Senin, 04 Oktober 2010

Dunia Mini Part 10 : Mimpi Indah di Luar Angkasa

"Sudah kuduga akan seperti ini jadinya…” Kata Willy sambil menutup ruang tempat anak – anak bermain yang kini terlihat kosong melompong, tak ada satupun anak – anak yang bermain disana. “Ini benar – benar sangat menyedihkan tuan!” kata Daniel sambil tertunduk sedih. “Sudahlah Daniel jangan terlalu dipikirkan. Besok aku akan mencoba meyakinkan mereka kalau aku bukanlah seorang pembohong seperti yang mereka kira dan permainan disini adalah permainan terbaik yang pernah mereka lihat.” Kata Willy sambil menepuk pundak Daniel.

“Tapi apakah anda yakin bisa dalam sekejap meyakinkan mereka untuk kembali kemari?” “Ooh tentu. Tentu saja aku bisa! Eh Daniel, apakah kau tidak tertarik dengan mainan – mainan yang ada di bawah itu? Bukankah kau belum mencobanya?” “Ya, bolehkah aku mencobanya?” tanya Daniel dengan wajah gembira. “Tentu saja kau boleh mencoba sepuasnya dan kau tidak perlu mengantri…”. Sahut Willy sambil tersenyum. “Wou, kelihatannya asik sekali, terima kasih tuan!” kata Daniel sambil berlari ke lantai dasar. Ia sudah tak sabar ingin mencoba permainan itu dari tadi.

“Apakah aku boleh mencobanya juga Wil?” kata Maggie dengan manja. “Eh apakah aku tak salah dengar, kau sudah terlalu dewasa untuk mencoba permainan anak – anak itu?” “Tak ada kata terlalu dewasa untukku Wil. Ayo ikutlah denganku. Mungkin saja ku belum pernah mencoba permainanmu ini sendiri!” kata Maggie sambil menggandeng tangan Willy.

“E..eeh…Maggie apa – apaan ini…? Willy tak dapat mencegahnya. Ia turuti saja keinginan Maggie itu. “Lihat tuan, ini hebat sekali!” kata Daniel sambil menunjukkan kemahirannya memainkan papan skateboard. “Ya, ini sangat keren tuan, lihat aku tak bisa jatuh sama sekali, padahal aku tak begitu mahir memakainya!”. Kata Daniel dengan wajah gembira.

“Ya, itu karena aku menciptakan skateboard itu agar terus bisa seimbang dengan pemiliknya, walau kau berjumpalitan sekalipun. Bermainlah sepuasmu Daniel!” kata Willy. “Ayolah Wil, biarkan saja bermain sendiri, kita kesana saja, ada permainan yang lebih menarik dari ini!” ajak Maggie sambil menggandeng tangan Willy. “Kita coba ini saja Wil…” kata Maggie sambil menunjuk salah satu jenis permainan yang ia sukai.

“Ooh bunga ballet ini? Baiklah kalau kau suka.” Kata Willy sambil memasukkan sebuah uang koin ke dalamnya. “Pasang sabuk pengaman dan bersiaplah!” kata Willy memberi aba – aba ketika mereka telah duduk diatas sebuah benda yang berbentuk mirip bunga. Seketika itu juga bunga – bunga itu bergerak. Dengan tangkainya ia seperti mempunyai lengan dan kaki yang bisa bergerak maju, mundur, melompat dan berputar layaknya orang yang sedang menari balet.

“Ooh mengagumkan sekali, aku suka sekali dengan bunga – bunga ciptaanmu ini Wil!” teriak Maggie dengan senangnya. “Ya, aku menciptakan ini agar anak – anak suka dengan tari balet”. Kata Willy. “Dengan cara ini mereka akan lebih mudah memahaminya kan?” kata Maggie sambil tersenyum. Sementara itu Daniel tampak asik sendiri mencoba permainan yang lain.

“Balon Impian? Apalagi ini?”. Kata Daniel sambil melihat sebuah plakat nama yang berada di sampingnya. “Balon ini seperti balon karet biasa, namun ketika ditiup ia akan mengembang dan berbentuk seperti keinginan si peniup dan bisa berfungsi layaknya benda yang ia tiup itu”. Begitulah kira – kira isi dari penjelasan pada balon impian itu.

Karena penasaran, Daniel lalu mengambil salah satu dari balon itu dan kemudian meniupnya sambil membayangkan bentuk yang ia inginkan. “Nah seperti ini..” ujarnya sampai tersenyum puas. “Waah rasanya menyenangkan sekali naik bunga balet ini, kau memang seorang yang jenius sekali Wil!” kata Maggie sambil melepaskan ikatan sabuk pengaman pada pinggangnya begitu permainan telah selesai.

