Senin, 04 Oktober 2010

Dunia Mini Part 7 : Monster Laba - Laba Raksasa

Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan di suatu tempat mereka banyak menjumpai sarang laba – laba berukuran besar yang menggantung di pepohonan di sekitar tempat itu. “Tuan, disini banyak sekali sarang laba – laba berukuran besar, apakah mereka juga sama mengerikannya dengan monster – monster yang kita temui tadi?” “Dilihat dari ukuran sarangnya sepertinya begitu”. “Tapi kemana para laba – laba ini berada? Apakah mereka bersembunyi ya?” tanya Daniel.

Tiba – tiba terdengar gemuruh petir yang menyambar yang diikuti dengan hujan yang amat deras memaksa Daniel dan Willy untuk segera mencari tempat berteduh. “Kita berteduh di dalam gua itu Daniel” ajak Willy sambil menunjuk ke sebuah gua yang cukup besar yang ada di depan mereka. “Waah lihat, gua ini besar sekali Tuan!” kata Daniel kagum. “Indah dan mengagumkan!” tambah Willy.

Daniel lalu berkeliling melihat isi dari gua itu. “Jangan jauh – jauh Daniel, nanti kau bisa tersesat!” kata Willy mengingatkan. “Tidak Tuan, aku hanya berjalan – jalan disekitar sini saja” sahut Daniel. Ia lalu mencoba menyusuri sebuah jalan setapak yang ada di celah – celah gua. Dan tiba – tiba ia menemukan sesuatu. “Tuan, lihat aku menemukan sesuatu disini!” teriak Daniel. “Apa yang kau temukan?” tanya Willy. “Sebuah lorong!” sahut Daniel. Willy lalu menghampiri Daniel tempat dimana ia menemukan lorong itu.

“Lorong ini mungkin menghubungkan tempat ini dengan tempat lainnya di gua ini” kata Willy sambil memandang ke arah langit – langit lorong itu. “Atau mungkin juga ini adalah jalan keluarnya…” celetuk Daniel. “Ah bisa saja kau ini, kita kan tidak tahu lorong ini akan menuju kemana, bisa saja lorong ini malah menuju ke dasar bumi melihat letaknya yang ada di dalam gua”. “Tapi tuan, aku yakin sekali kalau lorong ini adalah jalan keluarnya dan kita harus mencobanya!” kata Daniel berusaha meyakinkan. “Kau benar, apa salahnya kalau kita coba. Bagaimanapun harus kita coba apalagi waktunya kurang setengah jam lagi sekarang” kata Willy mengiyakan.

“Hah waktunya kurang setengah jam lagi? Kalau begitu ayo kita segera masuk tuan!”. ajak Daniel. Mereka lalu segera masuk ke dalam lorong gua itu. Lorong demi lorong terus mereka jelajahi untuk mencari jalan keluar. Tanpa sepengetahuan mereka ada sebuah bayangan hitam besar misterius yang ada beberapa meter di belakan mereka…

“Tuan kenapa lorong ini begitu panjang sekali, apakah ini akan menuju ke dasar bumi?” tanya Daniel. “Entahlah, semoga saja ini adalah jalan keluarnya, kalau tidak kita takkan bisa keluar bisa keluar dari sini hidup – hidup!” jawab Willy. “Tuan, apa kau mendengar suara sesuatu disini?” “Tidak, memangnya kenapa?” “Aku mendengar sebuah suara, suara itu semakin lama terdengar semakin dekat ke arah kita. Coba anda dengarkan dengan seksama tuan…” pinta Daniel. Willy lalu mendekatkan telinganya ke arah bawah lantai gua untuk mencoba mendengarkan suara itu dengan seksama” “Drap..drap..drap!” “Benar suara itu terdengar sperti sebuah langkah!” kata Willy mengiyakan.

Mendengar hal itu Daniel langsung terkejut. Ia tak menyangka kalau ternyata mereka tidak sendirian di tempat ini! “Suara apa itu tuan?”. tanya Daniel dengan cemas. “Entahlah, tapi langkah suaranya terdengar semakin dekat kemari!” sahut Willy. “Jangan – jangan itu adalah itu adalah monster penghuni tempat ini!” kata Daniel mencoba menerka. “Bisa juga, kalau begitu ayo kita percepat langkah kita!” ajak Willy.

