Senin, 04 Oktober 2010

Dunia Mini Part 6 : Level Tersulit

Nah ayo kita sekarang kesana !” ajak Willy sambil menggandeng tangan Daniel. Tak lama kemudian sampilah mereka disebuah tanah lapang yang penuh denagn rumput dan beraneka ragam jenis bunga “Waah indah sekali disini ya tuan, sejuk dan nyaman, aku sangat senang berada disini berlama-lama“ kata Daniel takjub

”Jangan terpana begitu saja dengan tempat ini karena ada sesuatu disini yang bisa menghalangimu untuk sampai ke tempat tujuan.” kata Willy


“Apa itu tuan?“ tanya Daniel “Entahlah, komputer pusat yang mengatur semua permainan ini, aku tak mengetahuinya secara pasti, pokoknya kita harus waspada.“ kata Willy mengingatkan “Eh, apa itu tuan, yang kelihatan berkerumun disana itu ? Daniel menunjuk sekumpulan serangga yang tampak sedang berkerumun di sebuah kelopak bunga. Daniel lalu melangkahkan kakinya menuju kearah sana untuk melihatnya dari dekat. Ia tampak tertarik dengan warna bunga itu yang keungu – unguan.


“Tunggu Daniel, jangan kesana, itu berbahaya!” seru Willy mengingatkan. Tapi terlambat, Daniel sudah begitu dekat dengan serangga – serangga itu dan ia tak menyadari akan bahaya yang ada di hadapannya. Salah satu dari serangga itu menatap Daniel dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat kumpulan serangga aneh itu yang ada di hadapannya. Astaga! Ternyata itu adalah sekumpulan tawon raksasa! Daniel tersentak kaget tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Wajahnya meringis, menahan rasa ngeri yang amat sangat ketika melihat hewan aneh itu. Baru kali ini ia meliha ada tawon berwujud raksasa apalagi warnanya ungu! Sengat tawon itu terlihat besar dan runcing sebesar lengan Daniel dan siap menyengat bagi siapapun yang ada di dekatnya.


“Daniel ayo lari!” teriak Willy memperingatkan. Namun Daniel yang diteriakinya hanya berdiam diri mematung seakan tak berdaya. Wajah Daniel terlihat pucat, badannya terasa lemas dan kakinya bergetar hebat, rasa takut yang amat sangat telah menyeliomuti dirinya hingga ia begitu sulit untuk bergerak sejengkal pun! Menyadari keadaan sulit itu Willy lalu datang menghampirinya. “Daniel, kenapa kau ini? Ayo kita segera pergi dari sini, atau kalau tidak…”


“Aku tahu apa itu tuan, tapi aku rasa aku tak mampu untuk bergerak! Entah kenapa!?” teriak Daniel ketakutan. “Baiklah Daniel, kalau kau merasa sulit untuk bergerak maka aku akan menghitung sampai angka tiga, dan larilah sekencang – kencangnya oke?” “B..baik tuan, aku akan mencobanya, tapi hitungnya pelan – pelan ya..” kata Daniel.


“Satu…” Willy mulai melakukan hitungan. Dan tiba – tiba lebah – lebah raksasa itu mulai menyadari ada sebuah mangsa yang empuk yang ada di sebelah mereka. “Dua…” Dan lebah – lebah aneh itu mulai terbang menuju ke arah Daniel yang masih diam terpaku di tempat. “Tiga!” Pada hitungan yang terakhir itu. Dengan sekuat tenaga Willy menggandeng tangan Daniel untuk kemudian lari sekuat tenaga untuk menghindari serangan lebah – lebah ganas yang ada di belakang mereka.


“Terus, terus Daniel, mereka sekarang ada di belakang kita!” “Ya aku tahu, tapi kemana kita akan berlari, gerakan mereka sangat cepat, kalau begini terus kita bisa…” “Hei lihat, di depan itu ada perahu, nah sekarang aku ada ide untuk menghindari mereka!” ujar Willy sambil menunjuk ke sebuah yang berada di pinggir pantai.