“Eh bagaimana kalau kita mencoba permainan yang itu, kau pasti suka!” ajak Willy. “Permainan yang..” Belum selesai Maggie bicara tiba - tiba Daniel lewat di depan mereka. “Lihat, ini sangat asik sekali!” kata Daniel ketika ia menunggangi sebuah benda yang mirip dengan roket yang ia buat dari balon yang ia tiup tadi dan kini ia berhasil melayang - layang di udara dengan roket itu.

“Kau pasti memikirkan sebuah roket kan Daniel?” tanya Willy sambil tersenyum. “Ya Prof, aku ingin sekali terbang di udara!” kata Daniel sambil berteriak senang. “Segera turun dan kemarilah Daniel, ada sesuatu yang menarik yang akan kutunjukkan padamu!” “Ya aku akan segera turun, tapi kelihatannya aku masih sulit mengendalikan roket ini!” “Tekan saja tombol dengan tulisan Down yang ada pada sisi kanan roket itu, maka kau akan segera turun!”.

Memang benar begitu Daniel menekan tombol berwarna merah dengan tulisan down itu, roket itu mendadak berhenti dan secara perlahan - lahan roket itu turun ke bawah. Daniel terlihat senang, ia puas sekali dengan permainan roket itu. Begitu sampai di bawah ia segera menghampiri Willy dan Maggie yang sedari tadi telah menunggunya.

“Apa yang ingin kau tunjukkan tuan?” tanya Daniel. “Sesuatu hal yang sangat menarik, coba lihatlah ini!” Willy menunjuk pada sebuah benda yang berada di sampingnya.”Eeh apa ini tuan? Unik sekali bentuknya!” kata Daniel sambil menunjuk pada sebuah benda yang mirip telur itu. “Ini adalah kapsul ruang angkasa. Dengan ini kita bisa melihat dan menjelajahi keindahan luar angkasa yang berada di atas sana.” terang Willy pada Daniel yang kagum melihat kapsul itu.

“Wow, menarik sekali tuan! Bisakah kita mencobanya sekarang?” tanya Daniel tak sabar. “Ya, tentu saja. Nah sekarang masuklah ke dalam bersama Nona Maggie.” Setelah mereka masuk dan duduk pada tempatnya, Willy lalu segera menutup pintu masuk. “Nah sekarang bersiaplah, kita akan segera melesat menuju ruang angkasa!” kata Willy sambil menyalan mesin kapsul. Seketika itu juga tiba - tiba terdengar bunyi suara mesin roket di bawah, melesat dan mengantar mereka menuju ke ruang angkasa. “Waah, lihat kita sekarang telah berada di langit!” kata Daniel takjub ketika melihat pemandangan di luar dari balik jendela. “Ya, melesat dan terus melesat jauh meninggalkan bumi..” kata Willy sambil tersenyum.

“Aah, sudah sampai akhirnya...lihat nona Maggie bintang - bintang di angkasa itu!” tunjuk Daniel ketika mereka telah tiba di ruang angkasa. “Woow, betapa indah pemandangan disini!” kata Maggie kagum. “Sunyi, sepi dan tak ada seorang pun yang berada disini dan kau bilang tempat ini romantis?” kata Willy bercanda. “Justru tempat inilah yang aku cari!” kata Maggie kesal. “Ooh lihat itulah yang dinamakan planet Mars, warnanya memang benar - benar merah!” kata Daniel sambil melepaskan pandangannya sedikitpun pada kaca jendela. “Itu disebabkan oleh lapisan regolit lemonit, yaitu sisa batuan yang hancur berupa pasir yang mengandung senyawa silikat besi seperti karat. Nikmatilah Daniel dan pandangilah pemandangan di luar angkasa ini sepuasmu...” kata Willy sambil tersenyum.

Jam kini telah menunjukkan pukul 10 tengah malam dan Daniel tampak sudah tertidur pulas di tempat duduknya. “Waah pulas sekali tidurnya!” kata Maggie sambil mengenakan sebuah selimut pada Daniel agar tidak kedinginan. “Apa kau tidak mengantuk Maggie?” tanya Willy yang masih terjaga. “Oh tentu tidak, aku masih ingin menikmati indahnya bintang - bintang diangkasa ini..” kata Maggie dengan sambil memandangi pemandangan di luar melalui jendela. “Oh puitis sekali, jiwaku serasa melayang - layang di atas sana...” seloroh Willy sambil tertawa kecil. “Ya, seandainya saja jiwaku ini melayang - layang bersama dirimu disana..” kata Maggie sambil tersenyum lebar.

