cara menaklukkan makhluk raksasa itu. Ia memandangi Daniel yang memejamkan matanya karena ketakutan. Tak sedikitpun Daniel membuka matanya demi melihat monster mengerikan itu.

Dengan segenap keberanian yang dimilikinya Willy lalu memukulkan batang kayu itu ke arah kedua mata laba – laba raksasa itu dan berhasil! Laba – laba raksasa itu tampak kesakitan di kedua matanya akibat terjangan tongkat kayu yang dilakukan oleh Willy. Kemudian setelah itu ia memeluk tubuh Daniel dan berguling ke depan di bawah perut laba – laba raksasa itu.

“Nah Daniel inilah kesempatan kita kesempatan kita mumpung laba – laba ini lengah karena kesakitan! Ayo kita segera ke arah jalan yang tadi!” ajak Willy. “Tentu saja, anda tadi hebat sekali!” sahut Daniel sambil tersenyum. Mereka lalu segera berlari menuju ke arah jalan yang bercabang yang telah mereka lalui tadi. Menyadari buruannya berhasil lolos laba – laba raksasa itu tidak tinggal diam, ia lalu mengejar dan berusaha menangkap mereka sekali lagi.

“Tuan, ia mengejar kita lagi!”. Teriak Daniel sambil menoleh ke arah belakang. “Jangan menoleh ke arah belakang Daniel, larilah saja sekuatmu!” “Ya ampun, laba – laba itu makin cepat saja larinya, kurasa ia akan segera menangkapku!” kata Daniel dengan mimik muka ketakutan. “Tuan, lorong ini kelihatannya semakin menyempit ke bawah, apa ini bukan jalan buntu seperti yang tadi?” tanya Daniel dengan cemas

“Kita coba saja, kita tak punya pilihan lain selain lorong sempit ini Daniel, lagipula apa ia bisa mengejar kita di lorong sempit ini dengan tubuh sebesar itu!” terang Willy. “Kau benar tuan…” kata Daniel sambil tersenyum. “Uwaaaaa…” mereka lalu terperosok ke dalam lubang dalam terowongan itu dan kemudian mengikuti alurnya yang makin lama semakin ke bawah.

Sementara laba – laba raksasa yang berusaha mengejar mereka itu juga mencoba untuk masuk ke dalam lubang terowongan itu dengan susah payah. Tetapi ia berada di dalam mulut terowongan itu ia tak bisa bergerak sedikitpun karena lubang itu terlalu sempit untuk tubuhnya yang besar! Jadilah terhimpit di mulut lubang terowongan itu untuk selamanya!

“Yuhuuu…menyenangkan sekali!” kata Daniel dengan gembira. “Ya ini seperti di pelusutan di arena kolam renang!” canda Willy sambil tertawa. “Tapi kita akan menuju kemana ya?” tanya Daniel cemas. “Asal bukan ke pusat bumi!” canda Willy. "Waah diluar terang sekali mungkin itu jalan keluarnya!” kata Daniel. “Semoga saja” sahut Willy.

“Uwaaaaa.....!!!” Mereka lalu terjun bebas di udara setelah meluncur melalui lubang terowongan yang sempit tadi. Kemudian mereka meluncur dan terus menuju ke bawah ke arah air sungai yang berada tepat di bawah mereka. “Byuurrr...!!” Mereka terjatuh dan meluncur dengan keras ke dalam air. “Ooh..akhirnya kita berhasil juga keluar dari dalam gua itu, apa kau tak apa - apa Daniel?” “Ya aku tak apa - apa tuan. Sungguh rasanya sangat menyenangkan sekali bermain di dunia Miniland ini, apalagi air sungai disini rasanya segar sekali!” kata Daniel sambil tersenyum. “Ya tapi pakaian kita jadi basah begini!” kata Willy sambil tertawa lebar bersama Daniel.

“Ayo Daniel kita harus segera pergi, kita sudah tak ada waktu berlama - lama disini!” kata Willy mengingatkan. “Kurang berapa lama lagi waktu kita tuan?” tanya Daniel. “Ya ampun kurang seperempat jam lagi waktu kita!” jawab Willy sambil melihat ke arah jarum jam yang ada di pergelangan tangan kirinya. “Hah kurang sedikit lagi waktunya, kalau begitu ayo kita segera bergegas tuan!” ajak Daniel.

