Jumat, 29 Oktober 2010

Awal Bencana Bagi Merkava

Beginilah kontradiktif perang asimetris yang berlangsung antara Israel dengan kelompok perlawana di Palestina dan Libanon. Sebuah Mk 3D berupaya melindungi diri dengan menebar tabir asap dari engine exhaust saat mendapat serangan pasukan pasukan pelempar batu Palestina dekat kamp pengungsi Balata, Nablus-West Bank.


Ketika diluncurkan pertama kali, Merkava langsung digunakan dalam invasi ke Libanon pada 1982. Kesuksesan besar diraih dengan menghancurkan tank-tank Suriah. Akan tetapi 24 tahun kemudian di tempat yang sama, Merkava mengalami kekalahan telak. Apa gerangan yang terjadi?

Pada tahun 1982, Faksi Fatah yang saat itu masih merupakan faksi sempalan kecil dari PLO (Palestinian Liberation Organization) melakukan upava pembunuhan terhadap duta besar Israel untuk Inggris, Shlomo Argov. Selain itu PLO juga melakukan serangan roket Katyusha ke wilayah padat penduduk di utara Israel.

Walaupun tidak ada indikasi keterlibatan PLO dalam peristiwa penyerangan duta besar, kedua peristiwa ini langsung dijadikan justifikasi bagi Israel untuk mengenyahkan PLO dari Libanon, yang saat itu sering melakukan aksi pemboman dan pencmbakan roket kc wilayah Israel dari Libanon. Maka pada 6 Juni 1982, Pemerintah Israel meluncurkan Mivtsa Shalom HaGalil (Operation Peace of the Galilee).

Sebagai respon atas perintah operasi tersebut, IDF mengirimkan puluhan F-16 dan F-15 untuk melakukan bombardir atas posisi PLO. Sementara ratusan tank Merkava Mk 1 dikerahkan guna menaklukkan posisi-posisi yang tak terjangkau serangan udara. Merkava Mk 1 yang saat itu benar-benar masih gress menjadi ujung tombak hampir setiap pergerakan lapis baja.

Di jalan yang terletak di tepi pantai, Merkava Mk 1 membuka jalan dari Rosh Hanikra ke Sidon, Damur dan Beirut. Di sepanjang jalan ini terdapat puluhan titik perkuatan PLO dilengkapi AT-3 dagger dan RPG-7 pemberian Suriah dan Uni Soviet.

Perjalanannya dilukiskan oleh salah satu komandan tank Israel sepcrti neraka. "Hampir setiap 100 meter para pejuang PLO menembakkan RPG-7 dari jarak hanya 3-10 meter dari tubuh tank, belum termasuk yang menembak dengan AK-47 dari RPK. Namun semua serangan tidak mampu menembus lapisan baja Merkava. Hanya sedikit efek ledakan yang mampu menembus lapisan baja, itu pun tidak sampai ke bagian dalam sehingga kru tetap selamat."

Sementara di sektor timur, formasi Merkava melakukan gerakan menusuk langsung dengan dukungan helikopter AH-1 Cobra. Tujuannya menghancurkan kekuatan Suriah di Lembah Beka'a. Pada hari ketiga, perang skala penuh dengan Suriah meletus. Suriah menggunakan semua senjata antitank yang dimilikinya. Mulai dari recoiless rifle 105 mm, rudal TOW, LAW 72 sampai AT- 3.

Beragam kaliber peluru tipe HEAT dan APFSDS menghantam bodi Merkava. Beberapa memang mampu menembus lapisan baja dan mcrusak mesin. Berkat dukungan dari tank lain dan kru perbaikan, Merkava yang rusak tadi bisa kembali berfungsi kurang dari satu hari. Sebuah rekor yang sangat luar biasa pada waktu itu.

Penggunaan El-Op Fire Control System yang sangat akurat membantu Merkava untuk membidik target dengan sangat akurat pada jarak jauh. Ditambah amunisi tipe APFSDS tipe "arrow", tidak ada lapisan baja yang mampu menahan keganasan meriam 105mm Merkava. Kulminasi pertempuran di wilayah timur terjadi ketika Merkava harus berhadap-hadapan dengan tank T-72 milik Suriah dari , Brigade 73. Tank-tank ini dilengkapi kanon 125mm, yang saat itu merupakan diameter meriam tank terbesar di antara MET dunia.

Pertempuran dibuka dari jarak jauh. Merkava sudah bisa menembak dari jarak 5.000 meter dengan akurasi jempolan, sementara T-72 masih mandul karena tidak memiliki laser range finder. Segera setelah tembakan pertama dilepaskan, beberapa T-72 langsung berubah menjadi bola api raksasa. Ketika pertempuran memasuki jarak dekat, berbagai rudal antitank dari kedua kubu turut membantu. Tertwata, pada jarak dekat meriam 125 mm T-72 pun tidak mampu bicara banyak. Hanya 3 atau 4 Merkava yang benar-benar rusak akibat hantaman meriam T-72.

