Jumat, 17 September 2010

Miniland 5 : Dunia Mini

Nah kita sudah sampai daniel, turunlah.” kata Willy. Daniel segera membuka pintu mobil lalu di tatapnya sebuah bangunan megah yang ada dihadapannya. Ia menatap dari atas ke bawah menyusuri setiap sudut bangunan seakan terpana melihat keanggunan dan kemegahan gedung itu. Diatas gedung terpahat tulisan bertuliskan “DREAMLAND” “Ya, ini adalah perusahaanku, tempat bagi anak – anak yang haus liburan, dan petualangan, Dunia yang penuh dengan imajinasi dan khayalan, selamat datang di Dreamland Daniel!” kata Willy sambil mengajaknya masuk. Ia menggandeng tangan Daniel yang nampak senang sekali, ia merasa baru kali ini diajak masuk ke sebuah gedung yang mewah apalagi ini adalah sebah tempat hiburan tentunya.”


“Wah ramai sekali!” kata Daniel sambil melihat kerumunan banyak orang yang berkunjung ke tempat itu. “Ya, inilah hari minggu dan tentunya hari libur bagi anak-anak.” mereka sangat senang berkunjung kemari“ terang Willy. ”Selamat datang Tuan Willy” sambut seseorang bertubuh gendut berkacamata. “Oh …. ya, terima kasih Ozy, Daniel perkenalkan ini adalah Ozy, dia adalah kepala pengawas disini, dan Ozy ini adalah Daniel tamu kita yang baru. ”Oh selamat datang teman kecil, semoga kau suka dengan tempat ini “ kata Ozy sambil menjabat tangan Daniel.


“Oh, tentu saja tuan Ozy” jawab Daniel meringis menahan sakit karena tangannya di genggam agak erat oleh Ozy. Seperti yang telah anda lihat tuan, begitu tempat ini dibuka beberapa bulan yang lalu anak – anak begitu menyukai tempat ini sehingga begitu di buka, mereka langsung menyerbu masuk begitu saja untuk membeli tiket.” terang Ozy, Oh baguslah kalau begitu, ini sesuai dengan dugaanku, aku begitu senang melihat anak-anak sangat terhibur dengan fasilitas yang kubuat ini.” kata Willy sambil tersenyum bangga. Ayo Daniel ku ajak kau berkeliling melihat tempat ini baik – baik, jangan sampai anak – anak itu terlihat murung!” pesan Willy . Baik tuan, itu memang sudah menjadi tugasku! jawab Ozy sambil membetulkan letak kacamatanya yang agak miring sebelah itu.


“Eh awas Tuan!!” teriak Daniel sambil mendorong tubuh Willy kebelakang, ketika sekumpulan anak – anak lewat didepan mereka sambil mengendarai sebuah benda yang bisa membuat mereka “melayang”. Terlihat wajah mereka begitu gembira mereka berteriak-teriak senang disetiap perjalanan yang mereka lewati. Salah satu dari mereka melambaikan tangan ke arah Daniel yang terbengong – bengong melihat mereka.”


Hei, lihat apa yang mereka kendarai itu tuan? tanya Daniel penuh keheranan. “ itu adalah Rocket Buzzer ciptaanku. Aku ciptakan khusus bagi mereka anak-anak yang ingin terbang seperti nenek sihir…..” terang Willy sambil tertawa kecil. “Tapi bukankah roket mengeluarkan asap, sedangkan ini tidak?“ tanya Daniel. Roket ini juga kuciptakan khusus untuk anti polusi, karena kau tak ingin ada polusi di tempat ini Daniel…….Hmm….Kelihatannya kau ingin mencobanya ya, baiklah kalau begitu!” “tapi bagaimana caranya tuan ?” tanya Daniel. “Coba kau lihat dibelakang mereka itu…..” kata Willy sambil menunjuk beberapa batang roket yang ada di belakang anak-anak itu tadi.


“Ini seperti sebuah Busway yang sudah mengikuti jalur yang ditentukan, jadi mereka tidak bisa membuat arah seenaknya sendiri, itu bisa berbahaya!“ terang Willy. “Aku akan menghentikan kedua roket yang ada dibelakang mereka. Coba lihat ini!” Willy lalu menepuk kedua telapak tangannya sebanyak dua kali, dan secara reflek kedua roket yang mengikuti rombongan anak – anak itu berhenti, “Coba kau lihat itu, mudah bukan?” kata Willy sambil tersenyum. Daniel hanya diam terbengong – bengong melihat apa yang dilakukan tuan Willy barusan.


“Ayo, naiklah Daniel, kau harus mencoba apa yang aku lakukan, aku hanya tinggal menekan tombol ini dan…”Wwwwusshhh……..!!!” dengan cepatnya roket itu melesat dan membawa mereka ke udara. Daniel berteriak kegirangan bukan main, ia tidak meresakan sensasi itu sebelumnya, udara terasa mengalir dengan derasnya melewati semua bagian tubuhnya terasa menembus aliran udara membuat jantungnya kian berdegup kencang, ia berada di samping Daniel. “Yah, tuan ini benar-benar seru bukan main! aku suka sekali!! ” jawab Daniel dengan wajah berbinar.“ kemana kita kan pergi tuan! Waah itu akan terasa menyenangkan sekali!” kata Daniel sambil memejamkan matanya menikmati sensasi yang ia rasakan memiliki roket itu di udara setiap detiknya.


“Lihat, ada banyak anak - anak yang sedang berkerumun disana, apa yang sedang mereka lihat itu tuan?” tanya Daniel ketika mereka sedang melewati salah satu stan permainan. “Ooh tempat yang itu? pertunjukan boneka menari yang ada di sana itu, kau mau ke sana Daniel?” Daniel lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju. “Kalau begitu kita langsung tancap gas ke sana!” “Wuuusshhh...” Roket itu lalu melesat ke bawah ke arah kerumunan anak - anak yang sedang asik menyaksikan sesuatu.


“Lihatlah kami yang seperti bintang, menari dan menyanyi di angkasa luar..” Terdengar sebuah bait lagu dilantunkan ketika Daniel dan Willy telah sampai di tempat itu. Daniel lalu mendekati kerumunan anak - anak itu untuk melihat apa yang mereka saksikan itu. Dan alangkah terkejutnya ia begitu melihat apa yang ada dihadapannya kini. “Sebuah Boneka!” Tapi itu bukanlah boneka seperti yang biasa ia lihat, boneka itu bisa bernyanyi dan menari layaknya manusia, itulah yang menarik perhatian anak - anak ini. Bentuk mereka ada yang berbentuk seperti bintang, telur, kotak susu, bahkan ada yang berbentuk seperti kue!


"Bagaimana Daniel, mereka menarik bukan?” “Ya, menarik sekali tuan!” jawab Daniel yang nampak hanyut melihat pertunjukan boneka - boneka itu. “Boneka Penari, sesuai dengan namanya mereka memang sengaja kuciptakan untuk mengajari anak - anak ini agar mereka memahami betapa indahnya menyanyi dan menari itu, seperti yang telah mereka lihat sekarang ini.” terang Willy.


“Ya kau benar Tuan, kini akupun menyadari betapa indahnya menyanyi dan menari itu...” yang masih terlihat asik melihat pertunjukan itu. “Ayo Daniel, kita segera pergi dari sini, ada yang harus kau lihat selain ini!” ajak Willy sambil menarik tangan Daniel. Tak berapa lama kemudian mereka kembali dengan menggunakan roket itu. “Lihat itu salah satunya!” kata Willy sambil menudingkan telunjuknya ke arah samping kanan ketika mereka melewati satu stan. “Lihat tulisan dan gambar - gambar di udara itu, mereka bisa bersinar!” seru Daniel takjub.


“Ya, anak - anak di bawah sana itu yang melakukannya. Mereka menggunakan crayon sinar buatanku untuk menggambarnya. Kalau itu masih belum seberapa Daniel, ada satu lagi yang akan kutunjukkan padamu. Pegang erat - erat tepian roket ini, kita akan segera naik ke atas!” kata Willy sambil memberi aba - aba pada Daniel. Dan tak lama kemudian mereka melesat naik dengan cepat menuju ke atas di suatu tempat tersembunyi yang diperlihatkan Willy pada Daniel nantinya.