Dunia Mini Part 6 : Level Tersulit

Nah ayo kita sekarang kesana !” ajak Willy sambil menggandeng tangan Daniel. Tak lama kemudian sampilah mereka disebuah tanah lapang yang penuh denagn rumput dan beraneka ragam jenis bunga “Waah indah sekali disini ya tuan, sejuk dan nyaman, aku sangat senang berada disini berlama-lama“ kata Daniel takjub

”Jangan terpana begitu saja dengan tempat ini karena ada sesuatu disini yang bisa menghalangimu untuk sampai ke tempat tujuan.” kata Willy


“Apa itu tuan?“ tanya Daniel “Entahlah, komputer pusat yang mengatur semua permainan ini, aku tak mengetahuinya secara pasti, pokoknya kita harus waspada.“ kata Willy mengingatkan “Eh, apa itu tuan, yang kelihatan berkerumun disana itu ? Daniel menunjuk sekumpulan serangga yang tampak sedang berkerumun di sebuah kelopak bunga. Daniel lalu melangkahkan kakinya menuju kearah sana untuk melihatnya dari dekat. Ia tampak tertarik dengan warna bunga itu yang keungu – unguan.


“Tunggu Daniel, jangan kesana, itu berbahaya!” seru Willy mengingatkan. Tapi terlambat, Daniel sudah begitu dekat dengan serangga – serangga itu dan ia tak menyadari akan bahaya yang ada di hadapannya. Salah satu dari serangga itu menatap Daniel dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat kumpulan serangga aneh itu yang ada di hadapannya. Astaga! Ternyata itu adalah sekumpulan tawon raksasa! Daniel tersentak kaget tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wajahnya meringis, menahan rasa ngeri yang amat sangat ketika melihat hewan aneh itu. Baru kali ini ia meliha ada tawon berwujud raksasa apalagi warnanya ungu! Sengat tawon itu terlihat besar dan runcing sebesar lengan Daniel dan siap menyengat bagi siapapun yang ada di dekatnya.


“Daniel ayo lari!” teriak Willy memperingatkan. Namun Daniel yang diteriakinya hanya berdiam diri mematung seakan tak berdaya. Wajah Daniel terlihat pucat, badannya terasa lemas dan kakinya bergetar hebat, rasa takut yang amat sangat telah menyeliomuti dirinya hingga ia begitu sulit untuk bergerak sejengkal pun! Menyadari keadaan sulit itu Willy lalu datang menghampirinya. “Daniel, kenapa kau ini? Ayo kita segera pergi dari sini, atau kalau tidak…”


“Aku tahu apa itu tuan, tapi aku rasa aku tak mampu untuk bergerak! Entah kenapa!?” teriak Daniel ketakutan. “Baiklah Daniel, kalau kau merasa sulit untuk bergerak maka aku akan menghitung sampai angka tiga, dan larilah sekencang – kencangnya oke?” “B..baik tuan, aku akan mencobanya, tapi hitungnya pelan – pelan ya..” kata Daniel.


“Satu…” Willy mulai melakukan hitungan. Dan tiba – tiba lebah – lebah raksasa itu mulai menyadari ada sebuah mangsa yang empuk yang ada di sebelah mereka. “Dua…” Dan lebah – lebah aneh itu mulai terbang menuju ke arah Daniel yang masih diam terpaku di tempat. “Tiga!” Pada hitungan yang terakhir itu. Dengan sekuat tenaga Willy menggandeng tangan Daniel untuk kemudian lari sekuat tenaga untuk menghindari serangan lebah – lebah ganas yang ada di belakang mereka.


“Terus, terus Daniel, mereka sekarang ada di belakang kita!” “Ya aku tahu, tapi kemana kita akan berlari, gerakan mereka sangat cepat, kalau begini terus kita bisa…” “Hei lihat, di depan itu ada perahu, nah sekarang aku ada ide untuk menghindari mereka!” ujar Willy sambil menunjuk ke sebuah yang berada di pinggir pantai.

