Rabu, 03 November 2010

Dunia Mini Part 16 : Canon Super Blast

Mereka kini tiba di sebuah ujung gang yang sempit dan tiba – tiba langkah mereka terhenti. “Sial, gang ini ternyata buntu!” keluh Profesor Willy dengan nada kesal. “ Terus bagaimana ini Prof, dr. Grimm makin mendekati kita dibelakang?,” tanya salah satu dari anak itu. “Tenang anak-anak, jangan panik dulu, akan kupikirkan caranya. Bagaimanapun ia harus kita lawan! Tak mungkin kita lari terus menerus seperti ini!,” kata Profesor Willy mencoba menenangkan.

“Jangan khawatir Prof, aku bisa mengatasinya,” kata Harry sambil mengepalkan jari – jari tangannya. Tanpa pikir panjang lagi Profesor Willy menganggukkan kepalanya pertanda setuju, ia tak tahu lagi menghadapi kebrutalan dr. Grimm yang makin menggila itu. Hanya Harry yang bisa ia andalkan kini. Ia hanya berpesan pada Harry untuk berhati – hati. Tak terasa dr. Grimm kini sudah ada di hadapan mereka.

Ia terlihat senang dengan senyumnya yang mengembang mengetahui Profesor Willy tak bisa lari kemana – mana lagi bersama anak – anak itu. “Sudah tak bisa kemana – mana lagi ya kau sekarang ? Hua…ha…ha…ha! “Aku rasa kau sudah kehilangan akal sekarang Wil! Kau benar – benar telah menjadi miniature seperti duniamu, kau kini begitu lemah!” ejek dr. Grimm.

“Tidak Grimm, selama masih ada aku disini!” kata Harry dengan lantang sambil mengarahkan sebuah benda yang berbentuk seperti sebuah meriam yang terpasang di tangan kanannya. “Oh siapa lagi ini? Robot rongsokan ciptaanmu Will?
Hua…ha…ha…ha, mana mungkin robot rongsokan ini bisa mengalahkanku!” “Tentu saja bisa, kau terlalu meremehkanku dr. Grimm, kau lihat apa yang terpasang di tanganku ini, Canon Super Blasting 30 mm yang siap menghancurkan tubuhmu berkeping – keeping!” kata Harry dengan nada serius.

“Coba saja, aku ingin melihat seperti apa kehebatan mainanan rongsokanmu itu!” tantang dr. Grimm. “Kau perlu bukti, ini lihatlah!” Seketika itu juga Harry langsung menembakkan Canon itu kearah tubuh dr. Grimm yang berdiri di depannya. Seketika itu juga dari Canon itu memancarkan sebuah sinar yang amat besar dan menyilaukan mata bagi yang melihatnya dan seketika itu sebuah proyektil besar melesat dengan kecepatan luar biasa menuju ke arah dr.Grimm.

“Duuaaarrrrrr…!!” sebuah ledakan besar yang dahsyat terdengar seiring peluru proyektil itu dengan telak mengenai dada dr. Grimm. Suasana tiba - tiba menjadi hening. Asap dari mesiu membumbung tinggi ke langit, menghalangi semua pandangan. Tak jauh dari situ tergeletak sesosok tubuh tinggi besar dan berukuran raksasa, ya tak salah lagi ia adalah dr.Grimm. Tubuhnya tergeletak di jalan. Ia jatuh akibat tembakan Canon yang ditembakkan oleh Harry tadi. Profesor Willy tampak terbatuk - batuk diikuti anak - anak yang berada di belakangnya.

“Singkirkan senjata itu Harry, kau membuat kami batuk!” “Oh, tenang Prof, selama senjata ini kupegang keadaan akan aman - aman saja” sahut Harry. “Kalau begitu coba kau periksa bagaimana keadaan dia” pinta Profesor Willy. "Baiklah, aku berharap dia menjadi lumpuh!” sahut Harry sambil melaju ke depan. “Harry, berhati - hatilah...” pesan Profesor Willy yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Harry. Diamat - amatinya tubuh dr. Grimm yang sudah tergeletak itu.

Mata dan bibirnya tertutup rapat, tak ada denyut jantung dan hembusan nafaspun dari dirinya. Bagian dadanya tampak menghitam, namun ajaibnya ia tak terluka sedikitpun! Namun Harry menganggapnya telah mati karena tak ada tanda - tanda kehidupan sedikitpun dari dr. Grimm. “Harry, bagaimana keadaannya?” tanya Profesor Willy dari kejauhan. “Ia telah tewas Prof!” sahut Harry.

Mendengar hal itu raut wajah anak – anak itu yang semula diselimuti rasa takut berubah menjadi gembira. Senyum tersungging di wajah mereka. Mereka seakan terlepas dari tirani yang membelenggu hidup mereka selama ini. Tanpa disadari oleh Harry, jari – jari tangan dr. Grimm tiba – tiba bergerak secara perlahan – lahan. “Bagaimana Prof, aku hebat bukan?” kata Harry sambil memukul – mukulkan kepalan tangannya ke arah dada.

“Har…Harry…, coba lihat di belakangmu, ia sudah bangun sekarang!” kata Profesor Willy sambil menunjuk ke arah atas. Seketika itu juga Harry menoleh ke belakang. Dilihatnya dr. Grimm memang telah bangun. Ia telah berdiri tegap seperti semula seperti tak terjadi sesuatu padanya.

“Harry, cepat kau lari kemari!” teriak Profesor Willy. Mendengar hal itu Harry kemudian berlari secepat mungkin ke arah Profesor Willy. Ia tak menduga senjatanya yang dahsyat itu tak mempan terhadap dr. Grimm. Padahal senjata yang digunakannya itu adalah jenis senjata yang ternyata pernah dipesan oleh pihak militer kepada Profesor Willy sebagai percobaan experimen terbaru mereka yang entah kenapa dibatalkan begitu saja.

“Kau lihat senjata Canonmu tak mempan padaku bukan? Maklum saja itu hanya senjata rongsokan. Kini terimalah pembalasanku!” Dengan sekuat tenaga ia menghentakkan tangannya ke arah Harry yang sedang berlari hingga ia terpental jauh ke belakang. “Buuumm…!!!” Terdengar suara ledakan keras yang dahsyat. Badan Harry menimpa tembok yang menjadikan jalan yang dilewati oleh Pofesor Willy dan anak – anak itu menjadi buntu. Tembok itu runtuh dan menimpa tubuh Harry yang rusak parah.

Melihat hal itu Profesor Willy dan anak – anak itu segera datang menghampirinya. Mereka tak tega melihat keadaan Harry yang sudah rusak parah itu. “Har.. Harry, apa kau bisa mendengarku, jawablah! Aku membutuhkan jawabanmu sekarang!” kata Profesor Willy dengan sedih. Harry masih dapat menggerak – gerakkan jari – jari tangannya dengan perlahan – lahan bahkan ia mampu memegangang lengan Profesor Willy.

“Maafkan aku Prof, aku tak mampu melaksanakan tugas dengan baik…” Bersamaan dengan itu pegangan tangan Harry pada lengan Profesor Willy kian melemah dan lampu pada matanya secara perlahan – lahan meredup hingga akhirnya tak ada tanda kehidupan lagi pada Harry. Anak – anak itu datang mengerumuninya. Mereka sangat sedih melihat kepergian Harry. Tak terasa air mata meleleh membasahi pipi mereka. Demikian juga dengan Profesor Willy. Matanya terus berkaca – kaca menatap keadaan Harry yang sudah tidak bisa bergerak lagi. Menyiratkan sebuah kesedihan yang amat mendalam pada dirinya…










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post