”Nah sekarang sampailahkita diruangan paling atas“ terang Willy. Daniel tempak gugup. Ia terus memandang kebawah. Ia sangat takut, berada diruangan sempit apalagi diketinggian! mereka lalu berjalan menulusuri koridor menuju kesebuah ruangan, ”Nah ini dia laboratoriumnya!” kata Willy. Ia lalu menyuruh Ozy untuk membuka pintu Laboratorium itu dengan menggunakan kunci masuk, dan begitu mereka masuk, ruangan tampak gelap, tak ada cahaya sedikitpun disitu.


“tuan, kenapa gelap sekali disini? tanya Daniel kebingungan. ”Tenang Daniel, kau akan menyalakan lampu ruangan “ terang Willy sambil menekan sakelar lampu. “klik!” Seketika itu juga ruangan itu tampak terang benderang sehingga Daniel bisa melihat benda yang ada didepannya, sebuah benda yang tampak seperti miniatur sebuah dunia yang sesungguhnya, ada gunung, pohon, tanaman, hutan dan seluruh isinya yang luas dan tampak begitu nyata walaupun berukuran mini.


”Apa ini tuan?” tanya Daniel penuh keheranan. Itu adalah Miniland bagian dari tempat hiburan ini, tapi hanya ukurannya saja yang mini terang Willy. “Miniland adalah jenis hiburan terbaru disini, tapi ia adalah hiburan yang paling utama di sini, aku baru saja membuatnya dan yang membedakannya dengan hiburan yang lainnya disini adalah petualangannya yang sangat mendebarkan.” “Petualangan apa itu tuan?” tanya Daniel penasaran. ”Kau akan segera mengetahuinya begitu mencobanya.“ “mencoba? Bagaimana mungkin aku mencobanya sedangkan tempat ini saja terlalu kecil untuk memuat tubuhku yang besar ini?“ ”Oh kalau hanya masalah itu sih mudah saja, di dalam monitor itu ada sebuah terowongan berukuran besar, nah masuklah melalui terowongan itu dan kau akan mencobanya nanti” terang Willy. ”Baiklah aku akan mencobanya walaupun terdengar agak sedikit aneh!” ujar Daniel.


Daniel lalu mencoba masuk melalui terowongan yang dimaksud. Terowongan itu berwujud seperti terowongan biasa seperti terowongan kereta api bawah tanah namun mengerucut atau makin mengecil di bagian ujungnya. Sebuah terowongan yang aneh pikir Daniel, ada sesuatu yang aneh yang terjadi pada tubuhnya seperti mengecil, mengecil, dan terus mengecil mengikuti bentuk terowongan itu.


Didalamnya terlihat gelap gulita, namun hal itu tak berlangsung lama karena ia melihat ada sebuah sinar yang amat terang diujung terowongan itu, tiba saatnya kini ia berada di ujung terowongan itu dan betapa takjubnya Daniel melihat apa yang ada dihadapannya kini, samar-samar ia melihat beraneka jenis tumbuhan dan pepohonan yang rindang, sungai yang mengalir dengan jernih yang tadinya ia lihat tak seperti lebih besar dari ukuran ujung jari kelingkingnya.


“Inilah yang disebut dengan Miniland, sebuah dunia berukuran mini yang hanya bisa dilihat melalui kaca pembesar“ ujar Willy yang kini tiba-tiba sudah berada di belakang Daniel.” Seperti apa permainannya?“ tanya Daniel ”Permainan baru saja dimulai “ jawab Willy singkat. “ayo Daniel kita segera kesana, ke ujung dari tempat ini, karena disana kita akan mengakhiri permainan ini. Tenang saja Daniel, permainan ini tak seperti yang kau kira, karena hanya ingin mencobanya aku sudah mensetnya ke level yang lebih mudah dan kita kan lebih cepat keluar dari sini, dan lagi pula dua jam lagi tempat ini akan dibuka untuk umum dan aku sebagai pembawa acara tentunya tak ingin berlama-lama berada disini ” ujar Willy menenangkan.

Miniland 4 : Kesialan Maggie

“Ayo turunlah Daniel, kita sudah sampai sekarang!” ajak Willy. Inilah rumahku yang sebenarnya, tidak begitu jelek kan?” Daniel mengamati rumah Willy. Rumah itu tampak sederhana sama halnya dengan rumah – rumah penduduk di sekitar tempat itu. Hanya…Bentuknya tidak terlihat lazim seperti rumah yang lainnya.Ada bulatan seperti piringan besar di atapnya, begitu sangat tidak lazim!

“Ayo masuklah Daniel, anggap saja rumahmu sendiri!” “Ting..Tong…” Willy menekan bel yang terletak di tembok samping pintu rumahnya. Dan tak berapa pintu itu terbuka. Terdengar suara ramah yang menyambut kedatangan mereka. “Selamat malam tuan Willy, selamat datang dan silahkan masuk. Daniel terkejut melihat apa yang ada di hadapannya. Ternyata yang menyambut kedatangan mereka ini bukanlah seorang manusia, melainkan sebuah robot!

“Harry, kita kedatangan seorang tamu baru. Perkenalkan namanya Daniel, dia berasal dari Wales. Daniel perkenalkan ini adalah Harry, robot yang kuciptakan khusus untuk membantu pekerjaanku di rumah.” Kata Willy berusaha memperkenalkan mereka berdua. Harry menyodorkan tangannya kearah Daniel yang masih terpana menatap dirinya.

“Selamat datang Daniel, anggap saja rumahmu sendiri.” kata Harry sambil menjabat tangan Daniel. Ia lalu mempersilahkan mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. “Kau belum makan ya Daniel, ayo ikutlah aku ke dapur akan kutunjukkan sesuatu yang lezat untukmu…” kata Harry sambil mengajak Daniel pergi ke dapur.

“Ayo, silahkan dimakan!” ajak Willy. “Waah, kelihatannya enak – enak nih!” kata Daniel begitu melihat hidangan makanan yang disajikan. Daniel lalu memakan masakan itu dengan lahapnya. “Bagaimana Daniel, apa kau suka masakanku?” Tanya Harry. Daniel tampak terdiam, suasana mendadak menjadi hening.

“Ya, aku suka sekali masakan ini, Baru kali ini aku makan seenak ini!” jawab Daniel. “Aah ternyata benar dugaanku, ternyata kau sangat menyukai masakanku ini “ kata Harry. Harry begitu gembira setelah mendengar jawaban dari Daniel. Matanya terlihat berputar – putar dan dikepalkannya kedua lengannya, Lalu dipukulkannya kearah dada berkali – kali. Ia melakukannya sambil berputar mengelilingi meja. Daniel tertawa terbahak – bahak melihatnya.

“Ya begitulah Harry jika ia sedang senang” kata Willy sambil melahap makanannya. “Naah, sekarang kau sudah kenyang dan tidak kelaparan lagi. Sekarang yang kau butuhkan adalah istirahat dan tidur yang cukup.“ Kata Willy pada Daniel. Malam itu Willy mengajak Daniel ke dalam kamarnya. “Besok aku akan membawamu ke Perusahaan milikku dan disana kau akan melihat banyak hal yang menarik dan menakjubkan!“ kata Willy. “Ya Daniel, kau pasti akan sangat suka melihatnya.“ tambah Harry.

“Ya, hari ini aku sangat senang sekali bertemu dengan kalian.“ “Maaf jika aku telah merepotkan kalian berdua“. kata Daniel. “Oh itu tidak apa – apa bagi kami, anggaplah kami seperti keluarga sendiri. Tinggallah bersama kami untuk sementara, mungkin suatu saat kau akan menemukan adik dan kedua orangtuamu“ kata Willy. “Ya, tinggallah bersama kami dulu Daniel, aku akan sangat senang jika kau ada disini.“ pinta Harry. “

Tentu Harry, aku akan sangat sekali tinggal disini bersama kalian.“ jawab Daniel. “Nah, sekarang tidurlah, kau harus segera istirahat.“ kata Willy sambil menutupi tubuh Daniel dengan selimut. “Selamat tidur ya Daniel..“ kata Harry sambil mematikan lampu kamar dan menutup pintu.