“Apa maksudmu?” “Wil, sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu” kata Maggie sambil menggenggam erat kedua tangan Willy. “Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, katakan saja tak perlu malu.” Kata Willy yang terheran - heran dengan sikap Maggie yang tak seperti biasanya ini. “Ya, aku memang malu mengatakan hal ini padamu Wil, karena aku ingin sekali mengatakannya sejak dulu...” kata Maggie sambil tersipu malu. “Ya katakan saja ada apa?” tanya Willy penasaran. “Se..sebenarnya aku...,”

“Krriii...iiinggg!!” belum sempat Maggie bicara pada Willy, tiba - tiba handphone milik Willy berbunyi. Willy lalu segera mengangkat handphone miliknya itu. “Dengan Willy selamat malam ada yang bisa saya bantu?” kata Willy membuka pembicaraan. “Ini dari aku, dr. Grimm. Sahabat masa kecilmu, apa kau masih ingat?” “Ooh ternyata kau Grimm, ya tentu saja aku masih ingat. Si Grimm yang selalu suka mengerjaiku ketika kita masih kecil dulu kan?” kata Willy yang disambut tawa lebar oleh dr. Grimm.

“Hebat, ternyata kau masih ingat denganku! Maaf sudah begitu lama sekali aku tak pernah memberi kabar padamu. Nah begini, aku baru saja membuka sebuah usaha bisnis hiburan, aku pikir apa salahnya mencoba, apalagi di tengah krisis global ekonomi dunia saat ini sangatlah sulit mencari uang!” kata dr. Grimm. “Ya, kau benar mengenai itu, aku sangat mendukung sekali apa yang akan kau lakukan itu, tapi ngomong - ngomong dimana lokasi tempat hiburan yang akan kau dirikan itu tepatnya?” tanya Willy. “Di seberang jalan, tepatnya di depan gedung Dreamland milikmu itu.” jawab dr. Grimm.

“Wah aku tak menyangka kalau lokasinya ternyata tepat berada di depan tempatku ini! Tapi hiburan jenis yang akan kau dirikan itu” “Tapi sebelumnya aku meminta maaf padamu karena bisnis hiburan milikku ini agak begitu mirip dengan bisnis hiburan milikmu karena tempat hiburan milikku ini hanya untuk kalangan anak - anak saja, dan tempat hiburanku ini tentunya nanti akan bersaing dengan tempat hiburan milikmu, dan sekali lagi aku minta maaf.” kata dr. Grimm.

“Jadi begitu ya? Ooh tidak apa - apa. Itu tak menjadi masalah bagiku. Didalam dunia bisnis persaingan adalah hal yang wajar dan aku sangat memakluminya. Jadi kau tak perlu khawatir karena hal itu tak menjadi masalah buatku malah anak - anak di lingkungan sini dan sekitarnya tentu akan menjadi sangat senang dengan adanya pilihan tempat hiburan bagi mereka.” kata Willy. “Oh Willy ternyata kau masih sama baiknya dengan yang dulu walaupun temanmu ini memang sering menyusahkanmu. Sebagai balasannya aku mengundangmu besok menghadiri acara pembukaan pertama tempat ini pukul 9 pagi besok dan tentunya kau bisa melihat sendiri tempat hiburan seperti yang aku dirikan untuk anak - anak itu besok.” kata dr. Grimm.

“Ooh terima kasih telah mengundangku, aku akan senang sekali berkunjung ke sana, aku pasti akan datang kesana besok dan ngomong - ngomong pertanyaanku tadi belum kau jawab, akan kau namai apa tempat itu?" tanya Willy. “Ooh maaf, aku lupa memberitahumu tadi, namanya adalah Screamland, bagaimana, bagus bukan? Baiklah aku sudahi dulu perbincangan kita dan jangan lupa untuk datang besok ya!” “Klek!” terdengar bunyi gagang telepon yang ditutup menandakan obrolan melalui telepon telah selesai.

“Hmpfhhh...Sudah lama sekali...” kata Willy sambil menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan - lahan. Ia tampak merenungi sesuatu. Ia tak habis pikir sahabat masa lalunya berada disini secara tiba - tiba apalagi sejak kecil dulu mereka saling bermusuhan. Akankah mereka kembali bermusuhan setelah sekian lama tak bertemu?

Pikirannya kini menerawang ke masa lalu, ia masih ingat pada waktu masih kecil dulu ia pernah hampir celaka karena penemuan - penemuan aneh dr. Grimm itu. “Sungguh gila orang itu!” pikirnya dalam hati. Gambaran seperti itulah yang menjadi beban pikirannya kini. Ia lalu melihat jam yang dikenakan pada pergelangan tangan kirinya yang menunjukkan pukul 11 larut malam. Mendadak ada perasaan letih dan kantuk yang amat sangat telah menguasai badan dan pikirannya. Ia memperhatikan Maggie yang sudah tertidur pulas dari tadi sambil memeluk Daniel yang juga sudah tertidur sebelumnya. Maggie terlihat tersenyum sendiri, entah ia tersenyum karena apa, tapi yang pasti karena telah tidurnya Maggie ia tak mengetahui dengan jelas apa yang akan Maggie katakan padanya.

Willy lalu mengambil sebuah selimut lalu dikenakannya pada tubuh Maggie agar ia tetap merasa hangat. Kemudian ia mematikan lampu penerang ruangan kapsul dan kemudian menyusul mereka tidur menuju mimpi - mimpi indah di luar angkasa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post