Rabu, 03 November 2010

Dunia Mini Part 17 : David vs Goliath

Tiba – tiba Professor Willy mengeluarkan benda yang berbentuk sebuah pisau dari dalam saku jasnya. Ia mengangkatnya tinggi – tinggi ke atas. “Kau tahu, walaupun ini hanyalahsebuah pisau kecil tapi ini dapat membunuhmu Grimm!” teriak Profesor Willy dengan lantang. “Huh, apa kau yakin kalau pisau kecil itu dapat membunuhku? Canon milik robot rongsokanmu itu saja tak dapat membunuhku, apalagi pisau sekecil itu! Hua…ha…ha…ha…” dr. Grimm tertawa terbahak – bahak. Ia meremehkan apa yang dilakukan Profesor Willy barusan.

“Aku tahu kalau ini hanyalah sebuah pisau bedah kecil yang tak ada artinya padamu Grimm, Tapi ketahuilah hanya cinta dan kasih sayang yang membuatku berani melawanmu walau hanya menggunakan pisau bedah sekecil ini” kata Profesor Willy sambil mengacungkan pisau bedah kecil itu keatas. Ia melakukan hal itu sambil memejamkan mata dan berdoa,berharap ada suatu keajaiban pada dirinya dan anak-anak itu agar mereka semua selamat dari bahaya yang mengancam mereka kali ini.

Ia sangat percaya akan kekuatan doa karena ayahnya telah mengajarkan itu sejak ia masih kecil. “Baiklah kalau itu yang kau mau, akan kuakhiri penderitaanmu sekarang juga!” dr. Grimm mengepalkan jari-jari kedua tangannya. Ia berniat membunuh Profesor Willy dengan menggunakan tenaganya yang luar biasa itu. “Hentikaaaannn…!!!” Tiba - tiba terdengar suara teriakan seseorang dari arah belakang, mengejutkan semua yang ada di tempat itu. “Akulah yang akan mengakhiri penderitaanmu,bukannya kau!” kata Maggie dengan suara lantang.

“Ooh ternyata kau Nona Maggie, berani benar kau datang kemari, tapi baiklah tak apa, mungkin kau ingin mati bersama teman-temanmu disini ya, ha..ha..ha..” dr. Grimm tertawa terkekeh melihat Maggie tiba-tiba berada dibelakangnya. “Hai Maggie, apa yang kaulakukan disini, ini sangat berbahaya, larilah selagi sempat!” Kata Profesor Willy mengingatkan. “Ia tak menyangka Maggie dan Daniel bisa berada ditempat seperti ini, padahal nyawa mereka bisa ikut terancam.

“Jangan khawatir Wil, aku tahu cara menyingkirkan kecoa ini“ kata Maggie. “Apa kau bilang, kau menghinaku seperti kecoa?” kata dr.Grimm. Ia terlihat marah karena perkataan Maggie barusan. “Apa kau sudah lupa dengan teman dimasa kecilmu yang sering membuatmu takut bahkan pingsan apabila ia begitu dengan dirimu.sambil membuka lebar kedua telapak tangannya. Dan seketika itu juga muncullah sosok serangga kecil yang bernama kecoa.

Ia terbang tinggi keatas dan tiba-tiba hinggap dihidung dr. Grimm. Kehadiran kecoa itu sangat mengejutkan dr. Grimm, apalagi semenjak kecil ia sangat jijik dengan kecoa, apalagi jika kecoa itu sedang melakukan aktifitasnya menjilati kakinya coklat dan berbau itu dan hal itu tentunya menambah kesan jijik yang kadang membuatnya mual dan bahkan pingsan. Dan aktifitas kecoa yang suka menjilati kakinya itu dilakukan sekali lagi dan bahkan kali ini tepat didepan hidung dr. Grimm.

Kepalanya tiba - tiba terasa pusing. Matanya berkunang - kunang. Semua seakan berputar mengelilingi dirinya. Dalam pandangannya kecoa itu berubah menjadi besar dan terlihat seakan-akan mentertawainya. Tubuhnya terasa lemas dan kehilangan tenaga dan tiba - tiba tubuh besar dr. Grimm itu perlahan - lahan jatuh kebelakang. Melihat hal itu, dengan sigap Profesor Willy melarikan anak - anak itu menuju tempat yang aman. Ia takut anak - anak itu tertimpa tubuh dr. Grimm yang sedang terjatuh itu.

“Brrruuuggghhh…!!!” Tubuh besar dr. Grimm itu akhirnya terjatuh dan menimpa tembok besar yang membuat jalan itu menjadi buntu. Getaran hebat terjadi seperti sebuah gempa bumi. Tembok itu runtuh seketika. dr. Grimm tergeletak disamping tubuh Harry yang rusak sebelumnya. Profesor Willy dan anak - anak itu terkejut, Mereka tak percaya kalau tubuh dr. Grimm yang besar dan kuat itu bisa jatuh tak berdaya hanya karena seekor kecoa.