“Krriiiiingggg…!!!“ terdengar bunyi jam beker yang dipasang dan diprogram pada tubuh Harry dan tampak di kedua bola matanya jam itu bergerak dan berdering keras. Segera ia bergegas pergi ke kamar Daniel untuk membangunkannya. “Bangun Daniel, ayo lekas banguuunnn...!“ “Eh…oh ya, ada apa apa Harry?“ tanya Daniel masih setengah mengantuk.

“Lihat sudah jam berapa ini, lekas bangun dan ayo segera mandi, bukankah kemarin Tuan Willy bilang akan mengajakmu ke perusahaannya besok?“ kata Harry mengingatkan. “Oh iya, aku baru ingat, maafkan aku Harry, tapi dimana tuan Willy sekarang?“ tanya Daniel. “Tuan Willy berada di bawah, ia sedang menunggumu di ruang makan, Nah sekarang bergegaslah mandi!“ perintah Harry sambil menuntun Daniel menuju kearah kamar mandi.

“Nah kita sudah sampai, disinilah tempatnya.“ Harry segera membuka pintu kamar mandi itu dan mengajak Daniel untuk masuk lalu didudukkannya Daniel di dalam bathub kamar mandi. “Nah Daniel, ini adalah bathub mandi, tentunya kau sudah tahu bukan?” “Ya, tentu saja, memangnya kenapa?” tanya Daniel. Memang ini adalah bathub untuk mandi tapi bukan mandi biasa seperti yang pernah kau lihat selama ini”

“Lalu apa bedanya ?“ tanya Daniel penasaran. “Kau akan segera melihatnya sendiri “. Jawab Harry sambil menekan sebuah tombol berwarna putih yang ada dipinggiran bathub. Seketika itu juga tiba – tiba muncul sepasang tangan dari arah bawah kedua sisi bathub. Kedua lengan itu berbentuk seperti lengan sebuah robot. “Eh apa ini?“ Tanya Daniel keheranan. “Tenang saja Daniel, kau tak perlu takut“. “ Itu adalah sepasang lengan robot ciptaan Tuan Willy yang ia ciptakan khusus membantunya untuk mandi. tuan Willy sering memakai bathub itu agar lebih cepat dan lebih bersih mandinya “. terang Harry.

Kedua lengan itu bergerak sendiri. Salah satunya yaitu yang berada di sebelah kiri, mengambil sebuah sabun mandi yang berada di tepi bathub. Lalu bergerak kedepan lalu tangan satunya yang berada disebelah kanan menggosok – gosok sabun itu dengan perlahan – lahan kearah lengan, badan, hingga mengeluarkan busa yang cukup banyak. Setelah itu kedua lengan itu secara perlahan menggosok – gosokkannya kearah lengan, badan, hingga kedua kaki Daniel secara merata.

“Aw, aaahh…ha…ha…haaa…benda ini membuatku geli!“ Daniel tertawa kegelian. “Tenang Daniel, kau pasti akan terbiasa dengan alat ini.“ kata Harry. Dan memang benar tak berapa lama kemudian Daniel tampak terbiasa dengan kedua lengan robot itu. Tak hanya menyabuni, kedua lengan robot itu juga menggosok dan menyirami tubuh Daniel secara bersamaan. Dan yang terakhir ia juga mengeringkan tubuh Daniel dengan mengelapnya dengan handuk.

Selesai itu kemudian Harry membawanya ke dalam kamar untuk kemudian memberinya baju. “Kau akan kuberi baju – baju yang bagus yang mungkin tidak pernah kau pakai sebelumnya, tunggu sebentar ya!” Harry lalu mencari baju – baju itu diantara sederetan pakaian yang ada di lemari pakaian. “Hmm, kurasa yang ini cocok untukmu “ ujarnya sambil mengambil salah satu pakaian lalu dikenakannya pada Daniel. Dan tak lama kemudian…

“Yaah benar, pakaian itu memang cocok untukmu Daniel!“ kata Harry. “Eeh pakaian apa ini yang kukenakan?“ tanya Daniel heran. “Itu adalah pakaian sport, karena kau akan berpetualang nantinya.“terang Harry. “Apa, aku akan berpetualang?“ tapi dimana?” tanya Daniel. “Kau akan mengetahuinya sendiri begitu kau sampai di perusahaan tuan Willy di kota nanti.

“Oh, menyenangkan sekali kelihatannya, aku suka sekali dengan petualangan Harry, apalagi aku sedang liburan panjang.” kata Daniel. “Oh benarkah? baguslah kalau begitu. Kau akan banyak mempunyai cerita yang menarik nanti untuk teman – temanmu disekolah” sahut Harry. “Yah kau benar Harry, lagipula aku mendapat tugas rumah di musim liburan ini untuk membuat cerita tentang apa saja yang dilakukan pada waktu liburan ini.” “Dan cerita tentang petualangan adalah adalah bahan yang menarik untuk mengisi tugasmu Daniel.” sahut Harry.

“Memang sih cerita itu menarik, akan tetapi aku tetap saja terpisah dari teman dan keluargaku…” kata Daniel sedih. Tak terasa airmata meleleh membasahi pipinya. Ia merasa sangat terpukul atas semua itu. “Sudahlah Daniel, jangan kau pikirkan lagi tentang masalah itu, masih ada aku dan tuan Willy yang menjaga dan menemanimu disini. Aku dan Tuan Willy berjanji akan menemukan adik dan kedua orangtuamu secepatnya.” kata Harry sambil menyeka airmata Daniel dengan sapu tangan.

“Benarkah itu, apa kau tidak berbohong?“ tanya Daniel. “Tentu saja, Harry tak pernah berbohong, Harry selalu menepati janji“ sahut harry yang disambut pelukan erat dari Daniel. “Kau tenang saja, kami pasti akan menemukan mereka“ kata Harry menenangkan. Daniel lalu menganggukkan kepalanya, pertanda ia percaya apa yang dikatakan oleh Harry.

Tak lama kemudian Harry lalu mengajaknya ke ruang makan yang ada di lantai bawah dan disana ada tuan Willy yang sudah menunggunya. “Wah kau terlihat begitu tampan memakai pakaian itu!” puji Tuan Willy. “Begitupun anda” sahut Daniel. “Berarti disini ada dua orang petualang baru,” celetuk Harry yang disambut gelak tawa Daniel dan Willy.

Selesai makan Willy lalu mengajak Daniel untuk pergi ke tempat perusahaannya yang berada di kota, sedangkan Harry tidak ikut karena ia ditugaskan oleh Willy untuk menjaga rumah. “Daa Daniel, selamat menikmati petualangan!” kata Harry melepas kepergian Daniel.

”Ting....tong...!!“ terdengar suara bunyi bel pintu ditekan. “Ya…ya tunggu sebentar, aku datang “ sahut Harry, ia lalu segera menghampiri ia menuju pintu ruang tamu. “Oh nona Maggy, mari silahkan masuk.” Ujar Harry mempersilahkan masuk. “Willy ada? ” tanya Maggy. “Oh, tuan Willy barusan saja keluar.” Jawab Harry. “Hah, keluar? Keluar dengan siapa? Grrr…. Bukankah kemarin dia sudah janji padaku akan menungguku dirumah!” tanyanya dengan nada terkejut dan penuh tanda tanya.

“Ia pasti keluar dengan wanita lain kan?” tanyanya lagi dengan membantah. “Oh tenang nona, tuan Willy pergi pagi tadi bersama seorang anak kecil bernama Daniel.” terang Harry. “Oh Daniel si anak hilang itu, yang barusan di pungutnya di jalan?” “Y ……ya, Daniel itu…….” jawab Harry. “Oh ya Tuhan, kenapa dia tega sekali melupakan hanya demi anak kecil itu!” ujar Maggie dengan gusar.

“Baiklah aku pergi kesana sekarang!” ujarnya “E ….eh nona lebih baik anda disini saja “ bujuk Harry. “Braack….. !!” terdengar suara pintu ditutup dengan keras, Harry tak berhasil membujuknya. Tak lama kemudian terdengar deru mobil dari arah keluar. “waah ia cepat sekali pergi, kenapa ia tak mau mendengar kata-kataku ya?” gumam Harry masih terheran-heran dengan apa yang ia lihat.