“Cepat Daniel, kita balik perahu ini!” perintah Willy. Ia dan Daniel berusaha membalikkan posisi perahu itu hingga badan perahu yang terbalik itu menutupi seluruh tubuh mereka. “Tap..tapi apakah disini kita bisa bernafas di bawah air dengan menggunakan perahu yang terbalik ini?” tanya Daniel tak mengerti. “Sudahlah kau turuti saja perintahku, kita sudah tak ada waktu lagi sekarang.”


Mereka lalu diam dan tenang di dalam perahu yang terbalik itu. Lebah – lebah raksasa itu tak bisa melacak keberadaan mereka sekarang hingga akhirnya lebah – lebah raksasa itu pun pergi menjauh. “Tuan, di dalam sini sangat gelap dan pengap, aku tak bisa bernafas!” keluh Daniel. “Psst…diamlah, mereka mungkin masih ada di atas kita” kata Willy sambil berbisik pelan.


Mereka pun menunggu dengan sabar hingga beberapa menit lamanya. Sepuluh menit kemudian Willy mengangkat sedikit tepian perahu untuk melihat keadaan di luar. Tiba – tiba Daniel merasa ada sesuatu yang menyentuh kakinya. Kakinya terasa geli sekali. “Sekarang sudah aman, ayo lekas kita keluar dari sini Daniel!” ajak Willy setelah mengamati keadaan diluar. Namun Daniel tak menyahut, ia tampak kebingungan mencari sesuatu.


“Hei Daniel, sedang apa kamu?” “Tuan, apa kau barusan menyentuh kakiku?” tanya Daniel yang sejak tadi tertawa kegelian. “tidak, memangnya ada apa?” tanya Willy heran. “Eh ini, aku merasa ada sesuatu yang menyentuh kakiku, kira - kira apa ya?” “Baiklah akan kulihat sebentar.” Willy lalu menarik nafas dalam - dalam dan kemudian menyelam ke dalam air. Tak lama kemudian ia muncul lagi ke permukaan dengan wajah yang tampak ketakutan. Ia lalu menceritakan apa yang dilihatnya barusan pada pada Daniel.


“D..Da..Daniel, sebaiknya segera kita balik perahu ini lalu kita tumpangi dan dayung untuk secepatnya pergi dari sini!” kata Willy dengan terbata - bata. “Memangnya kenapa Tuan, apa yang kau lihat barusan?” tanya Daniel dengan cemas. “Y..y..yang bar..barusan kulihat itu adalah put..putri duyung buruk rupaaa!!”


Setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya itu, Willy dan Daniel kemudian membalikkan posisi perahu itu seperti semula lalu mendayung secepat - cepatnya. Dan benar saja di dalam air ada banyak sekumpulan ikan yang mirip Putri Duyung yang ada di dalam cerita dan dongeng yang terkenal. Namun bila dibandingkan dengan Putri Duyung yang ada di dalam dongeng itu jelaslah jauh berbeda. Putri Duyung yang mereka temui ini amatlah buruk rupa. Mereka mempunyai gigi - gigi yang runcing dan cakar - cakar yang tajam yang tak kalah mengerikannya dibanding lebah - lebah raksasa tadi.


“Waaa...mengerikan sekali mereka ya tuan, aku tak menyangka ada ikan duyung seburuk itu!” kata Daniel dengan nafas terengah - engah. “Nah kau baru tahu kan kalau tak selamanya Putri Duyung itu cantik!” gurau Willy sambil tertawa lebar. Ia mencairkan suasana di tengah ketegangan yang menyelimuti mereka. Tak lama kemudian akhirnya sampai juga mereka di sebuah daratan.


“Haah..haaah... akhirnya sampailah juga kita disini.” kata Willy seraya merebahkan tubuhnya di pasir. “Apa kita sudah sampai tuan?” tanya Daniel yang juga dalam keadaan posisi terlentang di pasir. “Belum, ini belum sampai, masing kurang tiga tahap lagi.” sahut Willy. “Kurang tiga tahap lagi? Ya ampun aku kira selesai sampai disini. Benar - benar petualangan yang menegangkan!” kata Daniel sambil menyeka keringat yang membasahi dahinya.