“Cepat Daniel, kita balik perahu ini!” perintah Willy. Ia dan Daniel berusaha membalikkan posisi perahu itu hingga badan perahu yang terbalik itu menutupi seluruh tubuh mereka. “Tap..tapi apakah disini kita bisa bernafas di bawah air dengan menggunakan perahu yang terbalik ini?” tanya Daniel tak mengerti. “Sudahlah kau turuti saja perintahku, kita sudah tak ada waktu lagi sekarang.”


Mereka lalu diam dan tenang di dalam perahu yang terbalik itu. Lebah – lebah raksasa itu tak bisa melacak keberadaan mereka sekarang hingga akhirnya lebah – lebah raksasa itu pun pergi menjauh. “Tuan, di dalam sini sangat gelap dan pengap, aku tak bisa bernafas!” keluh Daniel. “Psst…diamlah, mereka mungkin masih ada di atas kita” kata Willy sambil berbisik pelan.


Mereka pun menunggu dengan sabar hingga beberapa menit lamanya. Sepuluh menit kemudian Willy mengangkat sedikit tepian perahu untuk melihat keadaan di luar. Tiba – tiba Daniel merasa ada sesuatu yang menyentuh kakinya. Kakinya terasa geli sekali. “Sekarang sudah aman, ayo lekas kita keluar dari sini Daniel!” ajak Willy setelah mengamati keadaan diluar. Namun Daniel tak menyahut, ia tampak kebingungan mencari sesuatu.


“Hei Daniel, sedang apa kamu?” “Tuan, apa kau barusan menyentuh kakiku?” tanya Daniel yang sejak tadi tertawa kegelian. “tidak, memangnya ada apa?” tanya Willy heran. “Eh ini, aku merasa ada sesuatu yang menyentuh kakiku, kira - kira apa ya?” “Baiklah akan kulihat sebentar.” Willy lalu menarik nafas dalam - dalam dan kemudian menyelam ke dalam air. Tak lama kemudian ia muncul lagi ke permukaan dengan wajah yang tampak ketakutan. Ia lalu menceritakan apa yang dilihatnya barusan pada pada Daniel.


“D..Da..Daniel, sebaiknya segera kita balik perahu ini lalu kita tumpangi dan dayung untuk secepatnya pergi dari sini!” kata Willy dengan terbata - bata. “Memangnya kenapa Tuan, apa yang kau lihat barusan?” tanya Daniel dengan cemas. “Y..y..yang bar..barusan kulihat itu adalah put..putri duyung buruk rupaaa!!”


Setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya itu, Willy dan Daniel kemudian membalikkan posisi perahu itu seperti semula lalu mendayung secepat - cepatnya. Dan benar saja di dalam air ada banyak sekumpulan ikan yang mirip Putri Duyung yang ada di dalam cerita dan dongeng yang terkenal. Namun bila dibandingkan dengan Putri Duyung yang ada di dalam dongeng itu jelaslah jauh berbeda. Putri Duyung yang mereka temui ini amatlah buruk rupa. Mereka mempunyai gigi - gigi yang runcing dan cakar - cakar yang tajam yang tak kalah mengerikannya dibanding lebah - lebah raksasa tadi.


“Waaa...mengerikan sekali mereka ya tuan, aku tak menyangka ada ikan duyung seburuk itu!” kata Daniel dengan nafas terengah - engah. “Nah kau baru tahu kan kalau tak selamanya Putri Duyung itu cantik!” gurau Willy sambil tertawa lebar. Ia mencairkan suasana di tengah ketegangan yang menyelimuti mereka. Tak lama kemudian akhirnya sampai juga mereka di sebuah daratan.


“Haah..haaah... akhirnya sampailah juga kita disini.” kata Willy seraya merebahkan tubuhnya di pasir. “Apa kita sudah sampai tuan?” tanya Daniel yang juga dalam keadaan posisi terlentang di pasir. “Belum, ini belum sampai, masing kurang tiga tahap lagi.” sahut Willy. “Kurang tiga tahap lagi? Ya ampun aku kira selesai sampai disini. Benar - benar petualangan yang menegangkan!” kata Daniel sambil menyeka keringat yang membasahi dahinya.