“Cepat sedikit pak supir, aku sedang terburu-buru nih!” ujar Maggie dengan nada agak sengit, karena tak punya kendaraan sendiri, maka ia terpaksa pergi menggunakan Taksi. “Ya….ya Nona tenang, taksi ini sudah agak cepat, jadi nona tidak usah khawatir ” jawab supir taksi menerangkan. “Seberapa cepat mobil ini, bahkan mobil bobrok dan dan hampir rusak itu tak bisa kau menyamainya!” ejek Maggie sambil menunjuk sebuah mobil tua yang terlihat berkarat didepannya.

“Oh …… benar juga! kalau hanya aku sih bisa menyalipnya! siap – siap ya nona, aku akan menyalipnya sekarang!“ ujar si supir taksi sambil menambah kecepatan taksinya lebih cepat dari mobil didepannya.

”Hei kau sudah gila ya!!“ umpat sang pemilik mobil sedan tua yang mobilnya didahului oleh sang supir yang sebelumnya berada dibelakangnya. ”Dasar mobil buntut, orang dan kendaraannya pun sama saja!“ umpat Maggie sambil mengeluarkan sebagian tubuhnya dari jendela dan mengacungkan jari tengahnya keatas kendaraan yag berada di belakangnya. ”He…he…he…Gimana aku hebatkan Nona?” “Ini belum seberapa lho, aku bahkan bisa lebih cepat dari UFO sekalipun!“ ujarnya bercanda

“Ah yang benar?“ menurutmu apakah UFO itu memang benar-benar ada?” tanya Maggy “Ah, menurutku itu hanya omong kosong saja, hanya mania – mania saja yang menganggap UFO itu benar – benar ada” jawab supir taksi itu sambil tersenyum. “Kalau kau menganggap UFO itu benar – benar tidak ada dan hanya seorang mania saja yang menganggapnya ada, lalu yang di depanmu itu apa?” ujar Maggie sambil menunjuk ke arah depan.

“Ah….Mana tidak kelihatan?” tanya supir taksi sambil melihat kearah yang ditunjuk Maggy. “Itu yang ada tepat di atas berwarna perak berkilau dengan bentuk bulatan besar.” tunjuk Maggie kearah atas sambil menyebutkan ciri – cirinya. Sopir taksi itu lalu memperhatikan lagi dengan seksama kearah atas, yang ditunjuk oleh Maggy.”

“Apa ini U….FOOO?” ujarnya terkejut, matanya terbelalak seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya kini, benda yang disebut UFO itu terbang amat rendah didepan mereka, sehingga hampir menutupi seluruh kaca mobil. Supir taksi itu tak memperhatikan jalan di depan dan pandangannya seakan terpaku menatap UFO itu apalagi tepat di depan jalan ada perbaikan jalan.

“Hei awas didepanmu!!” teriak Maggie mengingatkan, namun terlambat! karena baru menyadari akan bahaya didepannya supir taksi itu langsung membuang setir kearah kanan. Padahal diarah kanan jalan itu terdapat air berisi lumpur yang berasal dari air hujan kemarin.

“No….Nona, Anda tak apa – apa?” tanya sang supir taksi begitu kendaraannya mendarat tepat dikubangan air penuh lumpur itu. Lumpur itu menggenangi sebagian badan mobil hingga sebatas lutut penumpangnya dan mobil itupun terlihat seperti tenggelam dalam lautan lumpur. “ Apa kau bilang?” Apa aku terlihat baik – baik saja sekarang ini ? Lihat sepatu, kaki dan rokku penuh dengan lumpur, dan sekarang aku telah banyak kehilangan waktu gara – gara kau!!” Maggy lalu keluar dari taksi itu dengan perasaan penuh dengan amarah dan dari mulutnya terus megumpat dan menceracau tak karuan.”

“Oh mengapa aku yang secantik ini harus menerima nasib seperti ini…” Betapa malangnya diriku…” ujarnya memelas. ia pergi ke arah tepi jalan tepat didepannya ia mengalami musibah tadi ia bermaksud mencari taksi atau tumpangan yang bisa mengantarnya menuju ke kota. Satu…,hingga dua jam lebih menunggu, namun tak satupun dari kendaraan itu berhenti dan menawarkan dirinya ikut bersama-sama, para pengendara dengan lumpur dan mengira dirinya orang gila.

Rasa basah dan penat hingga di kepalanya namun ia merasa tak boleh menyerah karena ia harus sekarang juga. Tak lama kemudian ada sebuah mobil yang berhenti tepat didepannya “Hai Nona, ayo masuk!” kata sopir mobil itu mempersilahkan Maggie sangat terkejut memperhatikan mobil dan orang yang mengendarainya. Ciri-cirinya persis sama dengan mobil yang disalip oleh taksi ia kendarai tadi. Apalagi itu adalah orang yang barusan ia umpat tadi! Betapa malunya Maggie sekarang ini.

Orang yang barusan ia umpat dan ia hina dengan jari tengahnya kini telah berada di hadapannya pas!“ Ayo Nona tak usah sungkan, ayo silakan masuk!” katanya lagi mempersilahkan. Kata – katanya terdengar sopan dan halus “Oh, sungguh baiknya orang ini, betapa bodohnya diriku tadi!“ Semoga saja ia lupa melihatku” pikir Maggie dalam hati. Ia pun segera saja ia lupa melihatku” pikir Maggie dalam hati. Iapun segera masuk ke dalam mobil dan berharap – harap cemas pada pemikirannya.

“Nona kau mau kemana?” tanya supir mobil itu. “Aku mau ke kota, Apa bisa anda cepat sedikit?” “Hmm….Menurutku ini sudah sangat cepat nona, kau tak perlu khawatir, ini takkan memakan waktu lama dan sebentar lagi juga sampai “Jawab supir itu sambil menenggok sebuah minuman keras yang diambil dari dashbor mobil bau minum – minuman segera tercium dari aroma mulutnya, apalagi wajah dan pakaian orang itu penuh dengan dekil menambah kesan jijik Maggie terhadapnya apalagi bicaranya terlihat seperti orang mabuk hingga kendaraannya terlihat beberapa kali oleng. Maggie merasa muak dengan keadaan dirinya saat ini.

“Supir itu menawarkan minuman keras yang barusan ia minum kepada Maggie. “Oh maaf aku tak minum-minuman keras” Jawab Maggie jujur “Oh tak apalah, padahal ini bagus buatmu“ ujar supir itu sambil tertawa terkekeh. Mobil itu berjalan dengan sangat lamban di karenakan usia kendaraan yang begitu tua apalagi supir itu menyetirnya dalam keadaan “mabuk” sehingga mobil itu kadang-kadang oleng ke kanan dan kekiri, menambah pening kepala Maggie yang ingin cepat-cepat sampai ke kota. “Oh ya Tuhan!!!” kata Maggie dengan geram.


Miniland 3 : Kedatangan Sahabat Lama

Nona, bangunlah kita telah sampai..” terdengar suara lembut seorang wanita membangunkan dirinya. Dibuka matanya yang masih terpejam itu perlahan - lahan. Dilihatnya sosok wanita itu yang tak lain adalah pramugari pesawat. Dengan ramah pramugari memberitahukan padanya bahwa pesawat telah mendarat di bandara tempat tujuan. Segera dilihatnya jam di pergelangan tangannya.Rata Penuha yang menunjukkan pukul 9 lebih sepuluh pagi.

Tiba - tiba ia teringat dengan pesan kedua orangtuanya yang akan menjemputnya di bandara hari ini pukul setengah 9 pagi. Kedua orangtuanya pasti telah menunggunya dari tadi! Itulah yang ada dalam pikirannya kini. Bergegas ia dari tempat duduknya dan segera keluar dari pintu pesawat. Dihirupnya udara pagi hari yang segar dalam - dalam.