“Ooh syukurlah kita semua selamat”. kata Profesor Willy sambil memeluk anak - anak itu. Ia lalu menghampiri Maggie yang berada dihadapannya. “Maggie kau benar - benar hebat. Terima kasih atas bantuanmu tadi, jika tidak, mungkin aku dan anak - anak itu tidak akan pernah bisa selamat.” kata Profesor Willy sambil tersenyum. “Oh tidak Wil, aku rela melakukan semua ini, demi kamu dan anak - anak itu.” sahut Maggie.

“Bagaimana kau tahu kalau ia alergi dengan kecoa?” tanya Profesor Willy penasaran. “Waktu kita masih kecil dulu secara tak sengaja aku pernah melihatnya ketakutan begitu melihat seekor kecoa yang hinggap di tembok sekolah. Semenjak itu aku berpikir bahwa kelemahan Grimm yang bertingkah aneh itu adalah seekor kecoa!” jelas Maggie sambil tertawa terbahak – bahak. “Ini seperti antara David dengan Goliath!” kata Profesor Willy.

“Wil, sudah saatnya kau membalas perbuatannya padamu dulu!” “Ini sudah cukup, kita seri sekarang!” kata Profesor Willy sambil tersenyum. Ia lalu menghampiri tubuh Harry yang tergeletak tak berdaya di bawahnya. “Akan kau apakan dia?” tanya Maggie. “Aku akan membawanya pulang dan memperbaikinya di rumah.” sahut Profesor Willy sambil berusaha membopong tubuh Harry. Langkah Profesor Willy terlihat terlihat terhuyung – huyung, tubuh Harry terasa sangat berat baginya.

“Apa kau tak apa –apa Wil? Tubuh Harry kelihatannya sangat berat bagimu!” “Tak apa – apa Meg, aku masih bisaaa…” “Bruugghhh!!!” tiba – tiba Profesor Willy terjatuh. Ia tak kuat membawa tubuh Harry yang berat itu. “Wil, biarkan aku membantumu!” kata Maggie menawarkan bantuan. “Baiklah, kalau kau mampu!”

Secara bersama – sama mereka berusaha membopong tubuh Harry menuju mobilnya yang diparkir tak jauh dari tempat itu. Mereka tak peduli pada tubuh Harry yang berat. Mereka terlihat sangat kompak. “Wil, ini mengingatkan kita pada waktu kecil dulu ya?” “Oh ya pada waktu Pramuka dulu itu ya!” “Ya, kau benar, kita ikut mengumpulkan kayu di hutan, senang sekali! Kau membantuku mengumpulkan beberapa kayu yang besar, aku sangat berterima kasih!”

“Eh Mag, waktu di kapsul itu kau mau mengatakan apa padaku?” Maggie tersenyum ketika Profesor Willy menanyakan itu padanya. “Rupanya kau masih mengingatnya Wil…” Tentu saja! Apa aku terlihat pikun sekarang?” canda Profesor Willy. “Kalau hal lain selain selain kita berdua, kau tak pernah lupa…” “Apa maksudmu?” “Kau tahu Wil, sebenarnya aku sangat…” “Bruugghhh!!!” Tiba – tiba berdua mereka terjatuh. “Mag, kau tak apa – apa?” Maggie kemudian melanjutkan kata – katanya. “Aku sangat mencintaimu Wil, aku telah jatuh cinta padamu!” kata Maggie sambil mencium bibir Profesor Willy dengan mesra. “Aku juga, aku mempunyai perasaan yang sama padamu…” sahut Profesor Willy.

Daniel melihat kerumunan anak - anak itu. Diantara mereka ada sosok wajah yang sudah tak asing lagi baginya. ya, itu adalah Amie adiknya yang hilang sebulan sebulan yang lalu karena diculik. Dihampirinya adiknya itu lalu dipeluknya erat – erat dan kemudian Ia menangis, ia sangat merindukan adiknya yang sudah lama terpisah darinya. “Amie, kau tidak apa - apa kan?” “Apa kau masih ingat padaku?” tanya Daniel sambil menatap wajah adiknya dengan wajah serius.

Lama Amie terdiam, ia balas menatap wajah Daniel, hingga akhirnya mereka saling bertatapan. “Tentu saja, aku masih mengingatmu kak!” sahut Amie. Mereka lalu saling berpelukan erat seakan tak ingin terpisahkan lagi. Maggie yang melihat hal itu menjadi terharu, lalu ia pun menangis. Dari kejauhan terdengar suara sirene yang ternyata berasal dari beberapa mobil polisi yang mendekat kearah tempat itu.

“Kenapa polisi bisa berada di tempat ini?“ tanya Profesor Willy heran. “Aku yang menghubungi mereka dan polisi yang tahu tentang anak anak ini menghubungi orangtua mereka yang sebelumya melapor kehilangan anak – anak mereka.“ Sahut Maggie. “Oh syukurlah, akhirnya mereka bisa bertemu kembali dengan keluarga, aku senang sekali hari ini “Hari – hari yang sulit telah berlalu…” kata Profesor Willy sambil tersenyum lega.