Akhirnya, hampir seluruh T-72 Suriah dihabisi, sementara yang menyerah, tanknya dijadikan pampasan perang untuk dipajang sebagai tropi. Kekalahan di wilayah timur ini membuat PLO dan Suriah terkepung ke wilayah barat. Akhirnya hanya dengan bantuan PBB pasukan Suriah dan PLO dapat kcluar dari Libanon dalam keadaan hidup-hidup.

Libanon II

Konvoi Merkava Mk 1 di jalanan Libanon. Kekalahan telak yang dialami IDF dan khususnya armada MBT Merkava di Libanon baru lalu, tak sepenuhnya berasal dari kelemahan tank. Sejumlah sebab eksternal turut menyokong memblenya performa Merkava dalam medan perang modern

Pasca Libanon, tidak begitu banyak terdengar kiprah Merkava, terutama karena negara-negara Arab mcrasa ngeri untuk membuka fron kembali dengan Israel. Belajar dari Yom Kippur, ncgara seperti Iran dan Suriah memilih untuk menyelundupkan senjata saja kepada Hizbullah. Hanya ketika gerakan Intifada meletus pada 1996, Merkava dikirim ke wilayah Palestina untuk mengontrol keadaan. Selain itu, pada tahun yang sama operasi Grapes of Wrath diluncurkan untuk memerangi Suth Lebanese Army.

Baru disinilah terungkap kelemahan Merkava. Tiga Merkava menjadi korban ketika ranjau seberat 100 kilogram yang dikendalikan remote jarak jauh diledakkan tepat ketika Merkava melintas. Insiden ini membunuh kru dan pasukan yang ada di dalamnya. Ternyata Merkava amat lemah di lapisan bawah, sesuatu yang juga jamak ditemui di tank buatan negara lain.

Segalanya berubah jauh lebih drastis lagi ketika pada tanggal 12 Juli 2006, Hizbullah melakukan serangan Katyusha ke wilayah Israel utara yang berisikan penduduk sipil. Pada saat yang sama pejuang Hizbullah menculik tiga tentara Israel untuk ditukar dengan tawanan yang ditahan di kamp militer Israel. Parlemen Israel langsung bereaksi, dan mengizinkan pembalasan lebih keras lagi.

Kepala Staf AB Israel, Letnan Jenderal Dan Halutz (mantan pilot F-4 dan F-16) ketika diwawancarai Channel 10 Israel mengatakan, "Jika prajurit kami tidak dikembalikan, kami akan memutar waktu Libanon ke keadaan 20 tahun lalu." Segera icsudah itu, jet-jet tempur Israel meluluhlantakkan jembatan, gedung, menara komunikasi dan segala infrastruktur yang mereka curigai menjadi basis tentara Hizbullah. Sebanyak 400 Merkava diterjunkan kembali, kali ini dengan varian Mk 3B LIC yang memang sudah dirancang iintuk perang kota.

Pada awalnya kepercayaan iwak tank sangat tinggi, mengingat Merkava sudah terbukti sukses di Libanon tahun 1982 dan 1996. Namun apa Incur, ternyata 50 Merkava berhasil dirusak oleh pejuang Hizbullah, sementara korban jiwa jatuh sebanyak 30 orang meninggal, termasuk 2 komandan batalion sementara 100 lainnya terluka.

Setelah dilakukan penyelidikan mendalam, didapat faktor eksternal dan internal penyebab kegagalan Merkava. Pertama, pejuang Hizbullah disuplai rudal Metis-M. dan Kornet oleh Iran. Rudal antitank generasi terakhir buatan Rusia ini sangat ampuh menembus lapisan baja, sehingga banyak Merkava yang jadi korban keganasan Metis-M. Sementara faktor kedua lebih dilihat dari sisi internal.

Pemotongan anggaran menyebabkan waktu latihan kru tank dikurangi. Akibatnya banyak awak yang belum memiliki jam terbang cukup untuk mengendalikan Merkava dengan efektif. Lebih buruk lagi, para kru tank terkejut karena mereka harus masuk ke Libanon tanpa ada smoke discharger unit terpasang pada Merkava mereka. Pengetatan anggaran menyebabkan tidak ada dana untuk membeli smoke discharger maupun peluru asap untuk mortir soltam 60mm.