Tak terasa ia telah sampai di kampung halamannya di london. Ia sangat merindukan kampung halamannya itu apalagi dengan kedua orangtuanya di rumah. Sudah lima tahun lebih ia tak bertemu dengan keduanya. Ia telah menginjakkan kakinya di halte. Dipandanginya keadaan di sekitar. Disana penuh sesak orang - orang yang menunggu penumpang yang baru turun dari pesawat. Entah itu kerabat, keluarga, teman atau bahkan supir taksi yang mencari calon penumpangnya!

Diperhatikannya mereka satu persatu, siapa tahu diantara mereka ada orangtuanya yang telah menunggunya sejak tadi pagi. Diantara mereka ada yang membawa kertas dan spanduk bertuliskan setiap nama dari penumpang pesawat yang mereka cari itu. Ia terlihat bingung, bagaimana mungkin mencari kedua orang tuanya dengan keramaian orang dan spanduk tulisan sebanyak itu!

Tapi mendadak kemudian ia melihat sebuah spanduk yang amat besar bertuliskan namanya. “MAGGIE I LOVE YOU” begitulah kira - kira isi dari tulisan itu. Ia juga melihat kedua orang tuanya meneriaki dirinya dengan bersemangat dari kejauhan. Terharu ia melihat pemandangan itu. Segera dihampirinya kedua orangtuanya itu, lalu dipeluknya dengan erat.

“Bagaimana dengan kuliahmu, apa kau sudah lulus sekarang?” “Tentu yah, aku sudah lulus dengan hasil yang memuaskan. Dan bagaimana dengan toko mainan milik ayah, apakah banyak orang membeli?” “Ya, tentu saja. Bahkan lebih ramai dari tahun kemarin. Itu terjadi semenjak Willy temanmu itu membuka tempat hiburan di kota. Namanya terkenal dimana - mana, dan itu tentu saja mempengaruhi usaha kami di rumah.” kata ayah Maggie sambil tertawa kecil.

“Apa ia sering membantu ayah di rumah?” “Ia pernah membantuku membetulkan atap genteng yang bocor di rumah dengan sebuah alat yang aneh yang entah aku sendiri tak tahu apa nama alat itu, Namun dengan alat itu pekerjaan yang seharusnya membutuhkan waktu lama hanya ditempuhnya dalam waktu beberapa detik saja!” kata ayah Maggie sambil menggeleng – gelengkan kepala.


“Yah, itu adalah hal yang biasa baginya, ia telah melakukan hal - hal itu semenjak ia masih kecil dulu”. kata Maggie sambil tersenyum. “Ya, dia adalah orang yang sangat jenius, apapun dilakukannya dengan mudah. Ayolah kita segera pulang, Ibu telah menyiapkan masakan yang lezat untukmu dirumah..” ajak Ibunya.

Diperhatikannya sebuah jalan yang ada di depannya kini. Kanan dan kiri terlihat sepi. Lalu diperhatikannya lagi ke belakang. Tak ada! Maklumlah ia melakukan ini untuk menghindari kejaran para wartawan dan Paparazzi yang selalu menguntitnya secara diam - diam akhir - akhir ini. Itu dilakukan mereka semenjak ia mengenalkan sebuah media permainan terbaru pada anak - anak melalui media televisi.

Semenjak itu Ia tak pernah merasa tenang, ia selalu merasa diawasi dan dikuntit dari belakang, kemanapun ia pergi. Segera ia tancap gas, untuk segera pulang ke rumah. Untuk menenangkan hatinya yang resah, ia menyalakan radio di mobilnya. Dipilihnya sebuah saluran radio yang menyajikan lagu - lagu dengan melodi indah yang dapat menentramkan hatinya.

Tak berapa lama sebuah informasi yang masih dalam saluran yang sama memotong acara nyanyian itu. Penyiar itu mengabarkan seringnya terjadi penculikan anak akhir - akhir ini yang terus meningkat. Dan hingga saat ini anak - anak korban penculikan itu belum diketahui keberadaannya hingga sekarang. Willy tertegun mendengar beritu itu.

Hatinya tersayat sedih mendengar anak - anak yang menjadi korban penculikan. Dalam hati ia sangat mengutuk para penculik anak - anak tak berdosa itu. Dalam perjalanannya itu, sepintas ia melihat ada sesosok anak kira - kira berumur 10 tahun berjalan tertatih - tatih di pinggir jalan. Karena merasa kasihan, Willy kemudian menepikan mobilnya di tepi jalan.

Dihampirinya anak kecil itu. Ia menanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi pada dirinya. “Aku telah diculik Paman, mereka juga telah menculik adikku!” kata anak itu sambil terisak sedih. “Panggil saja aku tuan Willy, aku tinggal di Bristol. Kalau namamu siapa?” Mendadak anak itu terkejut ketika Willy menyebutkan namanya. Ia tak menyangka kalau tuan Willy yang selama ini ia cari sudah berada di depannya kini.”Tuan, ternyata ini adalah anda..”

Anak itu memeluk Willy dengan erat. “Namaku Daniel, tempat tinggalku di Wales. Aku terpisah dari kedua orang tuaku sejak kemarin”. kata Daniel sambil menangis sesenggukan. “Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Besok kita akan bersama - sama mencari keberadaan kedua orang tuamu. Sekarang masuklah ke dalam mobil, kau akan menginap di rumahku sementara”. kata Willy mempersilahkan Daniel masuk sambil membukakan pintu mobilnya.

“Yah, kenapa mobil kita ini lajunya semakin lama semakin miring dari tadi?” tanya Maggie pada ayahnya yang sedang menyetir mobil. Ayahnya kemudian menengok keluar melalui jendela mobil, diperhatikannya keadaan ban mobilnya itu. “Ya Tuhan, ban depan sebelah kanan kita gembos!” katanya sambil menggeleng - gelengkan kepala. Ia lalu menepikan mobilnya di tepi jalan. Kemudian ia keluar untuk mengecek kondisi bannya itu.

“Ada apa yah, kenapa ayah diam saja?” “Bengkel mobil masih jauh, untuk sementara kita harus mendorong mobil ini kesana” “Apa? Kita harus mendorong mobil ini ke sana? Ya Tuhan, nanti aku bisa pingsan yah! huuh gara - gara ban sialan ini!” keluh Maggie sambil menendang ban yang gembos itu beberapa kali. “Maggie apa yang kau lakukan? Kau masih saja seperti dulu!” kata ayahnya terheran - heran melihat ulah Maggie.

“Maafkan aku yah, aku hanya kesal saja hari ini!” kata Maggie dengan wajah cemberut. “Hei lihat, itu mobil Willy. Mudah - mudahan saja ia bisa menolong kita disini, dan Mag, tolong jaga sikapmu!” kata ayahnya mengingatkan. “Eh, ada apa paman, kenapa berhenti disini?” tanya Willy begitu ia berhenti di depan mereka. “Ban mobilku gembos, apa kau bisa membetulkannya Wil?” “Oh tentu saja Paman, aku bisa!”

Willy lalu menepikan mobilnya di depan mobil ayah Maggie. “Hei Maggie, kau sudah pulang rupanya! Lama tak bertemu denganmu..” kata Willy sambil memeluk Maggie erat - erat. “Ya, kau juga Wil. Bagaimana dengan usahamu di kota? Lancar?” “Ya sejauh ini lancar - lancar saja sih. Dan tentu saja ada banyak perubahan.”

“Perubahan seperti apa itu? Aku ingin sekali melihatnya!” “Besok aku akan mengajakmu ke sana, bagaimana?” “Ya, aku senang sekali bisa tempatmu sekali lagi. Eh anak siapa ini kenapa dia ada di dalam mobilmu?” “Namanya Daniel, aku menemukannya tadi di jalan. Dia berasal dari Wales. Dia terpisah dari Orang tuanya karena diculik. Namun dia berhasil lolos dari penculik itu dan akhirnya terdampar di sini”. “Ya ampun, kasihan sekali anak ini. Apa kau sudah melapor pada polisi tentang hilangnya anak ini?” “Barusan saja aku telah melapor ke sana, dan mereka berjanji akan segera menemukan kedua orang tuanya, dan untuk sementara ia dititipkan dulu di tempatku”.