“Eh sekarang sudah jam setengah empat sore, kurang satu setengah jam lagi waktu akan segera habis!” kata Willy mengingatkan. “Dan tak lupa anda harus membuka tempat ini untuk mereka” tambah Daniel. “Ya, kau benar Daniel, terima kasih telah mengingatkanku, karena itu kita tak bisa berlama - lama berada disini, ayo kita segera kesana!” ajak Willy sambil menggaet tangan Daniel, memberinya bantuan untuk berdiri. “Ya dan kita berpetualang lagi.” sahut Daniel.


“Ha…ha…ha…kalian sudah sampai disitu ya, hmmm…kurang tiga tahap lagi kira – kira, mudah sekali kelihatannya, pantas saja permainan ini diset ke level yang termudah. Tapi bagaimana kalau aku coba menarik tuas ini menuju ke level tersulit? Coba, cobalah dan rasakan!” Ha…ha…haaa…!!!” Sosok misterius itu tertawa membahana sambil menarik tuas Miniland menuju ke level tersulit tanpa sepengetahuan Daniel dan Willy yang masih berada di dalamnya.


Kini tibalah mereka berdua di sebuah hutan. Daniel mengamat – ngamati bagian – bagian dari hutan itu. Pohon – pohonya menjulang tinggi dan berukuran besar. “Eh Hutan apa ini, sepertinya aku tak pernah melihat tanaman dan pohon – pohon ini sebelumnya?” tanya Daniel. “Ini adalah hutan pinus yang sudah ada sejak jaman dinosaurus dulu” sahut Willy. “Tapi apakah dinosaurus itu ada di dalam hutan ini Tuan?” “Ya, sepertinya begitu!”.


“Deg!” jantung Daniel tiba – tiba berdegup kencang. Ia tak menyangka akan bertemu dengan monster – monster mengerikan lagi di dalam hutan ini walaupun ia masih belum bertemu dengan salah satu dari mereka di pinus ini. Tapi karena sebelumnya Willy pernah mengatakan padanya bahwa ia telah mengeset permainan ini agar lebih mudah maka ia pun agak sedikit tenang kini.


“Waah banyak tanaman belukar di depan, apa kita bisa lewat situ?” tanya Daniel. “Ya tentu saja, kita tak punya waktu lagi untuk berputar.” sahut Willy. Tapi sebenarnya ia merasa ada yang aneh dengan tanaman belukar itu. Ia merasa pernah melihatnya, tapi entah dimana? Apa nama dan jenisnya dan semuanya menjadi percuma ketika ia menyadari kalau buku catatannya telah raib entah kemana ketika menghindari kejaran para monster tadi. Dan firasatnya mengatakan bahwa ia harus berhenti melangkah kedepan.


“Daniel berhenti!” teriaknya pada Daniel yang begitu dekat pada tanaman belukar itu. “Ada apa tuan?” tanya Daniel tak mengerti. “Hati – hatilah dengan tanaman ini!” “Memangnya ada apa dengan tanaman ini?” tanya Daniel. “Karena tanaman ini…” Belum selesai Willy menjawab pertanyaan Daniel, tiba – tiba salah satu tangkai dari tanaman belukar itu melilitkan batangnya pada kaki dan tangan Daniel hingga ia tak bisa bergerak sedikitpun!


“Tuan kenapa ini? Kenapa tanaman – tanaman belukar ini melilit kaki dan tanganku seperti ini?” teriak Daniel dengan mimik wajah ketakutan. Dan yang lebih aneh lagi tanaman – tanaman itu mempunyai katup seperti mulut yang dapat membuka dan menutup dengan lebar. Daniel berpikir kali ini ia takkan bisa lagi lolos dari jeratan monster – monster baru ini!


“Daniel bertahanlah!” kata Willy sambil membantu Daniel melepaskan diri dari cengkraman tumbuhan monster itu. Tapi ia tak sadar jika ada tumbuhan lainnya yang mencoba melilitkan batangnya pada pergelangan kaki kirinya. “Tuan, awas di belakangmu!” teriak Daniel memperingatkan. Namun terlambat, batang tumbuhan monster telah menyeret kaki Willy ke arah belakang hingga ia terseret tak berdaya.