Mereka mencoba berlari secepat mungkin menjauhi langkah suara yang ada di belakang mereka. “Ya ampun aku sudah capek tuan, jika terus berlari seperti ini!” keluh Daniel. “Ya, dan akupun demikian! Daniel, ayo cepatlah sedikit larinya!” teriak Willy. Dan tibalah mereka kini di sebuah lorong yang bercabang dua dan mereka kebingungan salah satu diantaranya.

“Yang mana tuan?”. tanya Daniel kebingungan. “Yang mana sajalah asal kita bisa selamat dari kejaran monster gua ini”. jawab Willy dengan enteng. “Yang benar saja tuan, bagaimana kalau aku salah memilih jalan?” “Baiklah kalau kau ragu – ragu, begini saja aku lempar koin ini ke atas, jika yang berada di atas adalah gambar kepala maka kita akan memilih yang kanan dan jika yang keluar adalah gambar angka maka kita akan memilih yang kiri” kata Willy mencoba memberikan alternatif. “Hah yang benar saja tuan, memangnya ini undian lotere…?” kata Daniel keheranan. Namun Willy tidak memperdulikan ucapan Daniel, ia lalu melempar koin itu ke atas dan keluarlah hasilnya… “Baiklah kita memilih yang sebelah kanan” kata Willy dengan penuh keyakinan.

Walaupun terlihat masih ragu terhadap pilihan itu, tapi Daniel terpaksa menuruti keinginan Willy daripada nantinya mereka ditangkap oleh monster gua yang tidak diketahui wujudnya itu. Setengah berlari mereka menyusuri lorong itu sambil sesekali menoleh ke belakang, berharap mereka mengetahui keberadaan monster itu. Cukup lama mereka berlari hingga sesuatu mengejutkan mereka.

“Lihat lorong ini buntu tuan!” kata Daniel sambil meraba permukaan batu yang menutup lorong itu. “Lalu bagaimana ini tuan?” tanya Daniel panik. “Oh sial, aku telah keliru memilih jalan. Seharusnya kita memilih ke arah yang kiri tadi!” gerutu Willy. “Tapi sudah terlambat untuk itu tuan, jika kita kembali ke arah jalan yang tadi, maka kita ke arah jalan tadi maka kita akan menghadapi makhluk itu sekarang!”

“Kau benar, tapi apa yang harus kita lakukan, menunggu monster itu datang lalu menangkap kita? Tidak Daniel, kita tidak boleh menyerah begitu saja, kita harus melawannya!” tegas Willy. “Melawan? melawan dengan apa tuan, senjatapun kita tak punya?” “Tenang saja Daniel, aku akan segera mendapatkanya.” Kata Willy sambil memperhatikan tempat di sekelilingnya. Ia lalu memungut sebuah batang kayu yang berada di sekitar tempat itu.

“Lihat, apa ini cukup?” kata Willy sambil memperlihatkan batang kayu itu pada Daniel. “Semoga saja” sahut Daniel. “tuan, kalau seandainya kita bisa melawan monster itu apakah kita akan melewati jalan yang tadi?” “Tentu saja, karena hanya jalan itulah satu – satunya jalan keluar kita sari sini. Memangnya kenapa Daniel, apa kau takut?” “Ya, bagaimanapun juga monster itu pasti sangat mengerikan!” kata Daniel sambil mengernyitkan dahinya.

“Grrrrr…!!!” tiba – tiba muncul sesosok mengerikan yang kini berada di belakang mereka. “Laba – laba raksasa!” teriak Daniel ngeri. Laba – laba itu berukuran sangat besar, kira – kira seratus kali lipat lebih besar dari laba – laba yang selama ini pernah ia lihat. Dengan delapan kaki dan dua capitnya yang tajam ia mencoba mendekat ke arah Daniel dan Willy yang makin terpojok.

“tuan, apa kau tahu kelemahan dari laba – laba berukuran raksasa seperti ini?” “Bagi kita manusia laba – laba dengan ukuran normal sekali injak dan pukul saja langsung mati! Tapi kalau ini…” Willy terlihat berpikir keras bagaimana cara menaklukkan makhluk raksasa itu. Ia memandangi Daniel yang memejamkan matanya karena ketakutan. Tak sedikitpun Daniel membuka matanya demi melihat monster mengerikan itu.