“Aku berharap ia segera menemukan kedua orang tuanya..” kata Maggie sambil memandang wajah Daniel penuh dengan rasa iba.. “Hei Wil, bagaimana dengan mobilku? Apa kau bawa peralatan?” tanya ayah Maggie. “Oh tentu saja Paman, maaf telah melupakanmu..” kata Willy sambil membuka bagasi mobil. Ia mengeluarkan beberapa peralatan mekanik dari dalam bagasi itu.

“Eh peralatan apa itu, baru kali ini aku lihat yang seperti itu?” “Ini adalah sebuah alat pendongkrak dan pengisi tekanan angin pada ban mobil secara otomatis”. “Ha..ha..ha.., Kau lihat Mag, Willy memang benar - benar jenius!” kata ayah Maggie sambil tertawa lebar. “Ya, tak heran ia bisa menciptakan peralatan seperti yah!” “Maggie kemarilah, ada yang ingin ayah katakan padamu!” “Apa itu yah?” “Seperti inilah menantu yang ayah cari!” kata ayahnya sambil berbisik pelan. “Ah ayah bisa saja!” kata Maggie sambil menjiwit lengan Ayahnya.

Tak berapa lama kemudian Willy telah selesai memperbaiki ban mobil milik ayah Maggie. Mereka kemudian berpamitan untuk pulang. “Terima kasih Wil atas pertolonganmu tadi, dan jangan lupa kita besok pergi ke sana!” “Ya, tentu saja. Aku akan mengajak Daniel pergi ke sana juga. Hati - hati di jalan ya, daaa..” Kata Willy sambil melepas kepergian Maggie dan kedua orang tuanya.

Dunia Mini Part 2 : Amie Diculik!

"Mulai hari senin kita akan libur semester selama dua minggu anak - anak, dan jangan lupa siapkan sebuah cerita tentang liburan kalian nanti ya!” terang Ibu Esther yang mengajar dikelas empat kepada anak - anak didiknya diruang kelas. Tak lama kemudian terdengar bunyi bel sekolah berdering pertanda pelajaran telah usai. Satu persatu murid - murid itu berhamburan keluar ruangan dan mereka pulang menuju rumah masing - masing.

“Kau akan pergi kemana Tom, liburan semester nanti?” tanya Daniel pada teman disebelahnya ketika mereka dalam perjalanan pulang. “Aku akan pergi berlibur ke rumah nenekku didesa, kalau kau mau berlibur kemana Daniel?” “Aku masih belum tahu kemana aku akan pergi berlibur nanti” sahut Daniel sambil mengangkat kedua bahunya.”Kalau begitu kau takkan memiliki cerita yang bagus untuk tugas nanti!” kata Tomy mengingatkan.

“Yah karena liburanku hanya diisi makan dan tidur saja tom.” celetuk Daniel yang diikuti tawa keduanya. “Aku duluan ya!” kata Daniel begitu ia telah sampai di depan rumahnya. “Ya, sampai jumpa Daniel, selamat menikmati hari libur” sahut Tomy sambil meneruskan perjalanannya pulang. “Maa, aku pulang” sapa Daniel begitu ia telah sampai didalam rumah. Didapatinya rumah dalam keadaan sepi. Tak ada seorangpun yang terlihat didalam, termasuk mama dan adiknya Amie.

Segera ia masuk kedalam kamarnya, lalu ditaruhnya tas sekolahnya dan kemudian mengganti baju. Ia lalu pergi ke ruang tamu kemudian menyalakan Tv yang ada diruangan itu. Ia ingin menonton acara kartun kesayangannya Tom & Jerry yang akan diputar siang itu. Dan benar juga tak lama kemudian film kartun itu segera tayang. “Hei Daniel sudah pulang kau rupanya!” kata nyonya Jhonson yang tak lain adalah Ibu Daniel.

“Ya ma, hari ini hanya ada dua mata pelajaran saja” jawab Daniel santai. “Bagaimana dengan liburan semestermu?” tanya Nyonya Jhonson. “Tadi Bu Esther bilang mulai hari senin aku akan libur selama dua minggu penuh”, jawab Daniel dengan wajah gembira. “Oh baguslah kalau begitu, Mama dan Papa akan merayakan hari liburan semestermu nantinya dan kebetulan adikmu Amie juga libur, dan kau boleh memilih tempat yang kau suka” kata Ibunya sambil tersenyum.

“Entahlah Ma, aku masih belum menentukannya sekarang.” sahut Daniel sambil menggaruk - garuk kepala. Tak lama kemudian adiknya Amie datang dan menghampiri mereka berdua. “Eh kak, ternyata kau sudah pulang duluan ya?” sapa Amie yang baru pulang dari sekolahnya. “Ya, kau lihat sendiri kan, aku lebih awal darimu!” jawab Daniel enteng. Amie melihat apa yang sedang ditonton kakaknya itu di televisi, dan sekilas ia teringat dengan film kartun favoritnya di salah satu stasiun televisi.

Tanpa pikir panjang, tiba-tiba diambilnya remote yang berada di tangan Daniel. “Kak, daripada nonton ini lebih baik nonton sesame street saja!,” kata Amie sambil merebut dan mengganti chanel tv dengan remote itu. “Hei Amie, apa - apaan ini!?” kata Daniel terkejut. Mereka lalu saling berebut remote itu untuk menggantinya dengan acara yang mereka inginkan. “Plaakkk!!” Remote tv yang mereka rebutkan itu jatuh di lantai.

Baterai dari remote itu jatuh berhamburan keluar dari tempatnya. “Hei apa yang kalian rebutkan itu? Sudah, jangan berkelahi!” hardik nyonya Jhonson. Daniel dan Amie terdiam sesaat, wajah mereka saling bertatapan, menyiratkan kebencian diantara mereka berdua. Tiba - tiba Daniel menoleh kearah tv didepannya. Ada sesuatu hal yang menarik perhatiannya.

“Hei lihat, bukankah itu Tuan Willy!” seru Daniel sambil menunjuk ke arah yang dimaksud. Mereka semua lalu terdiam demi menyaksikan sebuah acara televisi yang menampilkan perbincangan antara pembawa acara dengan Willy. “Apa yang ingin anda kenalkan pada anak - anak tuan Willy?” tanya sang pembawa acara. “Kepada semua anak - anak dirumah, aku ingin mengenalkan sebuah permainan baruku yang akan membuat kalian takjub. Aku menciptakan sebuah dunia mini yang semuanya terdiri dari hal - hal yang mini yang ada di dunia ini. Dan ajaibnya aku dapat membuat kalian berada disana..” kata Willy sambil tersenyum.

“Kapan anda akan membukanya tuan?” tanya sang pembawa acara. “Pada hari minggu, bertepatan dengan hari libur anak – anak.” jawab Willy singkat. “Lihat Ma itu Tuan Willy, sekarang dia menciptakan permainan baru lagi dan aku ingin sekali kesana!” kata Daniel dengan wajah berbinar. “Ya aku juga ingin sekali kesana Ma!” kata Amie juga.

“Ya, Mama juga setuju mengajak kalian kesana tapi dengar, kalian tidak boleh nakal lagi seperti tadi dan kalian harus janji!” kata nyonya Jhonson mengingatkan. “Ya Ma, kami janji!” kata Daniel dan Amie berbarengan. Akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat pada pagi besoknya. Dan seperti yang direncanakan mereka berangkat jam delapan pagi agar tidak terjebak macet dijalan.

“Kalian tunggu dulu disini, Mama akan berbelanja dulu ke dalam sebentar bersama Papa, dan ingat, kalian tetap disini dan jangan pergi kemana - mana!” pesan Nyonya Jesselyn ketika mereka berhenti sejenak di tengah perjalanan. “Kak, kau lagi bermain apa itu, kelihatannya asik sekali!” kata Amie sambil melirik Daniel yang berada disampingnya.

“Aku lagi asik bermain game PSP nih, kalau mau main nanti saja ya!” kata Daniel tanpa menghiraukan adiknya Amie. “Uh, yang benar saja, kau bisa bermain sampai besok pagi!,” kata Amie sambil menggerutu. Amie merasa sangat bosan berlama - lama duduk didalam mobil, ia ingin sekali berada diluar. Apalagi disekitar situ ada pedagang yang menjual ikan hias di tepi jalan membuatnya tertarik menuju kesana.Tanpa pamit, Amie diam - diam pergi kesana tanpa menghiraukan Daniel yang masih asik bermain game.