“Ups sial! Kita telah diperdaya oleh tumbuhan aneh ini!” gerutu Willy. Karena tak ada pilihan ia lalu segera bertindak. Ia baru teringat jika ia membawa sebuah pisau bedah kecil disakunya yang selalu dibawanya kemana saja. Disaat – saat genting seperti inilah pisau kecil itu sangat berguna bagi dirinya. “Saatnya pembalasan!” kata Willy sambil membalikkan badannya menyamping ke belakang. Ia lalu mengambil pisau kecil itu yang disimpan di dalam saku bajunya. Kemudian ia gunakan pisau itu untuk memotong batang tanaman tumbuhan pemakan daging itu yang melilit pergelangan kakinya. “Sret!” putuslah batang itu. Ia lalu menghampiri Daniel yang kini tak bisa bernafas karena lehernya juga dililit oleh tumbuhan monster ini. Sret, Sret!” dengan beberapa kali tebasan maka langsung putuslah batang – batang tumbuhan monster yang melilit Daniel kini. Daniel terjatuh dan ia menjadi lemas tak berdaya akibat jeratan tadi.


“Daniel ayo bangun!” kata Willy berusaha menyadarkannya kembali. Daniel melihat keadaan di sekelilingnya, matanya terasa berkunang – kunang. Willy lalu memberinya minum yang diambilnya dari botol minuman yang ia bawa. Tak berapa lama kemudian ia telah sadar kembali. “Baik Tuan, aku tak apa – apa” kata Daniel.


“Ayo Daniel, tumbuh – tumbuhan monster itu masih ada banyak disini, ayo lekas kita pergi!” ajak Willy sambil menarik tangan Daniel. Sementara itu dahan – dahan dari tumbuhan monster itu semakin banyak yang keluar dan siap untuk menjerat mereka sekali lagi. Namun Daniel dan Willy yang menyadari akan hal itu sudah berlari sejauh mungkin meninggalkan tempat itu sejauh mungkin.


“Ya Tuhan, tumbuhan apa itu tadi Tuan?” tanya Daniel begitu mereka berdua sampai di tempat yang aman. “Itu adalah tumbuhan kaktus pemakan daging. Tapi aku heran mengapa ia menjadi begitu ganas hingga membuat kita sulit melepaskan diri darinya” sahut Willy. “Tapi bukankah anda sudah mengeset permainan ini menuju ke level yang lebih mudah?” “Tentu saja sudah, kecuali jika ada yang merubahnya”. “Apa anda yakin? Anda tidak lupa kan?” “Ya, aku sangat yakin sekali dan aku tidak mungkin lupa mengesetnya” “Atau mungkin ada seseorang di ruangan ini yang dengan sengaja merubahnya? Tapi siapa?” kata Daniel mencoba menerka. “Di dalam ruangan ini cuma kita yang berada di sini”. “Siapa lagi yang biasanya berada disini selain anda?” tanya Daniel. “Aku dan Ozy yang tadi kita jumpai”. sahut Willy. “Apakah ia sudah lama bekerja disini dan apakah ia bekerja dengan baik?” “Tidak, ia baru saja bekerja disini beberapa minggu yang lalu dan kerjanya bagus.”


“Apakah ia pernah melakukan kekeliruan dalam bekerja?” “Pernah sih, tapi itu hanya kesalahan teknis saja”. “Hmm…menurutku dialah pelakunya karena hanya dia yang berwenang di tempat ini selain anda”. “Tapi bukan berarti dia pelaku sesungguhnya, bisa saja orang lain atau alat itu sendiri yang mengalami kerusakan. Kau kan baru saja mengenalnya, mana mungkin kau bisa menuduhnya begitu saja” kata Willy. “Tap…Tapi Tuan…” “Sudahlah Daniel kita tak ada waktu untuk membahas siapa pelakunya. Kita harus segera mencari jalan keluar dari sini”. ajak Willy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post