Senin, 04 Oktober 2010

Dunia Mini Part 8 : Terjebak di Jembatan Gantung

Lalu sampailah mereka di sebuah daerah perbukitan yang luas. “Hmm…Bagaimana ya ini, menurut peta ini untuk menuju jalan keluarnya kita harus mecapai ke sebuah jembatan gantung, tapi melihat daerah ini yang begitu luas rasanya mustahil untuk menemukannya!” keluh Willy. “Pasti ada di suatu tempat di sekitar bukit ini” kata Daniel.


Mereka lalu mencoba menyusuri jalan yang satu dengan yang lainnya untuk mencari letak jembatan itu. Dalam perjalanan tiba – tiba Daniel melihat sesuatu dari kejauhan. “Mengapa tak kita coba tanyakan ke mereka saja?” kata Daniel sembari menunjuk kearah sekumpulan manusia yang sedang melakukan sesuatu. “Aneh juga ada sekumpulan manusia disini, padahal setahuku aku tidak pernah memasangnya disini!” kata Willy heran.


“Ah yang benar, mungkin anda lupa memasangnya atau bisa saja anda memasangnya sebagai penunjuk jalan disini kan? Nah sekarang ayo kita segera kesana sekarang tuan!” ajak Daniel sambil menggaet tangan Willy. “Y..ya, mungkin saja aku lupa, aku memang sudah pikun!” sahut Willy. Mereka lalu berjalan mendekati sekumpulan orang – orang yang terlihat sedang asik membakar sesuatu di tempat itu.


“Ehmm…hmm…,maaf tuan – tuan kalau saya mengganggu acara makan siang kalian sebentar, apakah kalian tahu letak jembatan gantung yang…” mendadak lidah Willy seperti tersekat, Ia tak mampu neneruskan kata – katanya, dia hanya bisa berdiam diri mematung. Orang – orang itu memalingkan wajahnya pada mereka. Tapi wajah mereka seperti bukan manusia melainkan seperti kera! Tentu saja itu adalah pemandangan yang sangat aneh dan lebih mengerikan daripada sebelumnya.


“Ma…maaf, kami sudah mengganggu acara makan siang kalian, kami permisi duluuu…” kata Willy dengan terbata – bata. Mereka lalu membalikkan badan. “Anda yakin ini bukan orang yang kita maksud?” tanya Daniel. “Tentu saja bukan Daniel!” sahut Willy dengan mimik wajah ketakutan.


“Ou..ou..go..gorrrhhh!!!” itulah suara orang – orang yang ditanyai oleh Willy yang ternyata wajah, tubuh dan perilaku mereka sangat mirip dengan kera, apalagi tubuh mereka berukuran raksasa! “Uwaaaa…”. teriak Daniel dan Willy bersamaan lalu mereka lari sekuat – kuatnya menjauhi manusia – manusia kera itu.


“Apa itu tadi tuan? Mengapa kita harus lari mereka?”. tanya Daniel. “Itu adalah manusia purba Pithecantropus Erectus, mereka mengira kita adalah musuhnya yang akan merebut makanan dari mereka, jadi mereka sangat marah.” terang Willy. “Oh pantas saja mereka mengejar – ngejar kita kini” kata Daniel. “Ya selalu saja begitu, bukannya mendapat jalan keluar tapi malah dapat masalah!” keluh Willy.


Mereka terus berlari dan berlari antara bukit satu dengan bukit lainnya tapi manusia – manusia kera masih saja berusaha mengejar mereka sampai dapat. Dan tibalah mereka berdua kini di sebuah bukit yang menurun. Mungkin karena lengah dan saking capeknya mereka karena dikejar – kejar terus oleh kawanan manusia purba itu mereka tak sadar kalau di depan mereka ada jalan menurun yang tajam dan akibatnya mereka jatuh terguling – guling ke bawah menuruni bukit.


“Ouugh..aakhhh!!!” teriak Daniel dan Willy kesakitan. Dan dapat dibayangkan betapa sakitnya tubuh mereka begitu sampai di bawah. “Ouuhh..aduuhh sakit sekali badanku, dasar manusia – manusia kera sialan!” keluh Daniel sambil memegangi punggungnya yang sakit. “Auuuhhh..badanku juga sakit semua ini, coba tadi kita tidak bertanya pada mereka tentu kita tidak…” Willy memandang kearah depan, tiba – tiba ia menemukan sesuatu. “Lihat Daniel, itulah jembatannya!” teriak Willy sambil menunjuk kearah depan mereka. “Jembatan Gantung!” teriak Daniel gembira. “Akhirnya kita temukan juga jembatan ini…”. Kata Willy sambil menarik nafas panjang.


Namun kegembiraan mereka tak berlangsung lama karena manusia – manusia kera yang mengejar – ngejar mereka tadi berteriak – teriak dengan keras dan dengan sengaja menjatuhkan diri mereka menuruni bukit itu secara bersamaan. “Ya Tuhan, apa mereka sudah gila? Pantas saja Pithecantropus Erectus punah!” kata Willy sambil menggeleng – gelengkan kepalanya.