Tanpa adanya smoke dis¬charger, Merkava tidak dapat mengamuflasekan diri dengan tabir asap. Padahal di medan perkotaan Libanon Merkava lebih sering berada dalam posisi statis untuk melakukan patroli, mem-buat checkpoint dan menentukan arah. Kombinasi dari kedua faktor inilah yang menyebabkan kiprah Merkava menjadi memble di tempat seharusnya mereka bisa mengulangi kemenangan yang manis.

Para Pemburu Merkava

Dalam perang Libanon I, Mk 1 sudah merasakan rudal antitank PLO. Kejadian itu kembali terulang ketika Israel menyerbu Libanon Juli lalu. Mungkinkah ini akhir dari Merkava atau sebaliknya awal dari kelahiran mesin perang yang lebih tangguh.


Gencatan senjata akhirnya diterima oleh Israel. Bagi Hizbullah berarti kemenangan. Hari-hari pun dilewati tanpa harus mengincar dan mata melotot tak kenal tidur. Itulah yang dirasakan dua pejuang Hizbullah kepada Deutsche PresseAgentur, di Desa Aitroun, Libanon Selatan, seperti dikutip kantor berita Antara News (17/8/2006). Kampung mereka menghadap ke permukiman Israel di seberang perbatasan.

Pemuda-pemuda belia ini menyebut diri mereka "pemburu" Merkava. Tugas mereka memonitor Mertkava yang bergerak masuk ke wilayah Libanon, dan kemudian menghancurkannya dengan senjata antitank. Mengenakan seragam tentara, para pejuang mudayang berusia jelang 20-an tahun itu berbicara enteng tentang malam-malam tanpa tidur dan berbagai kegiatan militer selama serangan gencar Israel.

"Kami memburu tank-tank ini seperti burung," kata mereka. "Kami sebetulnya dapat menghancurkan lebih banyak lagi tank jika perang masih berlanjut," ujar seorang pemuda berusia 1 8 tahun, yang dengan perasaan berat hati tak bersedia mengungkap namanya. Kedua pemburu Merkava itu memakai kacamata hitam trendy, mengenakan helm militer dan menenteng senapan. Mereka menolak mengungkapkan jenis roket yang digunakan untuk menghancurkan tank-tank Israel. Seorang lagi yang tengah meneropong dengan binokuler ke wilayah Israel, berkata kepada para wartawan asing dalam bahasa Inggris yang lancar dan selektif. "Ini seperti memainkan war game di Play Station," aku pejuang lainnya dengan senyum malu-malu. Menurut Hizbullah, sekitar 60 Merkava telah dihancurkan selama serangan.

Kedua pejuang Hizbullah ini juga menceritakan hari-hari saat mereka dihujani bom dari F-16 Soufa Israel. "Lihat helm saya," ia berkata sambil menunjukkan lubang bekas pecahan peluru meriam. "Jika saya tidak menggunakan helm ini, mungkin sudah mati syahid." Para pejuang Hizbulah merasa bangga jika mati syahid, dengan keyakinan bahwa tewas pada saat membela tanah air dari agresi Israel akan membawa mereka ke keabadian surga.

Metis-M


Rudal 9K115-2 Metis-M atau oleh pihak Barat dikenal dengan kode NATO AT-13 Saxhorn, merupakan rudal antitank generasi akhir Rusia yang mulai masuk dinas aktif pada 1992. Sistem rudal ini terdiri atas tiga bagian: 9M131F ATGM, launcher un/f9P151 dan 1PBN86-V1 thermal sight. Sistem rudal ini sangat portable, artinya mudah dilipat dan dibawa prajurit. Hanya diperlukan 2 kru untuk mengoperasikan Metis. Seorang sebagai penembak, satunya lagi bertugas membawa amunisi cadangan. ATGM 9M131F memiliki warhead tipe tandem HEAT yang mampu menembus lapisan ERA yang banyak terpasang pada MBT.

Jarak efektif yang mencapai 1,5 kilometer, beratnya hanya 13,8 kilogram, sistem penembakan yang mudah dan minimnya biaya perawatan membuat rudal ini disukai. Pejuang Hizbullah memperoleh Metis-M melalui Suriah, yang membeli langsung ke Rusia. Dalam pengoperasiannya, pejuang Hizbullah membentuk 1 tim terdiri atas 2 orang yang rata-rata berumur 16-23 tahun. Mereka bertugas sebagai Merkava hunter. Saat diwawancara jurnalis AFP, salah satu anggota tim mengaku kalau tugas memburu Merkava termasuk mudah. "Tank-tank itu diam seperti batu, sementara menembakkan rudal ini rasanya seperti permainan Play Station yang saya mainkan di rumah." Akibatnya, 25 Merkava lumat oleh kesaktian Metis-M


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post