“Hei Amie, kau mau kemana? bukankah mama sudah berpesan pada kita untuk tetap disini!” kata Daniel mengingatkan. “Aku sudah bosan disini, aku mau melihat - lihat ikan hias disana kak!” kata Amie sambil menutup pintu mobil. “Ya sudah, terserah kaulah!” kata Daniel sambil melanjutkan kembali permainan gamenya.

“Waah, bagus - bagus sekali ikannya!” kata Amie sambil memandang takjub aneka jenis ikan hias yang dipajang di dalam aquarium. Dipandanginya ikan - ikan itu satu persatu. Ia memang sangat menyukai ikan hias, hingga tak heran ia banyak memelihara ikan jenis itu di rumahnya.
Kebanyakan ikan hias di dalam aquarium itu terdapat jenis yang baru karena itu ia ingin sekali memilikinya dan untuk itu ia menunggu ayah dan ibunya kembali dari tempatnya berbelanja.

Tak jauh dari situ ada dua sosok orang yang diam - diam memperhatikannya. “Kau lihat itu Joe, ada anak kecil berada sendirian disana!” “Ya, kau benar kak, ini yang kita nanti - nantikan dari tadi!” “Cepat kau persiapkan mobil, aku akan membujuk anak itu!” kata Orang yang bernama Bron pada adiknya yang bernama Joe itu. Orang yang bernama Bron itu lalu berjalan perlahan mendekati Amie.

“Hai adik kecil sedang apa kau disini, kok sendirian?” sapa Bron begitu ia berada di samping Amie. “Aku sedang mengamati ikan - ikan hias ini. Bentuknya sangat indah dan menarik, aku sangat menyukainya!” kata Amie sambil tersenyum.

“Aku mempunyai beberapa ikan hias didalam mobilku, mungkin kau tertarik untuk melihatnya.” ajak Bron kepada Amie. “Ya tentu saja, dimana kau taruh mobilmu itu?” tanya Amie. “Kemarilah dan ikuti aku!” Tanpa curiga Amie mengikuti Bron menuju lokasi dimana ia menaruh mobilnya disana. “Pett!” layar lcd PSP yang dimainkan oleh Daniel tiba - tiba mati.

“Aduuh, sialan baterainya habis! padahal lagi asik - asiknya nih!” Keluh Daniel. Karena merasa bosan menunggu di mobil ia lalu berniat menyusul adiknya keluar. Dihampirinya lokasi para pedagang ikan hias itu berada namun ia tak menemukan adiknya disana. Ia lalu bertanya pada para pedagang ikan hias disana yang diceritakan sesuai dengan ciri - cirinya.

Salah satu dari pedagang ikan hias itu mengaku pernah melihatnya. Menurut ceritanya adiknya dibawa oleh seseorang menuju ke suatu tempat yang entah kemana. Ia lalu menunjuk ke sebuah arah dimana terakhir ia melihatnya. Tanpa menunggu waktu lama ia lalu bergegas pergi ke arah yang di tunjuk oleh pedagang itu. Di telusurinya jalan itu menuju ke mana.

Ia bertanya kesana kemari pada setiap orang yang dijumpainya dijalan tentang keberadaan adiknya. Setelah pencarian yang melelahkan di suatu tempat di kejauhan ia melihat adiknya berjalan dengan seorang laki - laki dewasa disampingnya. Takut terjadi sesuatu pada adiknya, bergegas ia membuntuti mereka diam - diam. “Lihat, didalam sana aku menaruh ikan - ikan hiasku di aquarium!” kata Bron sambil menunjuk ke arah mobil yang ia maksud.

Ia lalu menyuruh Amie untuk masuk ke dalam mobil karena disitulah ia menaruh aquariumnya. Tanpa curiga sedikitpun Amie menurut saja ketika Bron orang yang baru dikenalnya itu menyuruhnya masuk kedalam mobil bagian belakang. Begitu Amie telah masuk kedalam, dengan cepat Bron menutup pintu mobil bagian belakang itu dan menyuruh adiknya Joe secepatnya membawa mereka pergi dari tempat itu.

Didalam mobil Amie tak menemukan aquarium yang dimaksud Bron tadi dan ia sadar kalau ia telah ditipu. Ia hanya bisa menangis dan meminta tolong agar kawanan penculik itu mau melepaskan dia dari dalam mobil. “Hei diamlah anak kecil, kau bisa membuat kami berdua kesulitan!” bentak Joe jengkel karena mendengar tangisan Amie. “Sudahlah Joe biarkan saja dia menangis, nanti dia akan berhenti dengan sendirinya.” kata Joe menenangkan.

Melihat Amie masuk kedalam mobil bersama dua orang asing itu, bergegas ia menyusul dengan berlari secepatnya ke arah mereka. “Hentikan! Jangan culik Amie!!” teriak Daniel dengan menggedor - gedor pintu mobil bagian belakang. Ia tak ingin adiknya dibawa oleh orang - orang asing yang tak dikenalnya itu. “lihat kak siapa dibelakang itu?” “Sial, sepertinya ada yang tak menyukai kita Joe!” kata Bron sambil membuka pintu mobil. “Hei, siapa kau?” tanya Bron. “Aku Daniel kakaknya, cepat lepaskan Amie!” kata Daniel dengan lantang. “Ooh kau mau diculik juga ya? baiklah kalau itu yang kaumau!” kata Bron sambil membekap tubuh Daniel dan memasukkannya dengan paksa ke dalam mobil.

Ia lalu kembali masuk ke pintu depan dan menyuruh adiknya membawa mobil yang mereka tumpangi keluar dari tempat itu secepatnya. “Kak maafkan aku, aku yang telah membuat kita seperti ini!” kata Amie sambil menangis tersedu. “Tak apa Am, ini bukan salahmu, ini semua salahku karena tak bisa menjagamu” kata Daniel sembari memeluk adiknya.

Mereka berdua lalu terdiam dalam deru mobil yang membawa mereka pergi jauh entah kemana. Dalam perjalanan mereka melewati sebuah jalan yang dipenuhi pasir dengan hingga membuat mobil para penculik itu harus melaju dengan kecepatan yang lambat. Secara tak sengaja Daniel melihat pintu belakang mobil itu bergetar dan ia melihat adanya peluang meloloskan diri dari dalam mobil para penculik itu.

“Dengar Amie ini adalah satu - satunya cara kita meloloskan diri dari sini, aku akan menghitung dari satu sampai tiga dan kita harus sama - sama melompat, kau paham kan maksudku?" kata Daniel menjelaskan rencananya pada Amie yang dibalas Amie dengan anggukan kepala. “Klek!” terdengar suara pintu mobil dibuka. Rupanya Daniel mengetahui kalau pintu belakang mobil itu tidak dikunci hingga ia berhasil membukanya dengan mudah.
“Amie, kau sudah siap kan? Kita akan segera melompat keluar setelah hitungan ketiga” Amie mengangguk pelan walau didalam hatinya ada perasaan takut untuk melompat keluar, apalagi mobil dalam keadaan berjalan, ia bisa celaka nantinya!

“Tiga!” Pada hitungan ketiga itu melompat keluar dari dalam mobil. Ia jatuh dan bergulung - gulung dipasir. Ia tak terluka karena ia mendarat di gundukan pasir yang cukup tebal.
Kini ia telah berhasil lolos dari para penculik itu, lalu dimana Amie sekarang dan kenapa ia tak segera melompat bersama dirinya tadi? Amie hanya diam terpekur. Ia hanya bisa meratap kepergian kakaknya yang telah berhasil lolos itu. Ia tak mengindahkan permintaan kakaknya untuk melompat keluar. Ia sangat takut, takut sekali... Daniel hanya bisa melambaikan tangan melepas kepergian adiknya bersama para penculik itu.