“Eh sekarang sudah jam setengah empat sore, kurang satu setengah jam lagi waktu akan segera habis!” kata Willy mengingatkan. “Dan tak lupa anda harus membuka tempat ini untuk mereka” tambah Daniel. “Ya, kau benar Daniel, terima kasih telah mengingatkanku, karena itu kita tak bisa berlama - lama berada disini, ayo kita segera kesana!” ajak Willy sambil menggaet tangan Daniel, memberinya bantuan untuk berdiri. “Ya dan kita berpetualang lagi.” sahut Daniel.


“Ha…ha…ha…kalian sudah sampai disitu ya, hmmm…kurang tiga tahap lagi kira – kira, mudah sekali kelihatannya, pantas saja permainan ini diset ke level yang termudah. Tapi bagaimana kalau aku coba menarik tuas ini menuju ke level tersulit? Coba, cobalah dan rasakan!” Ha…ha…haaa…!!!” Sosok misterius itu tertawa membahana sambil menarik tuas Miniland menuju ke level tersulit tanpa sepengetahuan Daniel dan Willy yang masih berada di dalamnya.


Kini tibalah mereka berdua di sebuah hutan. Daniel mengamat – ngamati bagian – bagian dari hutan itu. Pohon – pohonya menjulang tinggi dan berukuran besar. “Eh Hutan apa ini, sepertinya aku tak pernah melihat tanaman dan pohon – pohon ini sebelumnya?” tanya Daniel. “Ini adalah hutan pinus yang sudah ada sejak jaman dinosaurus dulu” sahut Willy. “Tapi apakah dinosaurus itu ada di dalam hutan ini Tuan?” “Ya, sepertinya begitu!”.


“Deg!” jantung Daniel tiba – tiba berdegup kencang. Ia tak menyangka akan bertemu dengan monster – monster mengerikan lagi di dalam hutan ini walaupun ia masih belum bertemu dengan salah satu dari mereka di pinus ini. Tapi karena sebelumnya Willy pernah mengatakan padanya bahwa ia telah mengeset permainan ini agar lebih mudah maka ia pun agak sedikit tenang kini.


“Waah banyak tanaman belukar di depan, apa kita bisa lewat situ?” tanya Daniel. “Ya tentu saja, kita tak punya waktu lagi untuk berputar.” sahut Willy. Tapi sebenarnya ia merasa ada yang aneh dengan tanaman belukar itu. Ia merasa pernah melihatnya, tapi entah dimana? Apa nama dan jenisnya dan semuanya menjadi percuma ketika ia menyadari kalau buku catatannya telah raib entah kemana ketika menghindari kejaran para monster tadi. Dan firasatnya mengatakan bahwa ia harus berhenti melangkah kedepan.


“Daniel berhenti!” teriaknya pada Daniel yang begitu dekat pada tanaman belukar itu. “Ada apa tuan?” tanya Daniel tak mengerti. “Hati – hatilah dengan tanaman ini!” “Memangnya ada apa dengan tanaman ini?” tanya Daniel. “Karena tanaman ini…” Belum selesai Willy menjawab pertanyaan Daniel, tiba – tiba salah satu tangkai dari tanaman belukar itu melilitkan batangnya pada kaki dan tangan Daniel hingga ia tak bisa bergerak sedikitpun!


“Tuan kenapa ini? Kenapa tanaman – tanaman belukar ini melilit kaki dan tanganku seperti ini?” teriak Daniel dengan mimik wajah ketakutan. Dan yang lebih aneh lagi tanaman – tanaman itu mempunyai katup seperti mulut yang dapat membuka dan menutup dengan lebar. Daniel berpikir kali ini ia takkan bisa lagi lolos dari jeratan monster – monster baru ini!


“Daniel bertahanlah!” kata Willy sambil membantu Daniel melepaskan diri dari cengkraman tumbuhan monster itu. Tapi ia tak sadar jika ada tumbuhan lainnya yang mencoba melilitkan batangnya pada pergelangan kaki kirinya. “Tuan, awas di belakangmu!” teriak Daniel memperingatkan. Namun terlambat, batang tumbuhan monster telah menyeret kaki Willy ke arah belakang hingga ia terseret tak berdaya.