Dengan segenap keberanian yang dimilikinya Willy lalu memukulkan batang kayu itu ke arah kedua mata laba – laba raksasa itu dan berhasil! Laba – laba raksasa itu tampak kesakitan di kedua matanya akibat terjangan tongkat kayu yang dilakukan oleh Willy. Kemudian setelah itu ia memeluk tubuh Daniel dan berguling ke depan di bawah perut laba – laba raksasa itu.

“Nah Daniel inilah kesempatan kita kesempatan kita mumpung laba – laba ini lengah karena kesakitan! Ayo kita segera ke arah jalan yang tadi!” ajak Willy. “Tentu saja, anda tadi hebat sekali!” sahut Daniel sambil tersenyum. Mereka lalu segera berlari menuju ke arah jalan yang bercabang yang telah mereka lalui tadi. Menyadari buruannya berhasil lolos laba – laba raksasa itu tidak tinggal diam, ia lalu mengejar dan berusaha menangkap mereka sekali lagi.

“Tuan, ia mengejar kita lagi!”. Teriak Daniel sambil menoleh ke arah belakang. “Jangan menoleh ke arah belakang Daniel, larilah saja sekuatmu!” “Ya ampun, laba – laba itu makin cepat saja larinya, kurasa ia akan segera menangkapku!” kata Daniel dengan mimik muka ketakutan. “Tuan, lorong ini kelihatannya semakin menyempit ke bawah, apa ini bukan jalan buntu seperti yang tadi?” tanya Daniel dengan cemas

“Kita coba saja, kita tak punya pilihan lain selain lorong sempit ini Daniel, lagipula apa ia bisa mengejar kita di lorong sempit ini dengan tubuh sebesar itu!” terang Willy. “Kau benar tuan…” kata Daniel sambil tersenyum. “Uwaaaaa…” mereka lalu terperosok ke dalam lubang dalam terowongan itu dan kemudian mengikuti alurnya yang makin lama semakin ke bawah.

Sementara laba – laba raksasa yang berusaha mengejar mereka itu juga mencoba untuk masuk ke dalam lubang terowongan itu dengan susah payah. Tetapi ia berada di dalam mulut terowongan itu ia tak bisa bergerak sedikitpun karena lubang itu terlalu sempit untuk tubuhnya yang besar! Jadilah terhimpit di mulut lubang terowongan itu untuk selamanya!

“Yuhuuu…menyenangkan sekali!” kata Daniel dengan gembira. “Ya ini seperti di pelusutan di arena kolam renang!” canda Willy sambil tertawa. “Tapi kita akan menuju kemana ya?” tanya Daniel cemas. “Asal bukan ke pusat bumi!” canda Willy. "Waah diluar terang sekali mungkin itu jalan keluarnya!” kata Daniel. “Semoga saja” sahut Willy.

“Uwaaaaa.....!!!” Mereka lalu terjun bebas di udara setelah meluncur melalui lubang terowongan yang sempit tadi. Kemudian mereka meluncur dan terus menuju ke bawah ke arah air sungai yang berada tepat di bawah mereka. “Byuurrr...!!” Mereka terjatuh dan meluncur dengan keras ke dalam air. “Ooh..akhirnya kita berhasil juga keluar dari dalam gua itu, apa kau tak apa - apa Daniel?” “Ya aku tak apa - apa tuan. Sungguh rasanya sangat menyenangkan sekali bermain di dunia Miniland ini, apalagi air sungai disini rasanya segar sekali!” kata Daniel sambil tersenyum. “Ya tapi pakaian kita jadi basah begini!” kata Willy sambil tertawa lebar bersama Daniel.

“Ayo Daniel kita harus segera pergi, kita sudah tak ada waktu berlama - lama disini!” kata Willy mengingatkan. “Kurang berapa lama lagi waktu kita tuan?” tanya Daniel. “Ya ampun kurang seperempat jam lagi waktu kita!” jawab Willy sambil melihat ke arah jarum jam yang ada di pergelangan tangan kirinya. “Hah kurang sedikit lagi waktunya, kalau begitu ayo kita segera bergegas tuan!” ajak Daniel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post