Kamis, 16 September 2010

Dunia Mini Part 1 : Pesan Dari Masa Lalu

Willy, apa kau sudah selesai berdandan? cepatlah sedikit!” kata sang ayah dari luar kamar. “Ya ayah, aku sudah siap!” sahut Willy sambil menutup pintu kamar. Hari itu Willy sedang berulang tahun, Untuk merayakannya ayahnya mengajaknya pergi ke sebuah toko mainan. Betapa gembiranya Willy hari ini, ia sangat mendambakan hadiah ulang tahunnya dan mengira - ngira apa yang akan diberikan ayahnya kali ini.

“Silahkan kau pilih mainan mana yang kau suka, dan ingat Willy, jangan yang mahal – mahal”. kata ayahnya begitu mereka memasuki sebuah toko mainan. Willy begitu senang mendengarnya, segera ia menuruti permintaan ayahnya dengan memilih mainan yang ia suka.

Ia memutari kaca yang isinya banyak terdapat beragam jenis mainan. Dilihatnya satu demi satu mainan - mainan tersebut. Bentuknya beraneka ragam, ada yang berbentuk manusia salju, boneka, mobil - mobilan, bola, sampai yang paling canggih yaitu robot. Dan tak kalah menariknya di langit langit ruangan itu terpajang puluhan miniatur pesawat dari berbagai jenis dan ukuran.

Namun semua itu tak membuat Daniel tertarik, ia masih saja terus mencari mainan yang disukainya. Tiba pada suatu sudut ruangan dimana disana terdapat sebuah meja berbentuk kotak persegi panjang dan diatasnya terdapat kotak kaca yang besarnya hampir sama dengan meja penopangnya. Tertarik dengan mainan yang terdapat didalam kotak kaca itu Willy segera datang menghampirinya. Ia tak sendiri karena ada orang lain yang yang juga berada disitu untuk melihatnya.

Ternyata itu adalah sebuah miniatur kereta api lengkap dengan dioramanya. “Waaouu, keren!” kata Daniel takjub. “Kau benar nak, ini adalah miniatur Orient Express yang terkenal itu. Perkenalkan, namaku Wilson, aku tinggal disekitar sini. Kalau boleh tahu siapa namamu nak?” tanya orang disebelah Daniel itu. “Namaku Willy, Willyam Anderson.” sahut Willy. “Nama yang bagus, perkenalkan namaku Wilson.” Kata orang itu memperkenalkan diri sambil menyalami Willy.

“Apa yang sedang kau lakukan disini Wil, apa kau ingin membeli sebuah mainan?” tanya tuan Wilson. “Ya, aku sedang berulang tahun sekarang dan ayah mengajakku kemari untuk memilih hadiah yang kusuka.” sahut Willy “Oh baguslah, apa kau sudah menemukan mainan yang kau suka?” belum sempat Willy menjawab ayahnya tiba-tiba memanggilnya. “Willy bagaimana? Apa kau sudah menemukan mainan yang kau cari?” Tanya ayahnya dari kejauhan. “Ya ayah, aku sudah menemukannya, kemarilah!” sahut Willy.

“Mainan mana yang kau maksud?” tanya ayahnya begitu ia mendekati Daniel. “Ini yah, miniatur kereta api Orient Express, aku sangat menyukainya yah!” kata Daniel sambil menunjuk ke arah miniatur kereta api itu. “Berapa harga miniatur ini?” tanya ayah Willy pada penjaga toko. “500 Pound” jawab penjaga toko itu singkat. ayah Daniel terkejut begitu ia mendengar harga dari miniatur kereta api itu.

“Willy, ayah kan sudah bilang padamu tadi jangan memilih mainan yang mahal-mahal apalagi ini!” kata ayahnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Tapi yah, aku benar - benar sangat menyukai mainan ini dan aku memilihnya untuk hadiah ulang tahunku.” kata Willy sambil merengek. “Tidak Wil, uang ayah tak cukup untuk membelinya, pilih mainan yang lain saja!” kata ayahnya dengan sedikit emosi. Tapi Daniel tak bergeming, ia masih tetap saja dengan pendiriannya.

“Tenang tuan, tolong jangan marahi anak anda, wajarlah dia masih anak - anak. Mainan seperti ini adalah salah satu dari impian mereka, Perkenalkan namaku Wilson, aku adalah salah satu dari pengunjung disini” kata tuan Wilson memperkenalkan diri “Oh tidak tuan, bukannya aku ingin melarangnya, tapi gajiku sebagai seorang tentara hanya cukup untuk makan sehari - hari, dan jelas tak mungkin aku bisa membeli mainan semahal itu.” kata ayah Willy memberi alasan.

Tuan Wilson kemudian mengangguk paham atas alasan ayah Willy yang diceritakan padanya. “Kalau begitu bagaimana kalau aku yang membeli mainan ini, aku tidak ingin melihatnya sedih dihari ulang tahunnya ini?” kata tuan Wilson menawarkan diri. ayah Willy terkejut mendengarnya ia tak menyangka ada orang yang begitu baiknya menawarkan mainan yang sangat mahal itu kepada anaknya.

“Tidak tuan, tidak usah anda menawarkan diri seperti itu, harga mainan itu terlalu mahal” kata ayah Willy mencoba menolak dengan halus. “Oh kalau hanya karena masalah itu tidak menjadi soal bagiku, yang penting anak anda bahagia dihari ulang tahunnya ini.” kata tuan Wilson memberi alasan. Ia lalu memanggil penjaga toko itu dan menyuruhnya untuk membungkus mainan itu dan mengirimkannya ke rumah Willy.

Ayah Willy menyerah, ia tak bisa menolaknya lagi. Ia sadar karena tugas ia sangat jarang pulang dan bertemu dengan anaknya dan kini ia harus membahagiakan anaknya di hari ulang tahunnya ini. Willy sangat gembira mendengarnya. Ia tak menyangka bakal menerima hadiah yang sangat ia sangat dambakan apalagi hadiah itu diberikan oleh orang lain yang tidak ia kenal sebelumnya. “Terima kasih, terima kasih banyak tuan atas hadiah yang kau berikan ini” kata Willy sambil memeluk tubuh tuan Wilson. “Tak apa Willy, sudah sepatutnya kau menerima hadiah seperti ini, apalagi ini adalah hari ulang tahunmu,” terang tuan Wilson.

“Wil, aku ingin kau mewujudkan impianku selama ini, dengan mainan yang kuberikan ini aku ingin kau merubah dunia yang mini ini berubah menjadi nyata,” pesan tuan Wilson. “Tapi bagaimana caranya?” tanya Willy tak mengerti apa yang dimaksud oleh tuan Wilson itu. “Kau akan mengerti dengan sendirinya, kau akan menemukan caranya…” Willy menganggukkan kepala pertanda ia telah paham apa yang tuan Wilson katakan padanya.

“Wil,ingatlah itu baik - baik!” pesan tuan Wilson begitu Willy dan ayahnya pergi meninggalkan toko. “Bangun, bangun tuan Willy!” sayup-sayup terdengar suara seseorang yang memanggil - manggil namanya. Sejenak ia membuka kedua matanya secara perlahan-lahan. Samar - samar dilihatnya Harry, robot ciptaannya telah berdiri di hadapannya.

“Tuan Willy, lekaslah bangun, hari ini kau ada wawancara di tv kan?” kata Harry mencoba mengingatkan. “Ya, kau benar Harry, jam sembilan nanti aku harus ke sana” kata Willy sambil mengenakan kacamatanya yang ia taruh diatas maja. “Eh suara siapa itu berisik sekali!” keluh Willy sambil memandang ke arah luar jendela.

“Mereka itu adalah para wartawan yang semenjak tadi pagi telah menunggu anda diluar tuan.” sahut Harry. “Ya ampun, bagaimana mereka bisa tahu dengan rencanaku? Kenapa bisa sampai bocor!?” keluh Willy. “Mungkin saja para wartawan dari tv9 yang menyebarkannya..” kata Harry menebak. “Semoga saja begitu!” seloroh Willy.

“Kulihat anda tadi tersenyum sendiri pada waktu tidur, apa anda sedang bermimpi indah?” tanya Harry. “Ya, aku tadi memang sedang bermimpi indah. Pesan seseorang dari masa lalu. Aku telah berhasil mewujudkannya impiannya…” kata Willy dengan pandangan menerawang.

Recent Post