“Ayo Daniel, lekas kita pergi dari sini, kita sudah tak ada waktu lagi!” ajak Willy sambil mengulurkan tangannya pada Daniel membantunya untuk berdiri. Kemudian mereka berlari secepat mungkin menuju jembatan gantung yang berjarak beberapa meter di depan mereka. Tiba – tiba terdengar gemuruh petir yang menyambar – nyambar disertai hujan yang turun dengan derasnya. “Celaka, waktunya sudah hampir habis!” kata Willy sambil mengernyitkan dahinya. “Apakah tempat ini akan segera hancur begitu waktunya telah habis tuan?” tanya Daniel ketakutan. “Ya, seperti itu…” jawab Willy singkat.


Miniland..! Miniland..! Miniland..!” Terdengar teriakan anak – anak di tempat arena bermain. Mereka sudah tak sabar menunggu dibukanya arena permainan baru Miniland yang tentunya sebentar lagi akan dibuka dan diresmikan oleh Willy nantinya. “Tuan Willy ayo cepat buka tempat ini, kami ingin segera bermain!”celetuk salah seorang diantara anak – anak itu. “Kami harus menunggu sampai kapan!” sahut yang lainnya. Mereka tak sadar yang mereka nanti – nantikan kehadirannya itu tengah terjebak dalam permainannya sendiri! Hingga menjelang pukul 5 sore permainan masih belum berakhir…


“Tuan lihat, cepat sekali mereka sampai kemari!” kata Daniel terkejut ketika ia melihat manusia - manusia kera itu yang tadinya nekat turun dari atas bukit kini telah berada di bawah, beberapa meter di belakang mereka. Sambil membawa pentungan dari kayu yang berukuran besar, mereka kembali berusaha mengejar Daniel dan Willy.


“Jangan melihat ke arah mereka Daniel, ayo cepat kita lari lagi!” kata Willy mengingatkan. Kini tibalah mereka di depan jembatan gantung yang mereka cari itu. “Lihat tuan, ada tulisannya!” tunjuk Daniel pada sebuah papan nama yang berada di sebelah kanan depan jembatan itu. “Tidak Boleh Lebih Dari 200 kg!” kata Willy mengeja tulisan yang tertera di papan nama itu.


“Apa maksudnya tuan?” tanya Daniel tak mengerti. “Artinya bagi siapapun yang melintasi jembatan ini berat badannya tidak boleh lebih dari 100 kg” terang Willy. “Ooh, jadi begitu ya!” kata Daniel sambil mengangguk paham. “Berapa berat badanmu Daniel?” “30. Kalau anda sendiri berapa?” “Berat badanku kira - kira 70, jadi pas 100. Jadi kita bisa melewati jembatan ini tentunya.” “Tapi bagaimana dengan mereka tuan, bukankah jembatan ini hanya muat untuk kita berdua?” “Mudah - mudahan saja kita sampai dulu lebih awal dari mereka, maka untuk itu jangan hiraukan mereka. Ayo lekas kita seberangi jembatan ini!”


Mereka berdua lalu berusaha menyeberangi jembatan gantung itu dengan hati - hati. Jembatan itu terlihat tua dan rapuh, sedikit gerakan diatasnya saja maka jembatan itu bisa bergoyang dan membuat bagi yang menaikinya serasa akan jatuh dari tempatnya berdiri. “Ya ampun ini sangat mengerikan sekali tuan!” kata Daniel sambil menatap ke arah ke arah jurang yang ada di bawahnya.


“Jangan menatap ke bawah Daniel, jalan saja terus kita sudah setengah jalan sekarang.” kata Willy mengingatkan. “Ouu..uu..ugo..ugo!” Salah satu dari manusia - manusia kera itu bertanya tentang arti dari tulisan dari papan nama yang berada di sebelah kanan depan jembatan itu. Tapi tentu saja tak satupun dari mereka yang mengerti arti dari tulisan itu. Mereka hanya menggeleng - gelengkan kepala tanda tak mengerti.


“Lihat tuan, mereka sekarang ada di belakang kita!” seru Daniel sambil menunjuk ke arah di belakangnya. “Wah gawat, besar badan mereka saja sebesar itu apalagi kalau mereka menaiki jembatan, maka jembatan ini bisa rubuh nanti! Ayo Daniel kita teruskan saja langkah kita, kurang beberapa langkah lagi kita akan segera sampai di ujung jembatan.” ajak Willy.


“Kraaak..!!!” tiba - tiba terdengar suara kayu yang patah. Suara itu berasal dari salah satu lantai jembatan yang terbuat dari kayu itu patah ketika Daniel melewatinya. Dan kini terjerembab di dalamnya. “Oh ya ampun, tolong aku tuan!” teriak Daniel ketakutan. Ia takut terjatuh dari jembatan itu apalagi ada jurang menganga yang sudah menanti dirinya di bawah sana. “Tenang Daniel, aku akan menolongmu!” kata Willy sambil berusaha mengeluarkan kaki Daniel dari lubang patahan kayu itu. Sementara itu manusia - manusia kera yang sejak tadi berada di luar kini melangkahkan kakinya satu persatu ke arah jembatan untuk memburu Daniel dan Willy yang tengah berada dalam situasi sulit...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post