“Ups sial! Kita telah diperdaya oleh tumbuhan aneh ini!” gerutu Willy. Karena tak ada pilihan ia lalu segera bertindak. Ia baru teringat jika ia membawa sebuah pisau bedah kecil disakunya yang selalu dibawanya kemana saja. Disaat – saat genting seperti inilah pisau kecil itu sangat berguna bagi dirinya. “Saatnya pembalasan!” kata Willy sambil membalikkan badannya menyamping ke belakang. Ia lalu mengambil pisau kecil itu yang disimpan di dalam saku bajunya. Kemudian ia gunakan pisau itu untuk memotong batang tanaman tumbuhan pemakan daging itu yang melilit pergelangan kakinya. “Sret!” putuslah batang itu. Ia lalu menghampiri Daniel yang kini tak bisa bernafas karena lehernya juga dililit oleh tumbuhan monster ini. Sret, Sret!” dengan beberapa kali tebasan maka langsung putuslah batang – batang tumbuhan monster yang melilit Daniel kini. Daniel terjatuh dan ia menjadi lemas tak berdaya akibat jeratan tadi.


“Daniel ayo bangun!” kata Willy berusaha menyadarkannya kembali. Daniel melihat keadaan di sekelilingnya, matanya terasa berkunang – kunang. Willy lalu memberinya minum yang diambilnya dari botol minuman yang ia bawa. Tak berapa lama kemudian ia telah sadar kembali. “Baik Tuan, aku tak apa – apa” kata Daniel.


“Ayo Daniel, tumbuh – tumbuhan monster itu masih ada banyak disini, ayo lekas kita pergi!” ajak Willy sambil menarik tangan Daniel. Sementara itu dahan – dahan dari tumbuhan monster itu semakin banyak yang keluar dan siap untuk menjerat mereka sekali lagi. Namun Daniel dan Willy yang menyadari akan hal itu sudah berlari sejauh mungkin meninggalkan tempat itu sejauh mungkin.


“Ya Tuhan, tumbuhan apa itu tadi Tuan?” tanya Daniel begitu mereka berdua sampai di tempat yang aman. “Itu adalah tumbuhan kaktus pemakan daging. Tapi aku heran mengapa ia menjadi begitu ganas hingga membuat kita sulit melepaskan diri darinya” sahut Willy. “Tapi bukankah anda sudah mengeset permainan ini menuju ke level yang lebih mudah?” “Tentu saja sudah, kecuali jika ada yang merubahnya”. “Apa anda yakin? Anda tidak lupa kan?” “Ya, aku sangat yakin sekali dan aku tidak mungkin lupa mengesetnya” “Atau mungkin ada seseorang di ruangan ini yang dengan sengaja merubahnya? Tapi siapa?” kata Daniel mencoba menerka. “Di dalam ruangan ini cuma kita yang berada di sini”. “Siapa lagi yang biasanya berada disini selain anda?” tanya Daniel. “Aku dan Ozy yang tadi kita jumpai”. sahut Willy. “Apakah ia sudah lama bekerja disini dan apakah ia bekerja dengan baik?” “Tidak, ia baru saja bekerja disini beberapa minggu yang lalu dan kerjanya bagus.”


“Apakah ia pernah melakukan kekeliruan dalam bekerja?” “Pernah sih, tapi itu hanya kesalahan teknis saja”. “Hmm…menurutku dialah pelakunya karena hanya dia yang berwenang di tempat ini selain anda”. “Tapi bukan berarti dia pelaku sesungguhnya, bisa saja orang lain atau alat itu sendiri yang mengalami kerusakan. Kau kan baru saja mengenalnya, mana mungkin kau bisa menuduhnya begitu saja” kata Willy. “Tap…Tapi Tuan…” “Sudahlah Daniel kita tak ada waktu untuk membahas siapa pelakunya. Kita harus segera mencari jalan keluar dari sini”. ajak Willy.

Recent Post