Minggu, 24 Oktober 2010

SIHIR HARRY POTTER J.K. ROWLING Part2


BELAJAR DARI JANE AUSTEN DAN SHAKESPEARE

PADA MULANYA, J.K. Rowling mengaku: dia menulis seri Harry Potter 'hanya untuk diriku sendiri'. Untuk menyenang-nyenangkan hatinya, karena saat itu dia memang tengah dalam situasi sulit Jadi janda muda, miskin, harus pula menjadi singleparent. Ketika buku pertamanya diterbitkan, lalu disusul seri kedus Rowling mengatakan: dia menulis 'untuk anakku Jessica'. Mungkin maksudnya: setelah Jessica nanti cukup besar, karena saat iti umurnya baru sekitar 5-6 tahun.

'Untuk Jessica' juga dimaksudkan demi hari depan anak perempuannya itu. Sebab kalau seri Harr Potter laris dan menjadi bestseller, otomatis dolar akan mengali deras ke rekeningnya di bank. Berarti pula hari depan Jessie terjamin! Tapi ketika Jessica mulai masuk sekolah pada usia 7 tahun Rowling harus mengoreksi pernyataannya.

Sebab, saat Jessie masuk sekolah, dia selalu... dikerubungi anak-anak lain yang lebih besar. yang usianya di atas 10-11 tahun, dan mereka semu; menuntut agar Jessica mau 'menceritakan kelanjutan cerita Harry Potter'!

Artinya: anak-anak kakak kelas Jessica, pada umumnya sudah membaca serial Harry Potter itu, dan penasaran ingin mengetahui kelanjutannya. Karena mereka tahu Jessica anak perempuan J.K. Rowling, pengarang Harry Potter, maka mereka meminta Jessica mau menceritakan kelanjutan kisah Ahli Sihir Muda itu!

Padahal, Jessica sendiri... hingga saat itu belum membaca serial Harry Potter tersebut. Rowling pun juga 'belum ingin membacakan buku (Harry Potter)' untuk anak perempuannya itu.'

Masalah itu kemudian dipecahka-n dengan: Rowling mengunjungi sekolah Jessica, dan bertemu dengan kakak-kakak kelasnya. "Jessica masih terlalu muda dan dia belum bisa menjawab pertanyaan kalian," kata Rowling. "Sebab dia belum bisa membaca buku!"

Rowling kemudian meng-usulkan jalan tengah: dia akan membacakan sebagian buku Rowling karangannya itu, lalu disusul dengan... tanya jawab. Anak-anak kakak kelas Jessica, Pemeran Harry Potter gembira bukan main. Dua kelas kemudian dikumpulkan dan terjadilah 'tatap muka dan tanya jawab' dengan Rowling. "Sungguh menyenangkan, dan masalah itu pun selesai!"

Tapi, ternyata, Jessica kemudian menuntut: kalau anak-anak lain sudah membaca dan mengetahui isi cerita seri Harry Potter, kenapa dia, anaknya perempuan sendiri, rnalah 'belum tahu'? Rowling pun akhirnya membacakan buku-bukunya itu untuk Jessica. Di kemudian hari, tentu saja Jessica bisa membaca sendiri. Seperti anak-anak lain, Jessica pun akhirnya menjadi 'fans berat Harry Potter'!

Tapi, Jessica tetap tidak mengetahui 'bagaimana kelanjutan ceritanya'. Sebab hal itu merupakan 'rahasia perusahaan'. Atau 'rahasia pengarangnya', agar bukunya tetap menimbulkan surprise bagi pembacanya.

TAPI APAKAH serial Harry Potter memang untuk anak-anak? Tidak. Paling tidak, itulah kenyataan yang terjadi di lapangan. Benar, pemburu utama buku-buku Harry Potter adalah anak-anak. Tapi kakak-kakak mereka, bahkan orangtua mereka, ternyata 'juga ingin tahu'. Dan, setelah membaca, menjadi keranjingan pula.