Tak berapa lama kemudian mobil – mobil itu sampai dan beberapa orang yang mengakui sebagai orangtua anak – anak itu berhamburan keluar dari mobil polisi, masing – masing mencari anak – anak mereka yang dinyatakan hilang selama ini.
“Mama… Papa…!!!” teriak Daniel dan Amie bersamaan begitu melihat kehadiran kedua orangtua mereka. “Lihat, itu mereka Pa!“ kata Nyonya Jhonson pada suaminya begitu melihat kedua anaknya ada di tempat itu.

Mereka lalu menghampiri Daniel dan Amie. Dipeluknya dengan erat kedua anak mereka. “Aku tak menyangka kalian bisa berada di tempat ini, aku benar – benar merindukan kalian…“ kata Nyonya Jhonson seraya meneteskan airmata. “Kita semua bisa selamat berkat jasa Profesor Willy dan Nona Maggie ini Ma!“ kata Daniel sambil menunjuk kearah Profesor Willy dan Maggie yang berada dibelakangnya.

“Oh, senang bertemu dengan kalian dan terima kasih atas pertolongan kalian pada kedua anakku ini “ kata Nyonya Jhonson sambil menyalami keduanya. “Oh tidak apa – apa, itu sudah menjadi tugas kami menolong anak – anak ini.“ kata Profesor Willy merendah. “Tapi sebelumnya aku minta maaf, aku harus pamit pulang dulu, anak – anakku membutuhkan waktu beristirahat di rumah “ kata Nyonya Jhonson.

“Tapi Ma, aku kan masih libur lagipula aku masih ingin berlibur disini!“ kata Daniel memohon kepada ibunya. “Berlibur? Apa kau masih menganggap ini sebagai liburan? “ tanya Nyonya Jhonson dengan nada heran. “Kau benar Nyonya, ketika Daniel berpisah dari anda aku menemukannya di jalan dan kurawat dan kuajak ia tinggal bersama di rumahku.”

“Dan selain itupula aku mengajaknya pula bermain di tempat permainanku di Dreamland”. Terang Profesor Willy. “Dreamland? Oh ya Tuhan, pantas saja ia tak mau pulang“ “Oh maaf, aku tak tahu ternyata anda adalah pemilik Dreamland itu“ kata Nyonya Jhonson. “Sebaiknya anda jangan pulang dulu Nyonya dan sebagai perayaan atas pertemuan ini, bagaimana kalau kita mencoba permainanku yang baru yaitu Miniland, anak - anak apa kalian semua setuju?” tanya Profesor Willy dengan seru. “Setujuuu...!!!”teriak anak - anak itu dengan senang. Malam itu mereka semua beristirahat di rumah Profesor Willy dan keesokan harinya mereka berangkat bersama - sama menuju Dreamland.

Mereka melewati sebuah terowongan yang membuat tubuh mereka menjadi mini. “Daniel, ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu.” “Apa itu Prof?” tanya Daniel penasaran. “Toootthhh…Toootthhh…Jesss…Jesss..Dari kejauhan mereka mendengar suara kereta api mendekat disertai asap tebal dari kejauhan. “Waah Orient Express!” teriak Daniel dengan takjub ketika melihat kereta api itu berhenti di depan mereka.

“Kita tak perlu lagi berjalan jauh ke sana, kita akan melihat keindahan Miniland sesungguhnya dengan kereta api ini. Kereta api inilah yang dihadiahkan Tuan Wilson padaku ketika aku masih kecil dulu, aku telah berhasil melaksanakan pesan yang ia pinta padaku, terima kasih Tuan Wison…” kata Profesor Willy dengan pandangan menerawang. Mereka menaiki sebuah kereta api yang akan membawa mereka menuju ketempat tujuan. Dalam perjalanan, anak - anak dan orangtua mereka tak henti hentinya memandang takjub pemandangan diluar dari jendela kereta. sepanjang jalan, mereka melihat banyak mainan - mainan yang bisa bergerak dan melakukan berbagai aktifitas layaknya manusia. Semua karakter dalam cerita dan dongeng – dongeng yang melegenda seperti peri, bidadari, Dwarf, Troll, manusia salju, semua ada di sana.

“Ooh, mengagumkan sekali, kita seperti memasuki sebuah yang terpencil yang jauh dari dunia kita!” kata tuan Jhonson, ayah dari Daniel memberi komentar. Pintu gerbong sebelah tiba - tiba terbuka dan muncul sesosok robot yang sudah tidak asing lagi bagi mereka. “Kalian ingin minum apa anak - anak, aku banyak membawa minuman segar buat kalian semua…” kata robot itu sambil membawa tempat minuman.

“Harryyy... ternyata kau masih...” teriak Daniel sambil memeluk erat tubuh Harry diikuti oleh anak - anak yang lainnya. “Tentu saja aku telah memperbaikinya sehingga dia bisa hidup lagi seperti sekarang ini, benar - benar hari yang melelahkan.” kata Profesor Willy sambil tersenyum lega.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Post