Kalau begitu, apa 'rahasia sukses' novel novel Harry Potter? Pertama: bagi |.K. Rowling, pengarangnya, 'buku menarik tetaplah buku menarik'. Artinya: tak peduli pembacanya anak kecil atau dewasa.

Kedua: kisah-kisah mengenai keajaiban (dalam hal ini dunia sihir), atau dunia hantu (ghosts) akan selalu menarik sepanjang zaman. Dari dulu hingga sekarang, orang selalu senang membaca buku-buku seperti itu.

Ketiga: ketegangan. Suspens. Thriller. 'Ingin mengetahui apa jarang akan terjadi kemudian', selalu membuat tegang pembaca. Tak peduli dia anak-anak atau dewasa. Ya, mirip cerita detektif.

Keempat: selalu ada kejutan. Surprise. Peristiwa tak dinyana. Atau, menurut Rowling: "pembaca itu suka dikibulin. Ditipu. Senang pada trick!"

Kelima: pendeknya, secara keseluruhan, plot cerita harus benar-benar dipikirkan. Harus 'selicik' mungkin. 'Aku memang sangat bernafsu dalam membangun plot," kata Rowling. Dia belajar banyak, antara lain dari pengarang masyhur Inggris, Jane Austen. "Khususnya karyanya berjudul Emmal" katanya.

Annie Williams, Wakil Kepala Sekolah di Camden, menyebut 'rahasia sukses' buku Harry Potter adalah: "potions, intrigue, magic, and what happens next" (minuman, intrik, keajaiban, dan apa yang akan terjadi). Singkatnya, menurut pengamatan Annie: "formulanya persis (karya karya) Shakespeare!"

Walhasil: kalau Rowling sendiri 'belajar dari Emma-nya Jane Austen', ternyata Annie malah menunjuk 'formula Shakespeare', sebagai rahasia sukses karya-karyanya!

KESEMPURNAAN BUKU DAN FILM HARRY POTTER

TENTU SAJA J.K. Rowling, pencipta serial Harry Pottering mega-bestseller, tidak hanya 'belajar' dari novel Emma karangan Jane Austen. Meski menurut pengamatan Annie Williams 'formula' Harry Potter sama dengan formula Shakespeare dalam menuliskan cerita-ceritanya, tapi Rowling sendiri sepertinya tak pernah menyebut pujangga Inggris paling masyhur itu. Meski tentu saja.dia juga membacanya. mengingat dia sendiri sarjana sastra.

Ada logikanya kenapa Shakespeare tidak 'disangkut-pautkan' dengan karya-karyanya. Pertama, karya-karya Shakespeare umumnya berat atau bahkan 'sangat berat', atau murni sastra. Sementara karya Rowling. khususnya serial Harry Potter ini, lebih bersifat 'menghibur' dan karena itu 'tidak perlu bersusah-susah dengan fllsafat dan sebagainya'.

Kedua: Shakespeare memang menulis untuk 'dunia orang dewasa' atau bahkan 'masyarakat sastra atau budaya'. Sementara Rowling 'menulis untuk anak-anak', meski kemudian bisa dinikmati orang dewasa. Bahkan, pada mulanya, Rowling 'menulis untuk diri sendiri'. Untuk membunuh waktu-waktu sepinya. Sekaligus... mengekspresikan 'isi kepalayang sudah penuh' setelah puluhan tahun selalu membaca dan membaca dan membaca cerita. Sebab : rnemang dari ibunyalah dia mewarisi kecintaannya pada buku dar sastra. Sehingga dalam usia 6 tahun pun Rowling sudah menulis:

Tapi untuk spesifikasinya, Rowling memang mengaku membaca berulang-ulang karya-karya Jane Austen, khususnya novel Emma. Dia juga menikmati karya Roddy Doyle, yang bahkan dikatakai 'penulis favorit saya'. "Dia memang jenius!" komentarnya.

Selain itu, masih cukup banyak pengarang atau buku yang jadi favoritnya. Antara lain: Elizabeth Goudge dengan The Little Whh Horse-nya. Paul Gallico (pengarang Inferno yang terkenal itu) dengan Manxmouse-nya, yang dinilainya "sangat bagus". Tak lupa Clement Freud dengan karyanya Grimble, "Buku paling lucu pernah saya baca".

"Aku juga tak pernah melupakan AA Milne," katanya, penulis yang menciptakan tokoh macam Pooh, Tigger, dan Piglet. Artinya: setiap pengarang memang punya pengarang favoritnj sendiri-sendiri. Bisa tiga empat orang, bisa setumpuk, tergantu yangbersangkutan. Dan, biasanya, buku buku yang dibacanya juga... mempengaruhinya. disadari atau tidak. Wajar. Karena itu juga terjadi pada pengarang dunia macam Tolstoy, Erne, Hemingway, dan seterusnya.

Maka, hal yang wajar pula, kalau all out-nya Rowling dalam menciptakan serial Harry Potter-nya, memberinya tuah berganda. Selain membuatnya menjadi 'orang terkaya di Inggris' dengan penghasilan sekitar Rp. 4 miliarsehari! dan mengalahkan kekayaan Ratu Elizabeth II, Rowling juga benar-benar mendunia. Setumpukj penghargaan pun diberikan kepadanya: Scottish Arts Coundj Award, Children's Book of the Year (dari British Book Awards) Cold Award Winner (dari Smarties Prize), National Book Award, Children's Book Award, American Bookseller Book Award, dan lainnya.

SALAH SATU ciri buku terkenal atau bestseller adalah ini: dibuat film. Begitulah yang terjadi dengan War and Peace-nya Tolstoy, Gone with The Wind-nya Margaret Mitchel, The Godfather-nya Mario Puzo, dan setumpuk lainya. Tapi film sering tidak memuaskan pengarangnya. Mereka sering tidak bisa menerima adanya perbedaan 'dunia buku' dengan 'dunia film'. Pengarang maunya: film digarap persis seperti bukunya. Hal ung memang tidak mudah. Atau, bahkan, sering tidak mungkin. Bagaimana dengan serial Harry Potter-nya Rowling?

Kebetulan ada persamaan antara produser Warner Bros dengan pengarangnya: Harry Potter sudah demikian digandrungi pembacanya, khususnya anak-anak. Maka, kalau dibuat 'agak jauh berbeda', penonton akan sangat kecewa. Karena itu, "harus diusahakan sedekat mungkin dengan bukunya."

Untuk tugas itu, penulis skenarionya, Steve Kloves, mengadakan pertemuan khusus dengan Rowling. Rowling sendiri semula khawatir Cloves tidak bisa menangkap apa yang dia inginkan. Ternyata keliru. Segera setelah perjumpaan pertama, 'ada persamaan persepsi' antara dirinya dengan Kloves. Bahkan juga dengan tokoh-tokoh favoritnya.

Maklumlah, Kloves sudah berpengalaman puja dalam menggarap The Fabulous Baker Boys.

Hal yang sama terjadi dengan sutradara Chris Columbus,yang punya pengalaman menggarap Gremlins, Young Sherlock Holmes dan yang paling top: Home Alone dan Mrs.Doubtfire. Columbus bahkan terkagum-kagum, karena meski buku Rowling baru terbit 6 jilid, tapi "akhir buku itu di jilid ke-7, sudah ada di tangannya" Artinya: seluruh materi dan plot serial Harry Potter, dari jilid i hingga VII, benar-benar 'sudah dikuasai' atau 'sudah lengkap di kepala Rowling'.

Rowling pun mengikuti audisi para calon aktor aktris serial Harry Potter, khususnya pemeran utamanya. Dan ternyata pa pula seperti yang dia bayangkan!

Walhasil: kalau buku maupun film Harry Potter menjad bestseller dan boxoffice, wajar. Sebab semua dikerjakan dengan sesempurna mungkin. Perfect!.

Kesempurnaan itu menjadi lengkap, karena JK Rowling pui kini sudah menikah lagi dengan seorang dokter, dan dikaruniai anak pula. Berarti Jessica tak kesepian Iagi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post